Mengapa Panik ketika Seseorang Menulis Kelemahan Emiten yang Anda Sangkuti ?

1. Harga Naik Turun tidak ada hubungannya dengan Tulisan atau Pengaruh Seseorang
JS bukan sembarang analisis. Sebelum sempat berbisnis, kemudian mengelola fund dan menulis buku, beliau pernah bekerja di SGV. Bagi Anda yang tidak mengetahui tentang SGV, umurnya mungkin hanya beda sedikit dengan anak saya. Pada masa 80-90-an, SGV atau Prasetio – Utomo & Rekan adalah Valentino Rossi-nya Kantor Akuntan Publik (KAP). Hanya ada 5 atau maksimal 6 KAP terafiliasi nama2 besar di tahun 1970 hingga 1990-an. Price Waterhouse belum bergabung dengan Coopers Lybrand. Hanadi - Sudjendro masih bersaing dengan Siddharta menggandeng KPMG, dan klien EY dan Deloitte belum sebanyak sekarang.
JS menulis panjang lebar tentang $HMSP, betapa capital efficiency -nya perusahaan satu ini. Pada saat harga HMSP menyentuh Rp. 2.800,-, beliau menyatakan menyatakan status “Screaming Buy”. HMSP tetap saja turun setelah itu dengan beberapa kali mengalami DCB (Dead Cat Bounce).
Saya suka tulisan JS sedari dulu, sangat mencerahkan. Banyak sekali insight saya dapatkan dari tulisannya. Seandainya MOS bisa ikut ditekankan, akan menjadi sempurna.

Berapa banyak influencer yang mengagung-agungkan AISA dan BUMI di masanya.
Sebelum di harga sekarang, berapa banyak yang mendewa-dewakan UNVR, $GGRM, dan HMSP.
Sebaliknya, banyak yang mengejek ARTO, $BABP saat baru mulai. Perusahaan baru masih rugi, bakar duit, dan bla-bla-bla…. Harganya malah naik gila.

Betapa tidak relevansinya mengkaitkan analisa seseorang dengan kenaikan atau penurunan harga saham.

Seorang LKH yang punya kekuatan dana begitu besar saja mesti menunggu lama saham Panin Group bergerak. INDY dan PTRO naik karena harga batubara, bukan LKH. Mengapa tidak hold forever MBSS saja kalau beliau bisa menentukan harga ? Bagaimana dengan SRIL dan $BMTR ?

Anyway, HMSP mungkin akan berbalik ke Rp. 2.800,- lagi, GGRM akan naik lagi, saham Panin group akan kembali berjaya, BMTR akan ATH, SRIL mungkin akan lepas gembok, bank digital mungkin akan berbalik arah atau terus melaju. Who knows... and who cares ?

Poin saya bukan ini.

Apapun yang ditulis di sini, tidak akan berpengaruh apa-apa.
Mengapa harus panik ?
Kalau Anda punya data, tuliskan saja.
Anda bilang nanti newbie membeli karena analisa saya. Hey, kita bukan babysitter. Tidak mungkin jagain atau manjain semua orang. Sampai kapan mau jadi pahlawan nasional ? Masing-masing bertanggung-jawab atas keputusannya. Kita yang beli, masak orang lain yang tanggung-jawab. Anda memilih membeli dulu, mempelajari kemudian, itu keputusan Anda. Aneh bin ajaib menggeser tanggung-jawab tersebut ke orang lain.
Anda insecure? get some help. Forum ini dan teman-teman tidak bisa bantuin terus-terusan. Sesekali masih mungkin.

2. Kita tidak Mencari Perusahaan Bagus
Ada banyak perusahaan bagus di bursa. Sebut saja MLBI, DLTA, SIDO, ULTJ, POWR.
Ada banyak perusahaan yang masih rugi tapi dipuja-puja. Anda tahu yang saya maksud.
Kembali, masalahnya, bukan saham apa yang bakal naik besok, tapi apa yang cocok dengan gaya investasi Anda.
Saya mengakui BBCA saham perbankan terbaik di Indonesia ? KLBF emiten farmasi terbaik. Aman-aman saja berinvestasi di sini. Tapi gak cocok dengan saya yang gak sabaran. Kapan baggernya ? Tapi banyak di luar sana yang safety player, mereka cocok. Itulah cara berinvestasi yang benar, karena cocok dengan investornya. Bukan masalah benar-salah.
BJTM dan DMAS cocok buat dividen hunter. Saya lebih tertarik capital gain, jadi beli ITMG hanya sedikit, gak bisa kaya. Masing-masing punya preferensi.
Saya tertarik GGRM dan beberapa kali swing trading bulanan, buang kesempatan dividen. Itu urusan saya saking napsunya sama capital gainnya. Anda tidak perlu marah-marah, hanya karena masih hold GGRM dari Rp. 60 ribu. Nanti naik lagi kok, cuma gak tahu kapan.
Tujuan saya di bursa bukan untuk mencari saham yang akan naik atau perusahaan yang bagus semata. Tujuan saya adalah mencari perusahaan bagus, yang harga sahamnya masih murah, dan yang terpenting …. cocok dengan gaya investasi / trading saya.
Gaya investasi seseorang adalah masalah pribadi. Tidak perlu sewot-menyewoti.

3. Therapi, Edukasi, dan Upgrading
Tujuan saya menulis adalah : therapy, edukasi, dan upgrade kemampuan.
Saya memperlajari bandara Dhoho karena ingin meningkatkan skill. Seberapa dalam saya bisa eksplore angka-angkanya hanya dari LK. Seberapa menguntungkan atau merugikannya sebuah bandara di kota kecil. Seberapa signifikan pengeluarannya dibanding pendapatan rokok. Examine and reexamine the facts. Gak ada hubungan dengan niat mau masuk atau keluar. ARTO pun saya pelajari. Kalau nanti semua yang menarik sudah saya selesaikan, mungkin AR BUMI pun akan saya bolak-balik (sekarang malas juga).
Saya menulis sawit, keluar dari comfort zone (circle of competence), jadi mulai memahami sawit. Mencoba mendalami perusahaan yang tidak pernah saya ikuti sebelumnya, mempelajari hal-hal baru. Salah Analisa, pasti. Itu bagian dari pembelajaran.
Saya tidak mau menghabiskan waktu hanya untuk menulis hal-hal klise (saya aliran sesat, anyway), apalagi grafik tebak-tebakan. Sel-sel kelabu otak saya bisa memudar lebih cepat. Saya juga mencoba menikmati Analisa teknikal sesekali. Karena cepat bosan, saya memilih mengabaikannya most of the time. Membicarakan pergerakan harga katanya mempelajari psikologi market. Tapi mempelajari cerita di balik bisnis jauh lebih menarik buat saya. Masing-masing punya jalan. Mengapa kita harus saling sewot ? Toh sama-sama punya otak buat analisa. Mari kita bahas data. Bahas perasaan bukan di sini tempatnya. Kalau Anda tidak punya data, dan mau curhat, open saja, kita bantuin kok. Bantuin bully.

Terakhir, ijinkan saya menyertakan kutipan buku dari salah satu penulis legenda Indonesia : Arswendo Atmowiloto. Meskipun almarhum lebih banyak menulis fiksi dan tokoh Upasara Wulung tidak pernah ada, tapi Senopati Pamungkas beranjak dari kisah nyata.

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy