imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

IHSG – Balance sheet; Asset atau utang?


Ada banyak guru saham made in USA yang mengajarkan untuk memilih emiten berdasarkan balance sheet-nya. Tentu saja profit and loss dan cash flows juga sama pentingnya. Sekarang tergantung anda senang yang mana?

Kalau para guru menyebutkan balance sheet gampang ditebak, bahwa balance sheet yang bagus berarti assetnya banyak dan utangnya sedikit. Kalau anda ditanya mana yang lebih penting, banyak asset atau sedikit utang?

Anda pasti bingung menjawabnya. Kalau anda bertanya kepada saya, manakah yang paling penting dalam mengukur kualitas balance sheet, apakah dari sisi utang atau dari sisi assetnya?

Maka jawaban saya sebenarnya telah tercermin dalam banyak postingan saya, dimana saya sering mereview praktik mark-up atau financial engineering pada asset yang mungkin dilakukan oleh emiten, dan hampir tidak pernah saya memposting tentang praktik mark-down utang. Yang artinya saya cenderung curiga terhadap nilai asset emiten yang mungkin hasil gelembungan praktik mark-up. Sedangkan pada utang saya cenderung nyaman, tidak perlu saya bahas secara mendalam, Kenapa demikian?

Karena utang cenderung susah di mark-down, sebab utang terbesar sumber utamanya adalah utang Bank, yang ketika dikonfirmasi oleh auditor mengenai jumlah utang emiten, maka jawaban Bank cenderung akurat. Atau kalau dikonfirmasi saldo utang dagang kepada vendor maka jawaban vendor akan cenderung akurat. Kenapa demikian? Jawabnya manusiawi saja, si creditor (vendor / Bank) tentu tidak akan mau bekerja sama dengan emiten (customers) untuk mengkonfirmasi kepada auditor bahwa utang emiten kepada vendor/ Bank lebih kecil dari jumlah sebenarnya (alias mark down). Tentu akan merugikan si Bank / vendornya sendiri, yang berarti menurunkan nilai assetnya atau haknya kepada customernya. Praktik simplenya, apakah anda akan membenarkan/ mengkonfirmasi orang yang berutang pada anda hanya sebesar Rp. 100 juta padahal utang sebenarnya Rp. 1 miliar?

Artinya menurut saya sebagai investor, mengukur kinerja utang emiten jauh lebih penting daripada mengukur kinerja asset. Sebab utang relative susah di mark-down sehingga saya mersa nyaman untuk menggunakan uang sebagai pengukuran kinerja utama, seperti DER (debt to equity ratio) dan DCSR (Debt Service Coverage Ratio). Sedangkan pengukuran kinerja berdasarkan asset, maka bawaan saya selalu saja curiga bahwa terjadi praktik mark-up nilai asset, sehingga harus dipelajari lebih dalam terlebih dahulu.

Bahkan menurut saya mengukur kinerja Utang masih jauh lebih penting daripada mengukur kinerja laba, sebab laba gampang di-markup. Jadi sangat mungkin saya membeli saham emiten yang merugi tetapi sedikit utang, jika menurut saya ada prospek kedepannya (turn around) dan tentu saja harganya murah, daripada membeli saham emiten yang banyak untung tetapi juga banyak utang, meskipun saya menemukan / menduga bahwa pada emiten (banyak untung tetapi banyak utang) tersebut tidak melakukan praktik mark-up laba, atau praktik financial engineering.

Hal ini karena laba banyak tetapi utang banyak maka pada akhirnya laba akan habis untuk bayar utang. Maka untuk bagian shareholdernya mana? Dan terlalu banyak contoh emiten yang gagal bayar utang berujung kepada suspense oleh BEI tanpa ujung yang jelas, seperti yang terjadi pada TELE dan SRIL.

Itu sebabnya saya pernah menjelaskan kalau tujuan IPO untuk membayar utang seperti $ARCI adalah bagus dan baik. Yang berbahaya justru jika dana IPO tujuannya untuk dibelikan asset, sehingga kita curiga apakah waktu membeli asset terjadi praktik mark-up yang menguntungkan oknum perusahaan / PSP? Apalah lagi jika yang dibeli adalah asset milik PSP.

Bagaimana market menghargai perusahaan yang sedikit utang? Coaba anda pelajari saja sendiri. Tentu yang paling dihargai oleh market adalah emiten yang sedikit utang, laba-nya besar dan bagi dividend pulak. Tetapi sayang harganya muahal.

Selain itu utang yang sedikit bahkan jumlahnya mini, berpotensi untuk di-back-door-listingkan, seperti yang terjadi pada ZBRA, YELO, TNCA dan REAL (kalau percaya ama janji Bapak Ucup Mancur). Sayangnya saya telat menyadari itu, karena terlalu fokus kepada laba, laba dan laba, sehingga saya mengabaikan saham-saham tersebut pada saat harganya masih GOCAP, akhirnya saya mengakui bahwa saya ketinggalan kereta. Tetapi masih ada emiten lain, maka saya berkesempatan membeli $BAPA $BBSS. tetapi BBSS telah saya lepas-untung sebab dalam hitungan saya pada harga Rp. 70-an, potensi untuk di-back door listingkan agak berat karena market capitalnya terlalu besar, sehingga akan memberatkan perusahaan yang akan mem-back-door-listingkan emiten tersebut. Tetapi kalau harga BBSS kembali gocap saya nggak pake mikir untuk beli lagi, meskipun emiten ini masih merugi semenjak IPO. Saya pernah menyampaikan dalam postingan saya disini https://stockbit.com/post/7170400 tentang memilih emiten yang potensial untuk di-back-door-listingkan. Dan kalau anda menanyakan kepada saya emiten apalagi yang mungkin cocok untuk spekulasi back door listing, maka saya sedang menunggu $OPMS, emiten yang utangnya hanya Rp. 675 juta perak saja. Saya akan mulai beli kalau market capitalization-nya dibawah Rp. 100 miliar seperti yang pernah terjadi sebelumnnya, sehingga terasa pas dikantong investor back-door-listing.

Apakah penyebutan nama emiten ini akan kembali dianggap pompom, seperti saya menyebutkan $BUKA? Terserah anda saja, yang jelas BUKA memang masuk kriteria saya, sebab BUKA termasuk perusahaan yang sedikit utang (DER = 4%), kalau anda berharap BUKA menjadi saham GOCAP ya mari kita nikmati bersama, kalau memang demikian. Hanya saja, menurut saya ini seperti anda pernah berharap pada saham LQ45 lainnya, yaitu dapat membeli saham TLKM harga 2.000, atau membeli saham UNVR dibawah 3000 atau membeli saham HMSP dibawah 900.

Demikian semoga bermanfaat.

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy