imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Sekarang masih tahap awal dari commodity super-cycle

Artikel yg sy kutip ini sudah rada lama, sudah 3 minggu lalu. Tapi menurut saya isinya masih relevan. Artikel ini adalah wawancara dengan James Luke, commodity specialist dari Schroeder. Lengkapnya di sini https://cutt.ly/rLjR8wk

Intinya sbb:
1. Saat ini masih tahap awal dari commodity cycle, jadi masih lama. Kalau saat ini harga komoditas sedang agak turun, itu karena di dalam long cycle ada beberapa short cycle. Ini short cycle nya sedang turun. Akibat China yg lock down karena covid (sekarang sudah dibuka, bahkan China rencana beri stimulus $220milyar utk infrastruktur. Beritanya di sini https://cutt.ly/5LjR8rJ), dan kekhawatiran melemahnya ekonomi karena kenaikan suku bunga sehingga demand komoditas turun.
2. Bila dlihat inventory berbagai komoditas di berbagai negara saat ini sedang menipis. Bahkan bila diasumsikan ekonomi melemah sehingga demand turun, keadaan supply-demand masih sedemikian rupa sehingga akan sulit utk meningkatkan inventory. Keadaan di China juga bersifat sementara.
3. Pada umumnya ketika harga barang naik, orang akan terdorong untuk meningkatkan produksi. Akibatnya supply naik sehingga harga turun. Pada kasus ini tidak nampak kenaikan supply komoditas. Hal ini karena sulitnya melakukan investasi pada perusahaan komoditas. Sulitnya investasi karena: (a) banyak bank dan lembaga investasi dilarang berinvestasi pada industri yg dianggap menyebabkan polusi, (b) investasi pada energi memerlukan jumlah besar (milyar dolar) dan utk jangka waktu lama, 15-20 tahun. Sedangkan batu bara dan minyak diperkirakan akan segera dapat digantikan energi terbarukan. Siapa berani investasi milyaran dolar, karena ada kemungkinan sebelum menghasilkan ternyata produknya sudah tidak terpakai.
Dengan tidak adanya investasi baru, maka supply komoditas tidak naik walaupun harga naik. Dengan demikian harga akan tetap tinggi.
4. Dampak perang Rusia terhadap supply komoditas belum terasa sepenuhnya. Baru terasa sepenuhnya sekitar akhir tahun 2022, karena baru saat itu embargo negara2 Eropa terhadap Rusia berlaku sepenuhnya. Hanya sebagian supply komoditas Rusia yang bisa dialihkan ke Asia.
5. Demand komoditas oleh China pada saat itu (3 minggu lalu) sangat lemah karena lockdown. Demand akan tergantung apakah pemerintah China akan meneruskan kebijakan lockdown atau tidak.
6. Commodity super cycle 2000-2008 dipicu oleh China yang pertumbuhan ekonominya saat itu sangat tinggi sehingga memerlukan banyak commodity berupa metal dan energi. Kali ini permintaan China akan metal dan energi walaupun tinggi tidak mungkin setinggi seperti waktu itu, karena pembangunan di China sudah memasuki tahap 'mature'.
Permintaan komoditas oleh China di masa depan akan didominasi agriculture. Karena masyarakat yang sudah makmur akan banyak mengkonsumsi makanan, sedangkan China tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan secara domestik.
7. Saat ini terjadi deglobalization (globalisasi: free flow orang/barang/uang/dll antar negara. Akibatnya kita berproduksi di mana saja di seluruh dunia yg biaya produksi paling murah) akibat covid19, perselisihan US-China, dan perang Rusia. Negara2 menjadi sadar bahwa industri mereka harus ditempatkan dalam negeri, atau paling tidak di negara sahabat/tetangga agar aman walaupun ongkos produksi di tempat itu mungkin bukan yang paling murah. Deglobalisasi juga membuat investasi di negara lain berkurang (karena dianggap berbahaya)
Akibatnya adalah kenaikan harga, termasuk kenaikan harga komoditas.
8. Saat ini Fed sedang berusaha menciptakan resesi untuk menurunkan inflasi. Bila terjadi resesi, demand komoditas terutama metal dan energi akan turun. Tetapi penurunan demand akibat resesi tidak akan cukup utk menurunkan harga komoditas.

Berarti menurut commodity specialist Scroeder memang harga komoditas masih akan tinggi utk wkt yg lama. Hal ini positif utk ekonomi Indonesia, yg masih banyak tergantung ekspor komoditas.

Terkait no.7, bisa kita bandingkan dengan keadaan awal 70an. Tahun 73-74 negara2 Arab melakukan boikot minyak. Menyebabkan resesi di AS sampai 1975 dan stagflasi sampai 1980. Tetapi pada periode itu harga minyak tidak turun. Lihat gambar di bawah. Kita harapkan saja resesi (yang hampir pasti kan terjadi di banyak negara) tidak akan menimbulkan penurunan harga komoditas.

Belum lagi kalau rencana stimulus $220 milyar di China terealisasi..... 馃構

Semoga berguna

Disclaimer: Bukan ajakan untuk membeli atau menjual, hanya sebagai bahan diskusi

Random tag: $IHSG $ITMG $ANTM $NICL $TAPG

Read more...
2013-2024 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy