Beberapa waktu terakhir, sektor teknologi di bursa saham dan instrumen digital seperti cryptocurrency mengalami penurunan yang signifikan.
Penurunan yang paling parah dan sempat viral adalah crypto LUNA yang sempat turun hampir 100%. Penurunan ini viral, baik di luar negeri dan di Indonesia dengan sejumlah testimoni kesedihan dan ancaman bunuh diri yang terlintas. Saya sempat menanggapi situasi ini di highlight Instagram (highlight Pemikiran). Penurunan terjadi bersamaan ketika Amerika Serikat menghadapi inflasi tinggi karena kondisi pemulihan after pandemi dan perang Rusia-Ukraina. Hal ini menyebabkan bank sentral mereka (The Fed) mulai menaikkan suku bunga dan otomatis menekan bursa saham dan crypto - termasuk crypto bluechip, Bitcoin.
Situasi ini berkebalikan dengan "kebahagiaan" sejumlah investor old economy, terutama komoditas, yang sejak awal tahun ini menikmati kinerja positif. Kinerja tambang batu bara dan migas serta CPO terapresiasi sepanjang 2021- awal 2022, sehingga meningkatkan appetite investor. Saya perlu kutip "kebahagiaan" karena di tengah situasi ini, masyarakat yang tidak memahami makroekonomi, siklus komoditas dan investasi menghadapi kenaikan harga kebutuhan pokok. Ini menjadi tantangan lain yang tentu bukan ranah saya membahasnya.
Dari situasi ini, pertanyaan pun timbul : "akankah ini akhir era sektor teknologi?" dan "apakah dotcom bubble telah pecah saat ini?". Saya akan mencoba menjawabnya dari pemahaman saya soal sektor ini.
=====
Saya tergolong orang yang bullish pada sektor ini. Kita ngga bisa denial bahwa sektor teknologi memang banyak membantu dan berperan dalam menjaga produktivitas di era menantang 2 tahun terakhir ini. Sektor ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, telah banyak mengubah kehidupan. Sektor ini juga yang, secara personal, membuat saya lebih percaya diri dan membuka banyak peluang buat saya.
Namun demikian, seperti yang kita ketahui, tren "digitalisasi saham" yang dimulai sejak akhir 2020 hingga 2021 menjadi perdebatan tiada usai - bahkan hingga hari ini. Layaknya kubu politik, polarisasi antara kubu old economy (perbankan, konsumer, komoditas dsb) dengan kubu new economy (teknologi) meruncing nyata di forum forum saham. Tiada hari tanpa ada perdebatan meragukan kinerja $ARTO hingga $GOTO.
Dalam situasi ini, saya sendiri mulai memikirkan apa yang perlu saya lakukan. Satu sisi saya mengakui old economy adalah bisnis yang sangat proven dan seringkali menghasilkan cashflow yang besar. Tapi, seperti yang saya ulang di beberapa post, belajar dari GOTO, Uber, Netflix dkk yang mendisrupsi dunia bisnis, saya tetap punya conviction di sektor teknologi. Apalagi sektor ini dekat dengan 2 sektor yang saya pahami sebelumnya, sektor media dan telekomunikasi.
Itulah sebabnya saya menyusun strategi yang saya sebut TMT+. Isinya adalah sektor Telco-Media-Tech, plus sektor old economy pilihan seperti perbankan, komoditas, konsumer + ritel belanja dan properti. Strategi ini, meskipun bukan strategi paling ideal, menurut saya sudah mewakili old dan new economy yang menjadi kekuatan utama dan potensi besar di Indonesia.
"Oke, tapi terkhusus teknologi, lu ngeliatnya gimana?"
Harus diakui, sebagian besar isi sektor ini sekarang perusahaan yang kalo ngga laba tipis, ruginya ngga ketulungan. Startup yang menjamur di dalam dan luar negeri sebagian besar isinya begini. Termasuk yang IPO di lantai bursa. Situasi ini memang kurang ideal. Disinilah saya menyeleksi isi sektor ini yang minimal bisa acceptable. Memang pilihan paling bagusnya cuma dikit.
Salah satunya sering disebut di banyak akun keuangan lain : MTDL. Saya juga pernah pegang saham dengan kondisi sebelas dua belas dengan $MTDL, MLPT. Nah, pilihan yang sempit ini membuat saya perlu mengubah persepsi. Hasilnya adalah strategi untuk fokus pada saham saham yang kelihatan strategi digitalnya (di beberapa sektor).
Misalnya perbankan, maka saya pilih mereka yang strong dan cukup kompetitif produk digitalisasinya. Atau sektor konsumer dimana mereka mulai memakai digitalisasi dalam proses penjualan dan produksi. Begitupun sektor media, dimana pilihan saya adalah mereka yang clear dalam "menjaga" perpindahan medium penontonnya ke OTT platform dengan mulus. Dengan perubahan persepsi, saya pikir ini pilihan yang cukup ideal di tengah keterbatasan pilihan yang layak.
Saya kemudian jadi teringat dengan isi prospektusnya GOTO yang menyarankan bahwa saham semacam GOTO ini perlu orientasi jangka panjang dalam holding. Iya jika kemudian GOTO naik atau GOTO untung operasional. Kalo ngga? Disinilah proteksi utama harus dilakukan dan pilihan bagi investor hanya dua : mengubah persepsi atau meningkatkan conviction.
Untuk saya, persepsi adalah kata kunci.
Follow Instagram dan Tiktok @plbkrinaliando untuk lebih banyak konten menarik soal investasi dan keuangan lainnya.
$IHSG $BNGA
1/2