imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

SPG mobil

Bayangkan baba sedang jalan-jalan ke mall. Di dalam mall baba melihat SPG mobil cantik yang mendekati baba untuk menawarkan mobil dagangannya. Pakaiannya agak ketat. Dengan perawakannya yang langsing, maka pakaian ketat ini membuat tubuhnya elok bagai gitar spanyol. Kita sebut saja SPG cantik ini Bunga.

Baba sebenarnya tidak punya uang untuk membeli mobil namun tidak ada ruginya juga berkenalan dengan Bunga dan tentunya dia juga tidak tahu bahwa baba tidak punya uang untuk membeli mobil tersebut. Sebenarnya kalau dipaksa nyicil tentu bisa, tapi baba harus puasa makan selama beberapa hari dan akhirnya mati.

Setelah bercakap cakap sekian lama, baba mulai bertanya lebih lanjut mengenai kehidupan pribadi Bunga. Ternyata SPG adalah pekerjaan sambilannya dan Bunga masih kuliah di jurusan akuntansi.

Dari fakta bahwa dia bekerja sambil kuliah baba kemudian menyimpulkan bahwa Bunga adalah gadis pintar.

Padahal jika ditarik secara logika, mungkin tidak ada korelasinya antara pintar dengan kuliah sambil bekerja menjadi SPG mobil.Untuk tahu dia pintar atau tidak yang harus baba lihat adalah dalamannya Bunga yaitu IPK nya sebagai mahasiswi.

Pengambilan kesimpulan hanya dari satu faktor disebut dengan “halo Effect”.

Halo effect sendiri didefinisikan sebagai penilaian/kesan pertama pada seseorang yang diambil dari hanya satu faktor. Misal baba melihat seorang wanita cantik dan langsung mengambil kesimpulan bahwa wanita tersebut adalah orang yang ramah dan baik.

Atau baba melihat seseorang yang buruk rupa lalu kemudian menyimpulkan bahwa sifat sifat orang tersebut tidak baik. seperti @kakdr dan @Wisdom28

Namun teteap saja ada kemungkinan jika wanita yang memiliki perilaku yang baik , rajin menabung, tidak sombong, seperti @Monica23 dan @fannyranindy

Hal yang wajar tentunya karena menurut penelitian oleh Edward Lee Thorndike secara manusiawi manusia memang cenderung menggunakan satu faktor untuk mengambil kesimpulan tentang seseorang. Kualitas fisik adalah hal yang paling umum mempengaruhi penilaian seseorang.

Dari dunia bisnis, contoh halo effect datang dari kekuatan brand atau merek. Produk yang dikeluarkan oleh merek yang sudah terkenal akan dianggap sebagai produk yang bagus. Jadi penilaian didasarkan pada merek. bukan kualitas produk. Padahal secara logika, tetap ada kemungkinan bahwa mereka yang sudah terkenal untuk menciptakan produk gagal.

Fenomena halo effect ini terjadi juga dalam psikologi investor dimana investor cenderung menilai kualitas perusahaan dari satu faktor, yaitu harga.

Saham perusahaan yang harganya naik cenderung dinilai sebagai saham bagus dan saham yang harganya turun cenderung dinilai buruk. Jadi penilaian sebuah saham hanya didasarkan pada harga padahal sebenarnya ada banyak faktor yang seharusnya digunakan dalam menilai sebuah perusahaan.
Halo effect ini juga yang menjadi salah satu faktor terjadinya FOMO. Saat penilaian hanya didasarkan pada satu faktor, yaitu harga dan harga naik, maka kesimpulan utamanya adalah saham ini bagus. Agar tidak ketinggalan, pembelian kemudian dilakukan secara tergesa-gesa. Setelah nyangkut baru kemudian melakukan analisa.

Maka dari untuk menghindari halo effect, penilaian seharusnya tidak didasarkan pada satu faktor.

Jangan menilai seseorang hanya dari fisiknya, menilai sebuah produk hanya dari mereknya dan menilai saham hanya dari harganya.

Mungkin jika diibaratkan dalam peribahasa, halo effect merupakan perwujudan dari peribahasa “Jangan menilai buku dari sampulnya”

Dan bagi bagi teman-teman saya yang masih jomblo di SB, @moseskarunia , @SusiSetiawati , @Ariki janganlah menilai seseorang hanya dari parasnya.

Nilailah juga dari harta yang mereka punya.

Jangan semangat, tetap menyerah!

https://bit.ly/3Cejbh9.

Happy weekend
$SRTG $ITMG $BUMI $BBRI

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy