Valuasi $IHSG
Untuk tahu apakah IHSG sudah overvalued atau belum maka kita perlu membandingkan IHSG dengan PER historis dan PER market lainnya.
Seperti yang sudah saya bahas di postingan sebelumnya, PER IHSG itu ada 2 yang overall market dan PER WA atau weighted average. Saya sendiri lebih suka melihat PER yang overall market ketimbang yang PER WA karena PER WA itu lebih menitikberatkan PER berdasarkan saham - saham yang menjadi penggerak utama market terutama saham yang masuk $LQ45 dan yang free floating besar.
Kalau menggunakan PER overall market, IHSG sudah Undervalued karena saat ini PER IHSG adalah 13,7. Valuasi ini jauh lebih rendah dari dari valuasi historis IHSG yang berada di kisaran 15-17.
Tapi kalau menggunakan Valuasi PER WA atau penggerak utama IHSG maka mayoritas saham penggerak IHSG memang banyak yang sudah overvalued. Terbukti dari PER WA yang kini mencapai 19,5. Menurut saya saham - saham penggerak market memang mayoritas sudah overvalued.
Karena sebagai perbandingan, SP500 itu kalau berdasarkan data 1924-2014, maka PER rata-rata nya adalah 15,35. Saat ini SP500 PER nya adalah 20,62. Masih overvalued juga. Tapi kalau dibandingkan dengan DJIA, PER nya adalah 17,79. Secara valuasi, DJIA jauh lebih Undervalued jika dibandingkan dengan PER WA IHSG.
Oleh sebab itu menurut saya wajar saja kalau IHSG mengalami koreksi, terutama untuk saham - saham penggerak utama indeks seperti $BBCA $GOTO. Koreksi adalah salah satu market untuk membuat valuasi saham yang ada di dalamnya menjadi lebih reasonable.
Bahkan jika dibandingkan dengan Valuasi KOSPI atau bursa Korea Selatan, PER IHSG masih sangat mahal. PER KOSPI saat ini hanya 10,170. Sangat murah. Itu artinya saham - saham yang ada di bursa Korsel jauh lebih murah dari valuasi saham perusahaan di IHSG.
Bursa Hong Kong, Hang Seng Indeks pun valuasi nya lebih murah dari IHSG. PER $HANGSENG hanya 12,4 sedangkan PER IHSG masih 13,7.
PER Bursa Shanghai mirip dengan PER IHSG yakni 13,69
Bursa yang masih overvalued saat ini adalah bursa Jepang dan Nasdaq.
PER Bursa London FTSE All Index adalah 14,3.
Akan lebih baik lagi jika kita bisa beli IHSG di PER 10. Di valuasi super diskon. Zaman krisis Covid-19 dulu, IHSG koreksi sampai PER 12 saja.
Jadi tidak perlu khawatir dengan anjloknya harga saham di market. Harga saham anjlok adalah mekanisme wajar untuk menghilangkan kegilaan di market. Saya justru khawatir dengan bursa yang tak pernah mengalami koreksi.
Nikmati koreksinya dan koleksi saham - saham yang valuasi PER-nya lebih rendah dari PER IHSG.
Market sedang melakukan upaya untuk membuat priced in valuasinya agar sejalan dengan laju inflasi.
Jika inflasi mencapai 10% maka sudah sewajarnya PER IHSG adalah 10 atau di bawah 10 agar valuasi dan dividend Yield saham penghuni nya di dalam bisa mencapai 10%.
Real return = Capital gain + dividend gain - inflasi
Jika capital gain = 5% dan dividend gain 5% sedangkan inflasi 10% maka real return = 5% + 5% - 10% = 0%.
Oleh karena itu kita harus cari Saham yang bisa memberikan capital gain dan dividend gain lebih besar dari inflasi.
Saat ini menurut data pemerintah, laju inflasi adalah 4,35%. Jadi Carl Saham dengan dividend Yield minimal 5% agar bisa mengalahkan inflasi.
Sebetulnya Indonesia sudah terbiasa dengan inflasi di atas 4%. Jadi selama inflasi tidak sampai tembus 10%, mayoritas emiten di bursa tidak akan kaget lagi. Karena di masa lalu, inflasi Indonesia sudah biasa di atas 4%. Bahkan di 2014-2015, beberapa kali inflasi tembus 8%. Jadi inflasi bukan lah barang baru. Saya yakin emiten - emiten di IHSG sudah punya rencana kontijensi untuk menghadapi inflasi.
Inflasi itu bukan hal perlu dikhawatirkan. Saya lebih khawatir dengan risiko perang terbuka atau open war dan kerusuhan kamtibmas ketimbang inflasi.
Disclaimer: http://bit.ly/3bLj4Oc
1/8