GAGAL di SAHAM
90% pelaku di bursa saham gagal, benarkah? Yang pasti banyak sekali para pelaku tidak mendapatkan return seperti yang diharapkan. Penyebab kegagalan ini berakar dari KETIDAKTAHUAN akan RESIKO dan bagaimana MITIGASI nya. Di tulisan ini saya coba share berbagai resiko yang mungkin ada dan bagaimana cara mengelola/memitigasi resiko2 tsb.
Resiko-resiko berinvestasi di bursa saham:
1. Resiko yang melekat ke DIRI SENDIRI. Yes ini resiko terbesar dan resiko2 lain bisa jadi turunan dari sini. Banyak yg masuk bursa tapi TIDAK MENYIAPKAN DIRI dengan pengetahuan bagaimana berinvestasi yang benar. Kayak mau perang tp gak tau caranya dan gak pake baju perang. Alhasil bursa jadi ajang spekulasi. Start dengan keyakinan tinggi (modal 1 miliar) dan berprinsip pokoknya beli blue chip pasti aman.... kejadian dong beli UNVR, HMSP di pucuk. Beli BUKA karena digitalnya. Beli saham2 gorengan atau baru ipo biar cepat dan gede cuan nya. Apakah memang itu mindset di diri: saham jd jalan ninja agar cepat kaya tanpa belajar, tanpa kerja keras? Saat beli saham pun tidak tahu kenapa beli, harus diapain saham itu, dan kenapa harus dijual. Bahkan gak tau itu perusahaan apa, produk yg dijual apa, LK nya seperti apa, prospek nya gimana. Semua keputusan didasari oleh ketidaktahuan, mungkin menghitung kancing dan denger saran orang jadi basis utamanya.
2. Resiko yang melekat ke bursa. Harga di bursa saham itu volatile dalam jangka pendek (jam, hari, minggu atau bahkan bulan). Jika kita mengikuti cara bermain seperti ini, kemungkinan besar kitalah korbannya. Bursa sama kayak pasar tradisional, penuh dengan kebisingan. Ada banyak kepentingan bermain. Ketidaktauan membuat artis/infulencer/guru lewat medsos jadi sumber utama informasi. Saya dulu seneng dengerin guru saham alhasil beli poli, admg, ctth – dan jadi pembelajaran utama karena rugi 1 M lebih dari saham2 ini. Ada korban lain yg mungkin kasusnya lebih parah karena beli aisa, hmsp??? Banyak yg beli LUCK ratusan juta dan bahakan M karena jadi korban dari influencer medsos / financial planner (katanya).
3. Resiko yang melekat ke perusahaan. Ada yang beli perusahaan karena suka ama produknya. Gua seneng nih ama produk2 shampoonya maka gua beli saham UNVR, seneng ama rokok Marlboro jd beli deh HMSP. Ada banyak yg beli saham siklikal tapi hold forever. Beli pgas di 6000 dan drop jauh. Beli saham BBRI tp hold 1 jam. Beli perusahaan slow grower seperti ASII / TLKM (??) dan hold tahunan. Banyak yg beli saham pake marjin karena dianggap akan window dressing dan semua saham akan naik harganya.
Apakah ada yang mengalami hal serupa?
Apa ya yang bisa kita pelajari dari pengalaman2 itu?
Kalo kita udah kenali resiko2 nya, terus gimana dong biar menghindari, mengelola, atau memitigasi resiko2 itu.
1. Resiko DIRI SENDIRI. Jadilah orang yang semangat belajar dan mau mendalami ilmu saham sebelum terjun. Berambisilah untuk menjadi orang yang memiliki kemajuan tercepat dalam memahami ilmu2 fundamental terbaru (misal new economy), tidak cukup stop hanya belajar dari Graham dan Warren Buffett, tp mungkin dari Cathy Wood juga. Penambahan ilmu baru lebih penting dari penambahan kekayaan. Beli bukunya Peter Lynch, liat you tube nya Mohnish Pabrai, dsb. Belajar untuk melakukan analisis fundamental menyeluruh (manajemen, keuangan, bisnis, prospek). Tahu bagaimana memvaluasinya dan beli dengan margin of safety yang tebal (beli di harga murah/wajar).
2. Untuk kebisingan di pasar usahakan sebisa mungkin abaikan. Jangan dengarkan orang lain, percaya ama riset sendiri. Jadilah INDEPENDENT INVESTOR. Trust noone. Jgn percaya ama artis, guru, broker. Kali aja mereka pom pom utk jualan. Tebar fear utk serok bawah. Suruh sering2 transaksi karena dapat komis dari fee transaksi. Suruh nabung saham karena makin gede transaksi, makin bagus kinerjanya. Boleh belajar atau melihat orang lain, hanya sebagai clue awal, bukan dasar utk ambil keputusan beli & jual. Jadilah investor dengan mindset JK PANJANG, abaikan volatilitas harga jam2an-harian-mingguan. Karena kalo long term titiknya ada dua dan mengarah ke utara. Bahkan ada yang to the moon kayak saya beli tkim, bris, assa, dsb.
3. RISET MENDALAM. Pahami perusahaan tempat anda berinvestasi, karakternya seperti apa (apakah siklikal, turn around, asset play, stalwart, slow/fast grower. Jika sudah kenal, anda tahu harus gimana: kapan beli, kapan hold/jual. Jika kedua hal ini dilakukan, cuan pasti mengikuti, dan di titik tertentu akan akselerasi. Ikuti perkembangan perusahaan secara berkala. Jika fundamental tidak berubah dan bahkan menguat, do nothing. Pelajari hal2 baru, misal analisis industri2 yang tumbuh pesat (kesehatan), atau bahkan new economy /digital dan disruptive innovation (block chain, dsb). Ke depan akan banyak emiten2 prospektif di industri ini, atau bahkan 10 tahun dari sekarang semua emiten di bursa adalah new economy – mau ngak mau kita harus belajar tentang itu, dan semakin cepat semakin baik. Pelajari growing storynya, dan valuasinya, 2 hal yang cukup berbeda dengan karakteristik old economy. Jangan terapkan valuasi old economy di emiten2 new economy.
Sementara ini dulu list resiko dan bagaimana memitigasinya agar kemudian bisa membantu temen2 investor agar tidak gagal dalam berinvestasi di bursa saham.
Mungkin ada yang bisa menambahkan resiko2 lain dan atau bagaimana memitigasi nya?
Tag saham2 yang mungkin banyak dibahas tapi tidak mengenali resiko yang melekat di dalamnya $UNVR $HMSP $ARTO $BUKA $BBRI