Kok aneh ya, saya malah belum pernah liat ada yang mencoba mem-value cash -- padahal kita suka di-terror utk siap2 pegang cash karena AWAASSSS market akan nyungsep! Juga, memegang cash itu adalah salah satu bentuk investasi, dan investasi itu katanya seperti beli TV dan mesin cuci, harus di-teliti seteliti2nya, analisa makro-ekonomi-nya sampai super njlimet, dan di-compare2 sampai dapat harga semurah2-nya.
Curious? Di artikel ini kita akan coba mem-valuation nilai wajar dari cash kalau seolah2 cash itu adalah sebuah company. Hasilnya? Saya sendiri sampai kaget2 sendiri :D))
Seperti company, cash itu akan memberikan earning yield ke kita. Earning yield yg wajar utk cash adalah jika ditempatkan di deposito. Barusan saya cek di sini https://cutt.ly/mZG7Tx8, tertinggi adalah di 7%... hoho di Bank Victoria International. Tertinggi kedua adalah di... wuihhh... Bank MNC International Tbk sebesar 5.25%. Kita ambil angka enak di tengah, say 6% ya.
Dengan earning yield 6% ini artinya P/E ratio dari cash adalah sebesar 100% / 6% = 16.67. Hebat, besar juga ya. Seram gak kalau invest di company yg P/E-nya 16.67? Kalau kita mau balik modal dalam waktu 5 tahun di company yg P/E-nya 16.67, itu company harus mempunyai net profit growth (CAGR) sebesar 36.7% per tahun. Hanya segelintir compay di IHSG yg mempunyai growth seperti itu!
Sedangkan actual-nya cash malah mempunyai net profit growth yang negative karena inflasi. Earning yield yg sebesar 6% setiap tahun itu nilai-nya berkurang sebesar nilai inflasi.
Anggap inflasi sebesar 3% per tahun, ini artinya cash adalah company yang net profit growth-nya negative 3% per tahun. Jika kita ingin investasi kita itu balik modal dalam waktu 5 tahun, P/E wajar dari cash atau company yg performansi-nya adalah seperti cash, adalah sebesar 3.8. Karena P/E dari cash adalah 16.67, maka dari itu jika kita membeli "saham" yang namanya "cash" kita sudah mempunyai potential capital loss sebesar (16.67 - 3.8) / 16.67 = 77.2%. WOW!
Ini level-nya sudah seperti kalau kita beli company gorengan, tetapi kenapa kita merasa super aman pada saat memegang cash?
Kita merasa aman pada saat memegang cash adalah sebuah ilusi psikologis. Kita merasa aman karena cash itu dari tahun ke tahun secara angka yg tertulis adalah selalu sama, tetapi kita lupa bahwa nilai-nya dari tahun ke tahun berkurang sebesar inflasi. Kita lupa bahwa earning yield dari cash hanya 6% per tahun, dan dari tahun ke tahun earning yield ini masih tergerus terus value-nya sebesar inflasi. Kita tidak pernah hitung bahwa P/E wajar dari cash hanyalah sebesar 3.8, tetapi cash ini di-"jual" dengan P/E sebesar 16.67.
Okokoksss jangan protes dulu haha! Sama seperti pembaca, saya juga merasa bahwa potential capital loss sebesar 77.2% ini kok rasanya masih terlalu mengada2. Jadi ada baiknya kalau kita telaah ini dengan lebih detil, apakah perasaan ini tipuan pskilogis atau memang demikian adanya.
Betul ada perbedaan mendasar antara investasi cash dan saham. Tetapi perbedaan ini bukan di masalah likuiditas-nya, karena saham hanya perlu T+2 utk dicairkan, ini bisa diabaikan karena makan Indomie dan telur dalam 2 hari itu hanya butuh 2 x 3 x (Indomie 2500 + telur 2000) = 27 ribu rupiah. Disamping itu, ada kiat klasik kita hanya boleh spending maksimal 1% dari wealth kita, so 1% dari wealth kita pasti kita alokasikan di akun bank untuk kebutuhan sehari2.
Juga bukan dari sisi keamanan-nya. Memang jahat-nya saham adalah saham gorengan alias saham judi tercampur dengan saham2 yang solid sehingga risk-nya terlihat tinggi. Dalam hal ini, casino lebih baik karena sudah jelas terlihat semua-nya adalah judi. Risk tinggi ini gampang di-hilangkan simply dengan hanya membeli saham2 yang solid.
Tidak pernah ada yg boncos dengan membeli saham2 solid yang konsisten memberikan earning yield bagus (di atas 6%) selama belasan tahun, dan kenyataan-nya memang begitu, karena sudah berjalan selama puluhan ribu tahun kekayaan dunia bisa kita sadari di-hasil-kan oleh organisasi, apapun bentuk-nya, yang menghasilkan added value (nilai tambah) dan majority-nya saat ini adalah company. Lihat saja SP500 selama 50 tahun konsisten memberikan return 10%. Lihat juga 1000 orang terkaya dunia, majority dari mereka kekayaan-nya dihasilkan karena company.
Market secara konsisten selalu terkoreksi, tetapi selalu rebound. Liat chart SP500 di bawah ini. Ada koreksi kecil ada koreksi besar, tetapi selalu rebound. Tetapi para penjudi market timing selalu membuat keributan dengan menebak market akan crash sehingga investasi di cash seolah2 lebih aman. Padahal tidak pernah ada yg bisa meramal market, sehingga menjual saham ditukar dengan cash berdasarkan tebakan2 seperti ini tidak lebih daripada judi.
Perlu diingat juga, pada saat market crash pun, yang dibilang crash itu adalah HANYA karena warna merah di aplikasi saham kita, bukan actual company-nya, dan yang kita beli adalah actual company-nya. Actual company-nya ya begitu2 saja, even IHSG ditutup pun, aplikasi saham kita hang, actual company tetap ada. Oleh karena itu mau crash seperti apapun, company solid akan selalu rebound karena sooner or later market akan meng-apresiasi ini. Pasti. Oleh karena itu jugalah, market mau dikoreksi berapapun selalu akan rebound karena company gorengan akan hilang, diganti oleh compay gorengan berikut-nya, dan company solid akan tetap naik value-nya.
PERBEDAAN cash dan saham adalah di future value-nya -- oleh karena itu 77.2% tersebut saya sebut sebagai "potential" capital loss. Pada saat kita beli saham, yang kita value adalah company-nya, yang kita lihat adalah company ini akan memberikan kita earning yield berapa. Kalau kita mau balik modal dalam 5 tahun, company yang total earning yield-nya selama 5 tahun misalnya 100 rupiah, maka harga company tersebut MAXIMAL adalah 100 rupiah, atau company tersebut harus memberikan kita earning yield kira2 MINIMAL 20 rupiah per tahun. Dengan kata lain company tersebut mempunyai P/E ratio = 100 / 20 = 5.
Jika company tersebut mempunyai net profit growth sebesar 20%, maka earning yield setelah 1 tahun kita beli menjadi 24 rupiah. Dengan demikian nilai company tersebut menjadi P/E ratio x 24 rupiah = 5 x 24 rupiah = 120 rupiah. Inilah kita mempunyai potential capital gain sebesar 120 rupiah - 100 rupiah = 20 rupiah. NOTE capital gain ini, BELUM TERMASUK earning yield yg sudah kita kantongin sebesar 20 rupiah juga (angkanya kebetulan sama2 20 rupiah).
Jadi total potential gain kita adalah: earning yield + capital gain = 20 rupiah + 20 rupiah = 40 rupiah. Oleh karena itu banyak yang sesumbar mau untung 40% per tahun di saham itu sangat mudah -- dan sesumbar ini untung-nya betul adanya.
Tetapi jika kita "membeli" cash senilai 100 rupiah, earning yield kita hanya 6 rupiah, dan tahun berikut-nya turun menjadi 5.82 rupiah, dan turun terus seterus-nya. Saya tidak mau lebih kompleks lagi dengan membahas discounted cash flow etc di sini, jadi saya katakan secara singkat saja, dengan perhitungan seperti di atas itulah P/E wajar dari cash menjadi hanya 3.8 tetapi kita bayar sebesar 16.67.
Kita rugi dari earning yield yg hanya 6 rupiah dibandingkan dengan 20 rupiah per tahun, dan potential capital gain 20 rupiah dibandingkan dengan capital loss dari nilai cash yg semakin menurun. Jika market sadar, kita akan rugi 72.2% -- but yes, untunglah market seperti tidak akan pernah sadar akan hal ini. Walaupun begitu, apakah betul kita rela kehilangan potential gain 40% karena hanya sekadar ingin merasa "aman". Tentukan jawaban-nya dari dalam diri kita masing2.
Bagi yang sudah mulai berkeringat dingin karena memegang cash seperti saya, tetapi apa yang harus kita lakukan pada saat market sedang drop, mungkin artikel ini bisa memberikan ide: https://stockbit.com/#/post/9025603.
Happy investing!
$IHSG $PTBA $ITMG $INDF $SMDR