Ke mana arah IHSG, dan strateginya agar (mudah2an) cuan

Di tulisan sebelumnya saya membagikan keyakinan saya bahwa dunia akan mengalami stagflasi (ekonomi lambat dibarengi inflasi yg tinggi). Juga bahwa Indonesia sebagai eksportir komoditas pada awalnya tidak akan terpengaruh stagflasi dunia, tapi lama kelamaan pasti kena pengaruhnya juga.

Strategi apa yg paling tepat untuk situasi ini?
BTW kalau tulisan2 saya sebelumya saya sekedar merangkum dan menyimpulkan tulisan2 para ahli (world bank, goldman sach, ekonom, dll) kali ini sebagian besar ide saya sendiri. Jadi hati2 ya, jgn langsung dipercaya, dipikirkan dulu. Kalo org bule ngomongnya "take it with a pinch of salt". DYOR

Kita mulai dari asumsi bahwa dunia akan mengalami stagflasi. Detailnya silahkan baca tulisan saya sebelumnya.
Kalau dunia stagflasi apa saja yg akan terjadi?

1. Pasar saham dunia akan turun.
Sudah terjadi sejak awal 2022. Cek saja DJ, SP500, MSCI Asia pasisik (rata2 saham negara2 Asia pasifik), dll. Kalau ekonomi melambat tentu saham turun.

2. Suku bunga akan naik.
Sudah terjadi juga. Bukan cuma AS, bbrp negara lain juga sudah. Indonesia kemungkinan besar juga akan naik. Karena inflasi kita mulai naik juga. Terakhir 3.5% dengan trend naik. Padahal inflasi ideal itu +/- 2%. Juga kalau perbedaan suku bunga kita dengan AS terlalu besar, nanti Rupiah melemah terus.
Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga saham melalui 3 chanel. Pertama, meningkatkan biaya modal (bunga hutang makin mahal, dan cari modal baru juga makin mahal). Kedua, meningkatkan discount rate sehingga valuasi saham jatuh (gampangnya: daripada taruh duit di saham, dengan bunga segini mendingan taruh di deposito. Akibatnya harga saham turun sampai pada harga di mana investor tertarik untuk beli lagi). Ketiga, suku bunga naik akan melambatkan ekonomi sehingga omset banyak perusahaan akan turun.

3. Harga komoditas (awalnya) akan naik
Kenaikan komodotas sudah terjadi sejak pertengahan 2021 gara2 covid (selengkapnya baca tulisan saya yg sebelumnya lagi). Diperparah perang Rusia-Ukraina. Inflasi juga akan makin meningkatkan harga komoditas. Biasanya kita berpikir harga komoditas naik menyebabkan inflasi. Ini betul. Tapi sebaliknya juga terjadi. Inflasi menyebabkan harga komoditas naik. Ketika inflasi, nilai uang turun. Jadi investor tidak mau pegang uang. Pegangnya komoditas atau emas. Akibatnya harga komodtas dan emas naik. Sejarahnya memang harga emas dan komoditas berbanding terbalik dengan tingkat inflasi.

4. USD akan menguat
Suku bunga AS naik akan membuat USD menguat. Ketidakpastian akibat stagflasi juga membuat USD menguat. Dulu wkt saya masih kerja di forex, kami punya istilah risk-on currency (AUD, CAD) dan risk-off currency (USD, JPY). Maksudnya ketika keadaan dunia baik2, dan investor berani ambil risiko, lagi greedy, maka mata uang yg menguat biasanya AUD dan CAD. Kalau keadaan dunia lagi kacau maka investor lagi fearful, maka investor cari aman dan taruh duit di mata uang yg aman macam dolar atau yen.
USD menguat akan positif utk emiten2 komoditas karena mrk penghasilannya dalam dolar.

5. Harga komoditas (pada akhirnya) akan turun
Ekonomi yang melambat akan menurunkan permintaan komoditas. Ketika permintaan turun, harga komoditas akan menurun.
Saat ini belum ada tanda2 harga komoditas turun. Tetapi negara2 eksportir komoditas sudah mulai menaikkan produksi karena harga tinggi. Supply naik, demand (akan) turun, hanya masalah waktu sampai komoditas turun.
Perang Rusia-Ukraina membuat situasi agak tricky. Karena perang, mereka tidak bisa eksport sehingga mendukung harga komoditas (rusia dan Ukraina adalah eksportir komoditas). Perang juga membuat negara2 barat yg sekarang mengirim banyak senjata ke Ukraina perlu memproduksi senjata utk mengganti senjata yg dikirim. Selama perang berlangsung, industri senjata akan jalan terus. Dan industri senjata perlu banyak produk komoditas. Selama PD1 dan PD2, harga komoditas tinggi. Perang juga nampaknya masih akan berlangsung lama. Jadi mungkin masih agak lama sampai harga komoditas turun.
Pada saat komoditas turun inilah negara eksportir komodtas yg sebelumnya hanya sedikit terpengaruh stagflasi baru akan benar2 merasakan dampaknya.

Kalau point2 di atas menjadi kenyataan, maka saham2 yg potensial kira2 begini:

1. Saham2 komoditas.
Sudah agak berisiko karena naik sudah tinggi. Bisa dipertimbangkan emoiten2 pendukung komoditas seperti $AKRA (jual BBM utk alat2 tambang dan perkebunan), $TEBE (pelabuhan batu bara), $SMSM (jual filter alat2 tambang dan perkebunan), dll

2. Emiten yg penghasilannya dolar, pengeluarannya rupiah

3. Hindari emiten yg hutangnya besar, karena suku bunga naik berarti biaya bunga naik

4. Hindari growth stock. Growth stock dibeli karena prospek masa depan. Lha kalau masa depan ekonomi melambat, lalu apa yg dibeli?

5. Hindari emiten yg cash nya kecil. Ketika ekonomi melambat, yg jadi 'bantalan' adalah persediaan cash.

Ya, kira2 begitu Saudara2. Sy juga masih nubi, ini sy asal ngomong aja. Terima aksih sudah membaca tulisan yg panjang ini.
Saya sendiri sudah full coal, sawit, dan bbrp pendukung komoditas sejak bbrp wkt lalu. Sambil tetap pantengin keadaan. Begitu tanda2 coal/sawit turun, langsung dump. Kalau betul dugaan saya bahwa harga komoditas turun ketika demand turun, sedangkan demand turun gara2 ekonomi melambat, berarti wkt coal/sawit turun itu ekonomi lagi parah2nya. Pasti banyak bgt yg CL. Kesempatan serok bawah saham2 bluechip. Kita beli ketika darah berceceran dan mayat2 bergelimpangan 馃槇

Disclaimer: bukan ajakan membeli atau menjual, hanya utk bahan diskusi.

Tag: $IHSG , $PTBA

Read more...
2013-2024 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy