imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Mindset CutLoss dan Sikap Denial yang Membuat Trader Menjadi Rugi Lebih Cepat

Seorang psikiater sekaligus penulis asal Amerika-Swiss, Elisabeth Kübler-Ross, pada tahun 1969 mengusulkan teori yang dikenal sebagai The Five Stages of Grief. Teori ini menyatakan bahwa setiap orang mengalami 5 tahapan dalam menghadapi kedukaan.

Sebelum mengenal kelima tahap tersebut, perlu diketahui bahwa Kübler-Ross awalnya mengenalkan teori ini bukan untuk menjelaskan proses kehilangan orang yang dicintai. Teori ini menggambarkan kondisi pasien ketika tahu dirinya mengidap penyakit parah.

Menurut Kübler-Ross, ada lima tahap kesedihan yang dialami pasien saat mengetahui kabar buruk tersebut. Tahapan yang mereka alami yakni penyangkalan (denial), marah (anger), menawar (bargaining), depresi (depression), dan penerimaan (acceptance).

Tahapan yang sama ternyata terjadi pada keluarga dan orang terdekat pasien ketika pasien meninggal. Teori ini akhirnya digunakan untuk menjelaskan mengapa seseorang bisa merasa sedih selama bertahun-tahun setelah kehilangan orang terkasih.

Tulisan ini tidak akan membahas kelima tahapan dalam kesedihan, hanya berfokus pada yang pertama saja, karena saya merasa bahwa kebanyakan trader, utamanya yang baru kali terjun di dunia trading sering mengalami hal tersebut, dan saya sendiri juga mengalami hal tersebut ketika awal-awal masuk ke dalam dunia trading.

Tahap Denial atau tahap penyangkalan atau penolakan, dimana individu menyangkal bahwa hal buruk telah terjadi. Individu berpura-pura bahwa tidak terjadi apapun, sehingga individu pada tahap ini akan menolak kesedihan.

Saya percaya bahwa dalam trading tidak ada kepastian. Satu-satunya kepastian dalam trading menurut saya pribadi adalah kalian pasti rugi. Tidak ada yang namanya pasti cuan dalam trading, yang ada, kalian pasti rugi dalam trading. Pernah mendengar bahwa 90% Trader itu pasti mengalami kerugian dan trader hanya bertahan kurang lebih 2 tahun dalam dunia trading? Kalau belum ya berarti sekarang sudah denger kan hehe. Makanya tidak heran, kalo kalian sering liat berita seseorang yang bunuh diri karena trading saham atau trading crypto, karena memang faktanya demikian. Makanya, saya kurang setuju kalo misalkan Trading Saham disebut dengan Main Saham, karena it’s not a game bro, karena trading bisa buat orang jadi kaya kalo berhasil dan jadi miskin kalo gagal.

Saya coba cari referensi yang pernah saya baca seputar data itu, cuman sudah susah ditemukan akibat terlalu ramenya berita kemarin tentang afiliator binary option yang akibatnya membuat masyarakat kabur akan judi dan trading yang sebenarnya.

Dalam Trading, terdapat salah satu istilah yang dikenal dengan Cut Loss. Cut loss adalah strategi untuk menghindari kerugian lebih besar. Umumnya, Cut Loss diambil ketika harga saham terus merosot maupun dalam kondisi saham nyangkut. Cut Loss dilakukan dengan cara menjual saham di harga yang lebih rendah dari harga beli. Artinya kalian Rugi.

Beberapa Trader, punya pandangan yang berbeda mengenai Cut Loss. Ada yang menganggap bahwa Cut Loss merupakan sebuah strategi, dia menganggap Cut Loss hal yang biasa dan netral sehingga dia tidak masalah sama sekali untuk Cut Loss karena dia tahu kalo Cut Loss bukan merupakan sebuah kegagalan, tapi bagian dari Strategi Trading yang membuat kita dapat Survive ketika Trading. Lalu ada juga trader yang menganggap bahwa Cut Loss merupakan sebuah aib, kegagalan, dan hal yang memalukan, sehingga mereka sangat berat untuk Cut Loss yang mengakibatkan kerugian mereka menjadi lebih dalam lagi dan sangat berpengaruh terhadap psikologis mereka ketika trading.

Perbedaan pandangan antara Trader, tentunya juga memberikan perbedaan respon terhadap psikologi masing-masing Trader. Ingat, trading itu bukan tentang siapa yang punya analisa yang paling hebat tapi tentang siapa yang punya psikologis yang paling bagus. Trading itu bukan perang analisa, tapi perang psikologis. Perlu dipahami juga bahwa Tidak ada satupun orang di dunia trading yang tau saham itu akan naik ataupun turun pada hari perdagangan, tidak bahkan seorang Warren Buffet pun, atau pun adik Warren Buffet, atau siapapun. Jadi, kalian tidak perlu terlalu memperdulikan tentang pergerakan harga saham, yang kalian perlu lakukan adalah buat Trading Plan, buat Strategi, jika memang berjalan sesuai skenario ya berarti Take Profit, kalo gagal ya Cutloss. Focus on your trading plan! Sesimpel itu. jangan pernah bawa perasaan ketika trading.

Oke, lanjut perbedaan respon trader tadi ya. Trader pertama yang menganggap bahwa Cut Loss itu hal yang biasa, ketika analisa dia tidak sesuai rencana dan telah membuat dia melakukan Cut Loss, dia pasti akan langsung melepas sahamnya, karena dia tahu bahwa sahamnya telah bergerak diluar skenario dan mau tidak mau saham ini harus di Cut Loss. Dia CutLoss tanpa perasaan sedih atau bersalah, karena dia tau Cut Loss is a normal thing dan Trading tanpa Cut Loss itu mustahil. Sedangkan Trader kedua, ketika analisa tidak sesuai rencana dan telah membuat dia melakukan Cut Loss, dia pasti akan ragu-ragu untuk melepas sahamnya, dia merasa akan gagal jika dia melakukan Cut Loss dan hal ini dapat membuat mereka merasa sedih atau kecewa.

Nah, hal inilah yang berkaitan dengan fase pertama kesedihan yang telah dijelaskan di awal tadi. Kalo memang trader kedua langsung Cut Loss saham yang gagal meskipun dengan perasaan sedih dan kecewa, hal tersebut tidak menjadi masalah. Tapi… Faktanya tidak demikian, tidak semua orang bisa menerima kegagalan. Apalagi zaman sekarang ya, ketika kebanyakan orang coba untuk cari validasi sana sini, berusaha menyenangkan dan mendengarkan omongan orang lain dibandingkan omongan diri sendiri, semua orang tidak ingin terlihat gagal sekarang ini. Saya tidak sedang membicarakan orang lain, itulah yang saya rasakan ketika awal-awal trading, sangat sulit untuk menerima kegagalan pada awalnya.

Yang terjadi saat ini, yang saya temui baik itu dari teman-teman saya atau dari orang-orang di forum atau di grup-grup, yang terjadi adalah ketika sebuah saham bergerak diluar skenario mereka, saham yang harusnya sudah dilepas karena Cut Loss, justru tidak dilepas. Alasannya karena A, karena B, karena C, dan lain- lain. Contoh: Si Z masuk saham $GZCO karena posisi sekarang berada di dekat EMA 20, harapannya adalah sahamnya dapat mantul setelah menyentuh EMA 20 dan si Z bisa take profit ketika dia mantul di EMA 20, si Z juga menyiapkan strategi Cut Loss ketika saham GZCO turun dan closing melebihi EMA 20. Semua strategi sudah siap, termasuk Take Profit dan Cutloss. Akan tetapi, ternyata, saham GZCO lanjut turun, dan ternyata closing dibawah EMA 20. Jika seandainya si Z ini jenis trader yang pertama, dia pasti akan langsung melepas sahamnya, karena pergerakannya sudah sesuai skenario Cut Loss yang dibuat di awal, dan dia pasti akan Cut Loss tanpa ragu dan tanpa penyesalan. Akan tetapi, karena si Z ini merupakan jenis trader yang kedua, dia tidak langsung melepas sahamnya. Dia tidak percaya kalo saham GZCO ini ternyata break Support EMA 20, dia melakukan penyangkalan dan mencoba mencari pembenaran. “Oh iya, saham GZCO sudah break Support EMA 20, tapi kan masih ada EMA 50 didekatnya” katanya. Ternyata sahamnya turun lagi di dekat EMA 50 dan ternyata break Support juga hahaha, dia juga masih tidak bisa menerima dan coba lagi cari pembenaran sana sini, “Wah break EMA 50 lagi, tapi RSI sekarang udah oversold sepertinya bentar lagi dia mantul” begitu seterusnya. Coba cari pembenaran lewat influencer tukang pom-pom, akun-akun tukang pom-pom di forum, nyari teman sesama sangkuters, coba liat timeframe yang lebih besar, dan lain sebagainya. Sampai pada akhirnya minus sudah tembus 50% dan kalian sudah terlalu sayang untuk Cut Loss karena Lossnya sudah terlalu besar dan lambat laun berubah menjadi investor hehehe. Hal inilah yang dulu saya alami dan saya yakin pasti banyak dari kalian yang pernah atau sekarang justru masih ada di dalam fase seperti ini.

Saya coba kasih beberapa solusi untuk teman-teman yang masih punya mindset seperti ini:

1. Hal tersebut dapat terjadi karena Mindset yang salah terhadap Cut Loss. Ingat bahwa Cut Loss itu bukan hal yang memalukan, bukan aib, bukan sebuah kegagalan. Cut Loss is a Part of Trading. Trading tanpa Cut Loss itu mustahil. Satu-satunya kepastian dalam Trading adalah Cut Loss. Biasakan mulai sekarang punya mindset seperti itu. $IHSG

2. Buat dan Fokus ke Trading Plan yang telah dibuat. Apapun yang terjadi, fokus ke Trading Plan. Belajar disiplin. Ini yang susah sebenernya, tidak semua orang bisa disiplin. Makanya, hanya sekitar 10% saja trader yang dapat bertahan dan berhasil di dunia trading. $BUKA

3. Pahami Reason Buy kalian dan jangan pernah ubah-ubah Reason Buy nya. Contoh: Masuk karena dekat dengan EMA 20, kalo dia break lepas, tidak peduli seberapa minusnya, kalo sudah reason buy gugur berarti lepas. Kalo masuk karena Bid Offer bagus, keluarnya juga harus karena Bid Offer jelek, bukan karena sahamnya turun, berlaku kepada semua strategi yang kalian gunakan. Pastikan pahami Reason Buy kalian beli sahamnya. $DEWA $AGII

Disini saya hanya fokus membahas seputar Mindset Cut Loss, bukan tentang sebuah sistem Trading. Dalam tulisan ini, anggap aja sistem trading yang digunakan Profitable, jadi Cut Lossnya emang karena sahamnya gagal, bukan karena Sistem trading yang jelek.

Barangkali ada teman-teman lain yang memberikan solusi untuk permasalahan seperti ini, mungkin bisa sangat membantu untuk teman-teman trader lain yang sedang berproses.
Semoga tulisan ini dapat membantu dan membuat kalian menjadi Trader yang lebih baik dari sebelumnya.

Semangat Berpuasa~
Happy Cuan~

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy