Petualangan Pertanyaan

‘Let the Questions be the Curriculum.’
- Socrates


Belakangan banyak pertanyaan masuk ke saya mengenai buku atau literatur sumber analisa LK + bisnis.

Terhadap pertanyaan yang begitu open ini,
Saya tidak bisa menjawab secara singkat,
Seperti biasa.
Bisa jadi alasan saya saja ya.
Kata lain dari ‘tidak bisa menjawab’.

Anyway…
Saya coba jelaskan seruntun mungkin.

Pertama kali saya mengenal akuntansi saat duduk di bangku kuliah, dan berakhir pada rasa frustasi mendalam.
Terutama mengenai subyek akrual dan deferral.
Sewaktu SMA, saya ambil jurusan IPA, dulu namanya A1.
Ketika teman-teman kelas kuliah sore saya sudah lebih dulu mengenal Laporan Keuangan di kelas IPS (A3) SMA, saya masih mencoba mencerna istilah-istilah debet – kredit, jurnal, General dan sub-ledger.

Sepanjang semester pertama kuliah, saya hanya mempelajari satu buku text-book akuntansi dasar, yang isinya sama saja dengan ribuan buku yang bisa Anda google sekarang.
Sebagus apapun text-book akuntansi yang diberikan.

Tidak ada yang sebaik praktek…

Seorang Chief Accounting di perusahaan pelayaran (kantor pertama saya) mengajarkan bagaimana mengambil posisi dari sudut pandang dompet.

Setiap kali seseorang memberi Anda uang,
catat Kas di sisi 'Debet'.
Sebaliknya, ketika duit itu keluar dari dompet,
'Kredit' kan Kas.
Lawan jurnal-nya tinggal mengikuti.
Dengan Kas di sebelah ‘Debet’, sebelah Kreditnya tinggal pilih : Utang atau Modal atau Pendapatan/Piutang.
Sebaliknya
Kas di Kredit, Debetnya umumnya Biaya atau Pembayaran Utang.

Debet - Kredit ini langsung terpantul di Neraca dan Laba-Rugi.

Ini dasar pemikiran yang mendobrak kebuntuan.

Terlalu sederhana (karena ada banyak jenis transaksi kas lain terutama menyangkut akrual dan deferral), tapi kita belajar dari hal-hal sederhana,
dan paling cepat belajar dari the most extreme point of view.

Darah akuntansi di otak saya mengalir deras setahun kemudian, ketika mengerjakan worksheet (kertas kerja) di sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) kecil.

KAP kecil tersebut menyewa lantai 2 sebuah ruko kecil di Jelambar, Jakarta Barat.
Lantai satunya disewa sebuah bengkel yang ditinggalkan terbengkalai. Toilet nya kecil seadanya. WC pembantu rumah paman saya jauh lebih beradab, tapi saya lebih suka mampir lembur tanpa dibayar di KAP, daripada pulang ke rumah paman saya sebelum matahari terbenam.

KAP kecil tersebut belum memiliki lisensi audit, jadi hanya sebatas mengerjakan Laporan Keuangan atau istilahnya : Accounting Services (AS).

Accounting Services memberikan layanan kepada siapa saja, terutama pebisnis kecil, untuk menghasilkan Laporan Keuangan bulanan.
Kami mengumpulkan bon-bon kecil, melakukan stock opname dengan mencocokkan jumlah fisik masing-masing item persediaan dengan saldo sub-ledger atau Buku Pembantu Persediaan, membuat Trial Balance, memisah-misahkan menjadi Neraca, Laporan Laba-Rugi, dan Arus Kas.

Sebelum diserahkan ke klien, ada Manager dan Partner yang memastikan kewajaran angka-angkanya. Ya, kewajaran, karena sungguh sulit mendapatkan akurasi. Ada banyak Kertas kerja berseliweran di 8 meja yang dipakai bersama belasan anak muda, yang bekerja sambil kuliah akuntansi. Beberapa mahasiswa perempuan bahkan saling sharing pemakaian laci dan kursi. Staf laki-laki kebagian laci yang tidak punya kunci, atau sudah rusak.
Beberapa kali kertas kerja itu hilang dan kami harus memulai baru dari nol. Dan hasilnya (angka Neraca dan Laba-Rugi) bisa berbeda, meskipun saldonya sama-sama balance.

Terlepas dari kebrutalan lingkungan kerja, saya belajar banyak hal dari kumpulan bon-bon kecil dan keberantakan kertas kerja. Anda tidak pernah bisa membayangkan ‘orgasme’ yang saya rasakan saat memprint-out lembar demi lembar Laporan Keuangan pertama saya. Hal yang membawa saya mendapatkan beberapa side-job AS perusahaan trading sepeda dan toko buku di kemudian hari.
Yang pada akhirnya merusak mental saya, dan membuat saya bermalas-malasan belajar tingkat Intermediate dan Akuntansi Lanjutan (Advance).

Orgasme berikutnya saya rasakan beberapa tahun kemudian, saat saya pindah ke sebuah KAP second tier di bilangan Pluit. Di sini saya belajar siklus akuntansi, yang waktu itu masih dikerjakan secara manual, belum terkomputerisasi seperti sekarang. Proyek pertama saya atau tepatnya kami (karena bersama beberapa orang) adalah SOP dari sebuah perusahaan beras, berisi :
Struktur Organisasi (Job Desc, Job Qualification, dll),
Sistem dan Prosedur Keuangan,
Sistem Pengolahan Data Akuntansi, dan
Management Letter

Saya beruntung belajar Akuntansi, mengajar, dan bekerja di KAP.
Tapi ….
ada banyak lulusan akuntansi yang tidak tertarik mendalami fundamental (meskipun mereka bisa),
Sementara….
Banyak investor jago fundamental dari jurusan fisika, teknik, sastra Inggris, dibanding lulusan akuntansi, atau bahkan yang kerja di kantor akuntan.
Bukan luxury yang terlalu gimana juga sepertinya ya.

Sekarang mengenai buku.

Saya adalah serakus-rakusnya membaca.
Akan tetapi….
Tetap saja, buku-buku berasa seperti pelengkap.

Buku WB yang saya baca berulang kali adalah karya Jeremy Miller :
‘Warren Buffet Ground Rules’,
menceritakan pemilihan saham cigar butts, dan selon pertama WB di American Express.
Beberapa hal teknis dan mendasar bisa diambil pelajaran dan diterapkan dari buku ini.
Kalau Anda malas, intinya bisa disarikan sbb :

‘Your goal as an investor should simply be to purchase, at a rational price, a part interest in an easily-understandable business whose earnings are virtually certain to be materially higher five, ten and twenty years from now. Over time, you will find only a few companies that meet these standards - so when you see one that qualifies, you should buy a meaningful amount of stock.”

Intinya :
“Beli bisnis bagus
di harga murah, dan
Banyak… ! ”

Pun dari Surat WB pada Annual Report 1996.
Not even a book !

Saya suka membaca hal-hal masuk akal dari kalimat-kalimat Peter Lynch, namun semua berlalu begitu saja.
Saya suka nonton video penjelasan Ray Dalio tentang ekonomi, tapi buku Principles-nya membosankan.
Snowball bagus, Intelligent Investor BG juga bagus, tapi terlalu tebal dan serasa seperti di awang-awang.
Praktek bursa Amerika anyway tidak semuanya cocok untuk diaplikasikan di bursa efek Indonesia.
Buku Teguh Hidayat lebih menghibur, malah tidak banyak manfaat saya ambil.
Selain hubungan PER-PBV-ROE.

Di pikiran saya lebih nyantol bacaan masa kecil, yang mendorong saya untuk mulai ikut-ikutan menulis.
Enyd Blyton, Trio Detektif Alfred Hitchcock, Shogun, Chris Bradford.
‘Robohnya Surau Kami’ A.A. Navis, hingga ‘Seribu Kunang-kunang di Manhattan’ Oemar Kayam.
Godlob Danarto hingga Telegram Putu Wijaya
Perisai Kasih yang Terkoyak Mira W
Saskia Marga T
Noni dan Godek nya Bung Smas
Menulis itu Gampang dan Senopati Pamungkas Mas Wendo
Stensilan Eny Arow, Ladam Perak, Fredy S, Motinggo Busye, Barbara Cartland, Harry Potter, Sydney Sheldon, Erich Segal, Dan Brown.
‘Aku Ingin’ Sapardi hingga ‘Senja di Pelabuhan Tua’ Chairil Anwar

Oh ya, kebetulan lagi gak ada kerjaan, saya bongkar-bongkar file lama.
Ketemu berkas cerpen saya yang dulu kalah lomba Cerpen di Majalah Anita Cemerlang, tapi dimuat, sebagai hadiah hiburan.
Honornya Rp. 65.000,-. Kecil ukuran sekarang. Tapi untuk mahasiswa jaman dulu, bisa buat bayar kencan melewati sekali malam minggu.

Above all…

Saya lebih banyak tenggelam di Prospektus, Annual Report, dan LK.
Survey ke lokasi.
Dan berdiskusi dengan orang-orang yang memahami bisnis emiten.

Umumnya tulisan saya dimulai dengan pertanyaan.
Kalau ada yang memperhatikan…

Dan banyak jawaban pertanyaan saya temukan di Prospektus, Annual Report, dan LK.
Yang biasanya,
Segera setelah itu
Muncul lagi pertanyaan-pertanyaan baru.
Dan pikiran saya pun kembali hanyut dalam mencari jawaban pertanyaan berikut.

Ada lebih banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Pada kasus saya,
Beberapa yang terang-benderang, muncul di stream ini.
Yang mudah-mudahan benar adanya.
Banyak yang tertinggal di folder-folder hard-disk,
Yang kadang saya sendiri lupa pernah menanyakan.

Ada begitu banyak literatur yang saya lewatkan.
Saya tidak suka buku yang terlalu dalam membahas valuasi.
Beberapa kali saya bilang, pemahaman bisnis jauh lebih penting.
Valuasi akan lebih obyektif, kalau kita sudah memahami bisnisnya.

Kerja keras di balik bisnis merupakan kisah yang dapat menginspirasi.
Kekayaan yang tiba-tiba hanya enak buat yang menjalani, tapi tidak ada pelajaran yang didapat dari sini.
Proses… adalah segala-galanya.
Apakah itu berupa business model yang bertahan
Atau template berpikir yang terus diperbaiki

Saya lebih suka membaca sejarah rokok, ketimbang Howard Mark atau Peter Lynch.
Membolak-balik biografi karya Walter Isaacson,
Kelahiran ide relativity yang dibantu bidan-bidan matematika dari Gottingen dan seorang fisikawan wanita yang namanya tidak pernah terdengar.
Menikmati ombak kehidupan Steve Jobs dari awal kerjasama i-Woz, dipecat oleh orang-orang yang dipilihnya sendiri, gagal bersama NEXT dan memanfaatkannya untuk Mac, bertaruh besar di Pixar, dan bangkit kembali bersama iPod, dan tentu saja iPhone.
Meskipun saya tidak membeli APPL. Bursa Indo masih lebih menarik, dengan segala atributnya.

Tiap beberapa minggu saya pindah
Dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain….
Semakin lama semakin mengerucut
Kadang gak penting….

Seberapa menguntungkan per tonnya batubara ?
Apa sebenarnya yang terjadi di $BUMI ?
Berapa sebenarnya modal pembuatan sebatang rokok $GGRM $HMSP ?
Bagaimana cara peternak menghitung modal per ekor ayam saat menjual kepada pengepul ?
Apakah ada persentase rasio jantan : betina DOC yang menetap atau berubah-ubah dan bagaimana rasanya dilahirkan di sebuah mesin tetas ?
Bagaimana menghitung NIM sebuah bank, apakah $BBCA yang memiliki interest tertinggi dan bank mana yang membayar bunga paling boros ?
Bagaimana sebuah perusahaan yang tidak mengeluarkan dividen tetap bertahan, dan PSP nya malah tambah sejahtera ?
Benarkah $PNLF Value Trap ?

Tidak ada bentuk yang menetap
Atau berhenti pada satu jawaban.
Selalu ada pertanyaan baru …

Jadi kalau ada yang bertanya….
Tentu saya akan mencoba menjawab sebisanya.
Tapi saran saya.

Lontarkan terus pertanyaan
Dan coba jawab sendiri
Jawaban itu akan mendefinisikan pemikiran-pemikiran baru
Yang Anda sendiri tidak tahu buku mana yang pernah mengupas
Atau pernah Anda baca sebelumnya
Seolah seperti ide Anda sendiri
Yang terus bermain di pikiran
Kadang Anda sendiri tidak mengenalnya lagi
Dia meneror bawah sadar Anda
Mimpi-mimpi Anda di tengah malam
Pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung habis
terus bergulir
meminta Anda menjadikannya
Petualangan Anda sendiri….

Bagaimana proses penyusunan LK itu penting.
Akan sangat bagus jika Anda menguasai.
Tapi kalau Anda menguasai bisnis, Anda bisa menjawab banyak pertanyaan.
Mengapa suatu bisnis sangat menguntungkan, atau biasa saja, atau bahkan merongrong kantong,
Dan, masalah waktu saja, Anda bisa membaca LK.

Saudara saya tidak pernah belajar akuntansi. SMP saja tidak tamat.
Tapi dia bisa membaca LK dari intuisi bisnis semata,
dan mengambil keputusan dari situ, ini yang penting.
Mengambil keputusan dari suatu laporan.

Mick Jagger yang menciptakan As Tears Go By,
Tapi orang lebih suka versi kekasihnya, Marianne Faithfull, termasuk saya.
Tapi ini gak nyambung ya. Maap.

Lebih nyambung soundtrack peluncuran Windows '95:

“Start Me Up”
- Rolling Stones

Mulailah bertualang….

kis4ros

Read more...

1/8

testestestestestestestes
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy