Harga Minyak Dunia >100 dollar akan bertahan Berapa Lama?
Menyambung tulisan sebelumnya tentang proses drilling minyak yang butuh waktu lumayan lama untuk bisa keep up demand dunia.
http://bit.ly/3Nyp9i4
Sekarang kita cari tahu sudah berapa lama harga minyak di level yang tinggi.
Pemerintah menetapkan harga minyak dalam asumsi makro APBN 2022 sebesar US$ 63 per barel.
Kenaikan harga oil adalah pisau bermata dua bagi Indonesia.
Di satu sisi kenaikan harga minyak bisa menguntungkan karena itu akan meningkatan penerimaan pajak maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang terkait dengan minyak.
Saat ini jumlah cadangan minyak bumi Indonesia sebesar 3,6 miliar barel hanya 0,2% dari total cadangan minyak di dunia, sementara cadangan gas Indonesia sebesar 104,25 triliun kaki kubik hanya sekitar 1,7% dari total cadangan gas dunia.
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi lifting minyak dan gas bumi (migas) tahun 2021 merosot. Dari yang sebelumnya mencapai 707 ribu barel per hari (bph) menjadi 660 ribu bph pada tahun 2021.
Tren lifting migas RI sedang mengalami penurunan. Hal itu karena Indonesia belum memiliki sumber migas yang baru.
Terlebih saat ini, kebanyakan sumber minyak di dalam negeri usianya sudah tua, sehingga memiliki jumlah produksi yang terbatas.
Di sisi lain, kenaikan harga minyak akan berdampak pada subsidi energi. Sebagian besar BBM yang dijual di dalam negeri masih disubsidi. Adapun jika pemerintah menyesuaikan harga BBM dengan harga minyak dunia akan terjadi lonjakan inflasi yang dapat mempengaruhi ekonomi.
Jadi kenaikan harga minyak dunia tidak akan menjadi anugerah bagi Indonesia. Malah bisa jadi petaka. Kecuali Indonesia bisa menghasilkan produksi minyak >2 juta barel/hari. Yang mana ini mustahil. Bisa produksi 1 juta barel/hari saja sudah termasuk mukjizat bagi Indonesia.
Pemerintah memasang target harga oil 63 dollar/barel itu artinya mayoritas lapangan migas di Indonesia itu lifting cost nya di bawah 60 dollars.
Brent Oil Sejak April 2021 harganya sudah di atas 63 dollar. Itu artinya sudah lebih dari 1 tahun harga oil di atas target APBN.
Dan sejak, Akhir Februari 2022 harga oil sudah di atas 100 dollar karena efek perang Rusia. Itu artinya sudah lebih 3 bulan harga oil di atas 100 dollar.
Di masa lalu, beberapa kali harga oil di atas 100 dollar.
Di 2008 hanya berlangsung 7 bulan dari Maret - September.
Lalu oil 100 dollar berlangsung lagi di Januari 2011 - September 2014. Itu artinya berlangsung nyaris 5 tahun.
Di 2008, harga oil di atas 100 dollar sudah sesuai dengan siklus drilling minyak seperti yang saya jelaskan di artikel sebelumnya. Plus di 2008 terjadi krisis ekonomi dunia yang berakibat pada banyak perusahaan yang menahan ekspansi sehingga konsumsi oil dunia ikutan menurun.
Namun di 2011 - 2014 harga oil di atas 100 dollar berlangsung lebih lama karena di masa itu mirip dengan kondisi sekarang. Setelah krisis 2008, ekonomi rebound pasca krisis sedangkan supplies oil tidak mampu keep up dengan kenaikan demand dunia. Apalagi di periode 2011 - 2014 tersebut, China mengalami booming industry dan properti. Jadi itu memang zaman pesta pora oil.
Jadi menurut saya oil di atas 100 dollar itu akan berlangsung antara 8 bulan - 3 tahun jika merujuk histori masa lalu. Karena kondisi masa kini menyerupai apa yang terjadi di masa lalu. Ekonomi pulih sedangkan supplies oil belum pulih karena dunia terlalu sibuk kepengen ESG dan net zero carbon sedangkan belum ada energi alternatif yang murah dan bisa diproduksi massal. Untuk meningkatkan produksi minyak agar bisa keep up demand maka itu butuh waktu paling cepat 3-8 bulan. Dan perang Rusia-Ukraina harus berakhir agar harga oil bisa cepat turun <100 dollar.
Disclaimer: http://bit.ly/3bLj4Oc
$BRENT $OIL $MEDC $ELSA $APEX
1/3