馃啒 PETER LYNCH SESAT!!!!!
.
.
.
Ok, ok, sebelum fans Peter Lynch (PL) protes, saya luruskan beberapa hal terlebih dahulu:
1. Judul di atas adalah clickbait.
2. PL adalah investor pintar dan hebat. Dan itu sudah terbukti. Catatan kinerjanya membuat dia layak menyandang gelar legenda investasi.
3. Namun judul di atas mungkin menjadi tidak salah2 amat jika anda bersabar membaca lengkap point2 yg akan saya sampaikan.
4. Tulisan ini merupakan opini PRIBADI. Anda boleh setuju dan tidak setuju dgn opini ini. Dan jelas, tulisan ini bukan rekomendasi investasi, dan juga bukan rekomendasi untuk mengikuti atau tidak mengikuti aliran investasi tertentu. Lebih sebagai bahan perenungan saja.

Nah, sekarang, sebetulnya "judul wajar"nya mungkin lebih cocok seperti ini:

KENAPA SEBAIKNYA ANDA TIDAK MENGIKUTI SARAN PETER LYNCH.

Peter Lynch adalah manager dana yang populer di tahun 1980an. Sebagai manajer Magelan Fund di Fidelity Investment pada 1977-1990, beliau menghasilkan return spektakuler sekitar 29.2% p.a. Sebagai gambaran, uang Rp100jt yang diinvestasikan ke Magelan Fund pada awal masa jabatannya akan menjadi sekitar Rp2.8 milyar pada masa akhir jabatan beliau (periode investasi 13 tahun).

Selain mengelola dana, beliau jg menulis beberapa buku investasi populer seperti: One Up on Wall Street, Beating the Street, dsb. SALAH SATU pendekatan investasi populer yang dikenalkan beliau melalui buku2 tsb adalah "invest in what you know". Terkait hal ini, beliau memberikan contoh bagaimana profesi, pilihan dan perilaku anda sbg konsumen dapat menciptakan ide-ide investasi. Sebagai contoh: diceritakan bagaimana beliau memperoleh ide membeli saham Dunkin' Donuts setelah menyukai kopi yang dia beli di sana.

Tentu saja pendekatan ini tampak masuk akal, dan membuat investasi saham..........tampak semudah membalik telapak tangan sekaligus menyenangkan.

Mungkin setelah membaca buku PL, anda mendapatkan "Aha! moment" (bayangkan lampu berpijar di samping kepala anda).
Anda terus "membawa" pemikiran dan perkataan PL dlm kehidupan anda sehari2. Anda tak sabar menerapkannya dalam kehidupan anda; saat anda mudik, misalnya: tatkala anda berkendara, anda mendapati antrean sangat panjang di loket tol, dan anda MERASA prospek emiten jalan tol tersebut pasti sangat bagus. Dan ketika anda beristirahat di rest area, anda mendapati restoran ayam goreng Centucky Fried Khicken sangat ramai, serta pembeli di minimart Almafart membludak, shg anda pun berkesimpulan bisnis emiten2 tsb adalah "stalwarts" yang masih sangat "hot". Sepanjang perjalanan, anda juga melihat anggota keluarga anda sibuk menggunakan jasa layanan TOGO (membeli pulsa, membayar tagihan, berbelanja, dsb) dan anda berkesimpulan TOGO adalah bisnis "new economy" yang berada dalam fase "fast growers". Anda juga melihat banyak proyek infrastruktur yang dikerjakan pemerintah di sepanjang perjalanan dan MERASA bahwa sektor konstruksi akan diuntungkan.
Singkat cerita, anda menemukan begitu banyak ide investasi dalam perjalanan mudik anda. Anda merasa diberkahi dan berjanji untuk mudik lagi tahun depan.....
Dan masih dalam suasana Lebaran penuh berkah, anda siap merealisasikan ide2 investasi anda tsb dgn memborong saham2 terkait dengan penuh keyakinan pada hari pembukaan pasar saham pertama setelah libur Lebaran.....

Tolong jangan lakukan itu. Demi kebaikan anda sendiri.

Well.....pendekatan investasi tiap orang berbeda, dan itu sah2 saja, namun yang jarang orang sadari adalah bahwa pendekatan "invest in what you know" ini sebenarnya "mendorong" anda berinvestasi berdasarkan INSTING. Ini berbahaya sebab keputusan berdasarkan insting bukanlah keputusan akal sehat.

Berikut beberapa masalah yg timbul tatkala anda mengikuti metode "invest in what you know" PL:
1. Confirmation bias. Tatkala anda meyakini/memperhatikan/memikirkan sesuatu, mata dan pikiran anda akan mencari/mengkonfirmasi apa yg anda yakini/perhatikan/pikirkan. Anda akan menemukan ASUMSI anda TERASA semakin benar seiring berjalannya waktu, dan itu dapat membuat anda semakin percaya diri, optimis berlebihan dan bahkan overconfidence.
2. Pengamatan anda di suatu tempat dan di suatu waktu hanyalah "potongan" kecil dari total bisnis emiten tsb. Bisa jadi apa yg anda lihat hanyalah trend sesaat. Selain itu selera konsumen di satu tempat jg bisa berbeda dengan tempat lain. Jika hal ini yg terjadi, menterjemahkan "pengamatan lapangan" anda ke dalam keputusan investasi bisa menjadi bencana besar.
3. Selain menyarankan metode "pengamatan di lapangan", PL MEMANG menyarankan anda melakukan riset terhadap perusahaan sasaran. Masalahnya, PL sendiri tidak menjelaskan secara detail metode riset beliau, melainkan hanya menjelaskan pengelompokan persh: fast growers, stalwarts, dsb. Hal ini menimbulkan pertanyaan yg tidak sederhana: secara spesifik, kualitas persh seperti apa yg dicari? Nah, sekarang, andaikan ternyata anda bukan golongan orang yg mudah menyerah, dan dengan percaya diri memutuskan nekad melakukan riset dengan cara anda sendiri:
4. Sedalam2nya anda melakukan riset thd sebuah persh, besar kemungkinan pemahaman anda tetaplah sekelas "outsiders", bukan sekelas orang dalam (insiders) persh atau ahli industri. Setiap bisnis memiliki karakter dan detail yg berbeda; dibutuhkan waktu, passion, pengetahuan, keahlian dan pengalaman utk memahami/menguasai bisnis tsb. Kecuali anda strategic-investor sekelas Warren Buffett, yg memiliki "sumber daya" (dana, akses, dll) sangat besar dan juga sangat pintar, besar kemungkinan segala kerja keras yg anda kerahkan tidak akan mensejajarkan pengetahuan anda dengan manajemen, strategic-investor dan pemegang saham pengendali. Jika ini yg terjadi, maka "pengetahuan mendalam" anda mungkin sebenarnya hanyalah ilusi. Jangan salah, ini BUKAN himbauan untuk TIDAK melakukan riset/analisa, justru sebaliknya. Pointnya adalah anda harus menggunakan riset anda dengan "mata terbuka", tidak overconfidence, dan menyadari bahwa riset anda tidaklah sempurna, dan mungkin ada banyak pihak yg lebih tahu dan atau bahkan sudah tahu lebih dulu daripada anda.
5. Andaikan anda sudah merasa sangat yakin dengan riset bisnis/perusahaan yg telah anda lakukan, anda masih dihadapkan dengan pertanyaan berikut: berapa harga yg pantas atas bisnis "hot" yg anda amati? Bisa saja "pengamatan lapangan" anda sebenarnya telah disadari atau bahkan diantisipasi jauh2 hari oleh investor2 lain sehingga harga sahamnya sebenarnya mungkin sudah mencerminkan hasil pengamatan anda. Menemukan bisnis yg bagus adalah suatu hal, menentukan harga beli yg pantas adalah hal lain. Sebuah bisnis/persh bagus bisa menjadi sebuah investasi yg buruk jika harga belinya "salah".
5. Dalam hal menentukan harga beli saham persh, PL memang menyarankan penggunaan metode valuasi PEG (Price/Earnings Growth) untuk bisnis2 "hot" yg tumbuh kencang. Beliau mencoba membeli "growth at reasonable price" (GARP). Masalahnya, beliau tidak menyebutkan secara jelas earnings-growth (G) mana yg dipakai. Menggunakan G yg lampau tidaklah relevan, sedangkan G di masa depan penuh ketidakpastian. Sebagai contoh, bagaimana jika figur G sebuah emiten adalah sebagai berikut:
2021: 4% (masih kena imbas Covid).
2022: mungkin 30% (pulih dari efek Covid).
2023: mungkin -2%.
2024: mungkin 5% (sesuai GDP growth).
"G" yg mana atau berapa yang akan anda gunakan utk menilai persh pada saat ini (mid-2022)?
Jika misalkan sarannya adalah menggunakan G jangka panjang..........well, menebak G saat ini atau tahun depan saja sudah cukup sukar, apakah anda nyaman dgn estimasi G dalam beberapa tahun ke depan?

Saya tidak mengatakan PL salah. Beliau telah terbukti sangat kompeten dan tercatat sebagai salah satu legenda investasi. Namun saya jg tidak dapat mengatakan pendekatan "invest in what you know" beliau ilmiah dan dapat diandalkan (dalam buku One Up on Wall Street, beliau sendiri mengakui: "I never had an overall strategy. My stockpicking was entirely empirical"). Metode investasi berbasis insting yang beliau sampaikan adalah metode investasi yang tidak lengkap. Dan dalam opini saya, "mempertaruhkan" masa depan keuangan anda menggunakan insting bukanlah tindakan yang bertanggung jawab. Sekali dua kali mungkin pendekatan investasi berdasarkan insting saja bisa berhasil, namun sebaiknya jangan berharap banyak. Pengguna metode "invest in what you know" harus EKSTRA hati2 dan harus mengerjakan "PR"nya. Metode investasi PL terlihat sederhana, tapi bukan berarti mudah. Sederhana dan mudah itu dua hal yg berbeda.

Dalam dunia investasi: anda adalah musuh terbesar diri anda sendiri. Manusia kerap membiarkan insting, emosi, overconfidence, keserakahan dan ketakutan mempengaruhi kemampuan mereka untuk membuat keputusan yg obyektif dan masuk akal. Investor lebih sering berinvestasi menggunakan hati daripada kepala. Akibatnya, seringkali investor fokus pada FIRASAT atau CERITA di balik setiap saham yang mereka beli. Namun sayangnya, seringkali hal tersebut tidak berakhir dengan baik.

Morale: bahwa suatu filosofi/teknik investasi berlaku bagi seseorang bukan berarti akan berlaku bagi anda. The devil is always in the details: sesuatu mungkin tampak sederhana, tetapi sebenarnya detailnya rumit dan cenderung menimbulkan masalah. Anda harus selalu menyikapi semua filosofi/teknik investasi dengan mata dan pikiran terbuka.

Demikianlah artikel pertama yg saya buat (lagi belajar nulis). Jika kurang berkenan harap dimaklumi, tolong abaikan saja dan tidak perlu di-bully. Ini adalah opini PRIBADI dan tidak berniat menyinggung siapapun. Jika ada kekurangan, atau ada kata, kalimat, judul, yang menyinggung dan atau kurang berkenan, penulis mohon maaf.
Jika anda merasa mendapat manfaat, jangan lupa tekan tombol Like dan sharing ke yg lain.

Peace.


DISCLAIMER: All investment strategies involve risk of loss. Nothing contained in this publication should be construed as investment advice. The author is not responsible for the investment results of this publication. Readers are advised to do their own analysis.

RANDOM tag: $JSMR $GOTO $ANTM $WSKT $ITMG

Read more...

1/2

testes
2013-2024 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy