Reverse Engineering Valuation
Ketika melakukan valuasi, biasanya kita menghitung berapa harga wajar atau rate of return dari suatu saham.
Terkadang untuk melakukan crosscheck, saya melakukan reverse engineering untuk memastikan bahwa harga saat ini masuk akal.
Bagaimana caranya?
Kita cari berapa growth rate yang dibutuhkan agar kita mendapatkan keuntungan yang layak.
Contoh:
Katakanlah perusahaan A memiliki EPS 100.
Setelah melakukan analisis, kita telah menyimpulkan PER wajarnya sekitar 12x.
Rate of return yang kita harapkan adalah 15% (artinya, setiap tahun harga sahamnya akan naik sekitar 15%).
Kita berencana menyimpan sahamnya selama 5 tahun.
Untuk kemudahan, kita kesampingkan dahulu adanya dividen.
Case ke-1: PER saat ini 12x (fair valued)
Pada kondisi ini, harga sahamnya adalah 1.200 (karena EPS-nya adalah 100).
Karena harga saham saat ini dijual dengan PER wajarnya, maka untuk memperoleh rate of return 15%/tahun EPS-nya juga harus tumbuh sebesar 15%/tahun.
Case ke-2: PER saat ini 8x (undervalued)
Dengan PER 8x artinya harga sahamnya adalah 800.
Berarti harga saham 5 tahun ke depan (rate of return 15%/tahun) adalah 800 x ((1+15%)^5) = 1.609.
Ini adalah harga saham minimum yang harus dicapai 5 tahun ke depan dan tergantung dari rate of return investasi yang kita butuhkan.
Jika PER wajar adalah 12x, maka EPS minimum 5 tahun ke depan adalah 1.609/12 = 134.
Artinya, EPS growth rate yang dibutuhkan hanya sekitar 6%.
Case ke-3: PER saat ini 20x (overvalued)
Dengan PER 20x artinya harga sahamnya adalah 2.000.
Berarti harga saham 5 tahun ke depan harus mencapai 2.000 x ((1+15%)^5) = 4.023.
Jika PER wajar adalah 12x, maka EPS minimum 5 tahun ke depan adalah 4.023/12 = 335.
Artinya, EPS growth rate yang dibutuhkan adalah sekitar 27%.
Jika dirangkum, hasilnya adalah sbb:
- Jika PER saat ini 12x, EPS growth rate yang dibutuhkan adalah 15%
- Jika PER saat ini 8x, EPS growth rate yang dibutuhkan adalah 6%
- Jika PER saat ini 20x, EPS growth rate yang dibutuhkan adalah 27%
Apa kesimpulannya?
Kita akan bisa melihat apakah masuk akal perusahaan A akan tumbuh setinggi yang dibutuhkan.
Jika seandainya kita meyakini bahwa EPS perusahaan A bisa tumbuh stabil sebesar 20%/tahun, maka pada case ke-1 (membutuhkan EPS growth 15%) dan ke-2 (membutuhkan EPS growth 6%), harga sahamnya masih terlihat murah.
Sementara itu, pada case ke-3, harga sahamnya terlalu mahal karena EPS growth yang dibutuhkan (27%) lebih tinggi daripada perkiraan kita yang hanya berkisar 20%.
Itulah yang disebut dengan reverse engineering valuation.
Fungsi terpentingnya adalah sebagai 'sanity check' apakah harga sahamnya mampu untuk mencapai level seperti yang kita harapkan.
Kesimpulan lain yang menarik adalah bahwa mahal murahnya harga saham juga tergantung pada return investasi yang kita butuhkan.
Oleh karena itu, dengan reverse engineering ini setiap orang akan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang harga wajar suatu saham.
Oya, masih ingatkah tadi di atas saya mengatakan bahwa perhitungan tersebut mengabaikan peranan dividen?
Jika kita memasukkan dividen dalam perhitungan, EPS growth rate minimum yang dibutuhkan akan semakin rendah sehingga harga wajarnya juga menjadi lebih tinggi.
Seruput kopi dulu sebelum terlanjur dingin :grinning::coffee:
$IHSG