$IHSG $BUKA
Bedah Prospektus BukaLapak
Referensi:
Prospektus BukaLapak 2021 07.pdf https://bit.ly/2U9lQqQ
Saya akan bedah ini secara sederhana untuk setiap point2 terpenting sehingga walaupun artikel ini panjang semoga mudah dipahami dan bisa make sense. Yang dimaksud point2 terpenting adalah apakah kita BISA CUAN ATAU TIDAK dari membeli saham BukaLapak. Bukan nafsu birahi.
Kalau mau cuan dari saham hukum-nya hanya satu: company-nya harus profit atau bisa profit, karena tidak ada satu orang pun yang berakal-sehat mau membeli saham dari company yang tidak pernah bisa profit.
Tetapi kan ada banyak company yang harga saham-nya bisa naik luar biasa tinggi padahal company-nya tidak profit? Betul ada dua penyebabnya:
Yg pertama adalah digoreng bandar, sehingga hanya bandar yang bisa tahu kapan itu saham akan naik atau turun, sedangkan yang lain tebak-tebak manggis alias gambling. Gambling haram hukum-nya atau ada alternatif yang lebih baik yaitu pergi ke casino. Dengan pergi ke casino Anda bisa cepat kaya dan juga bisa cepat miskin dengan jauh lebih cepat sehingga tidak membuang2 waktu seperti menunggu2 kenaikan harga saham berbulan2.
Yang kedua adalah company tersebut akan menghasilkan profit besar di masa depan. Jadi tidak peduli berapa liter air mata tangisan haru si Ibu Tono dan anaknya si Pepeng Kotak di video ads siaran prospektus BukaLapak -- pertanyaan paling hakiki-nya tidak pernah berubah: apakah BukaLapak akan bisa menghasilkan profit besar di masa depan.
Tetapi BukaLapak adalah start-up sehingga bisa donk pakai metoda2 valuation seperti price to sales = 60x? Maksudnya karena BukaLapak punya revenue (atau sales) 1.35 T, maka value-nya adalah 60 x 1.35 T = 81 T seperti yang mereka klaim di prospektus tersebut dengan harga saham 750 rupiah.
Saya beri gambaran bagaimana pandangan dunia mahluk halus seperti ini akan berjalan di dunia nyata. Untuk mendapatkan value 81 T secara wajar, yaitu dimana kita sebagai investor BukaLapak ingin balik modal dalam 5 tahun, maka BukaLapak harus mempunyai profit paling sedikit sebesar 81 T / 5 tahun = 16.2 T / tahun.
Profit bersih business semacam broker seperti marketplace (yes marketplace = broker online) kalau bisa mencapai 1% dari TPV saja sudah bagus sekali. By the way TPV atau Total Processing Value adalah nilai transaksi yang melewati platform BukaLapak yang sudah terjadi pembayaran -- ada dijelaskan definisi ini di dokumen propektus BukaLapak.
Kenapa profit bersih hanya 1%, kenapa tidak bisa profit bersih 10%? Ini tidak bisa karena profit 10% untuk business marketplace yang hanya bermodalkan software terlalu besar. Terlalu besar karena pesaing dengan mudah menurunkan komisi-nya dan masih mendapatkan profit bersih 9%, yang ini pun masih terlalu besar, sehingga pesaing lain lagi-nya akan memasang komisi sehingga hanya profit bersih 8%, dan seterusnya yang ujung-nya terjadi keseimbangan profit bersih di kisaran kira-kira 1 %.
Bisa dicheck profit Alibaba atas GMV (TPV) adalah 1.19% di link berikut: https://bwnews.pr/2TgLmdy
Kecuali BukaLapak mempunyai keunggulan yang pesaing tidak punya. Dalam kasus ini tidak ada karena di lapak sebelah masih ada GoTo dengan Tokopedia-nya, Shopee, Blibli dan https://bit.ly/1rN9zou , yang punya semua yang BukaLapak punya.
Jadi untuk mendapatkan profit 16.2 T / tahun, BukaLapak harus sanggup mendapatkan TPV sebesar 1620 T per tahun karena profit 1% x 1620 T = 16.2 T. Sedangkan TPV BukaLapak tahun 2020 adalah hanya sebesar 85 T per tahun, atau hanya sebesar 85 T / 1620 T = 5.2% dari target keharusan sebesar 1620 T / tahun.
Note dulu bahwa kalau dalam 5 tahun BukaLapak bisa berhasil menaikkan TPV dari 85 T ke 1620 T sudah termasuk prestasi super jumbo. Nah bayangkan pemilik BukaLapak sekarang datang ke kita dan menawarkan kita membeli BukaLapak yang NANTI -- BUKAN SEKARANG -- say 5 tahun lagi akan mempunyai TPV sebesar 1620 T per tahun atau valuation = 81 T.
Maukah Anda membayar company tersebut yang NANTI LIMA TAHUN lagi baru akan mempunyai valution 81 T SEKARANG??? Kalau saya, saya akan bayar 81 T tersebut NANTI LIMA TAHUN JUGA! Karena untuk apa saya menghabiskan uang saya sebesar 81 T sekarang supaya nanti 5 tahun lagi saya mempunyai company yang nilai-nya 81 T juga. Artinya dalam 5 tahun uang 81 T saya TIDAK ADA CUAN sama sekali. PLUS saya ada resiko uang saya yang 81 T itu akan hilang kalau rencana menaikkan TPV dari 85 T ke 1620 T gagal!
Kalau pusing dengan angka 88 T yg serasa di angan-angan, bayangkan saja maukah Anda membeli motor yang harganya 10 juta SEKARANG tetapi motor-nya baru ada NANTI LIMA TAHUN LAGI. Ini analogi yang sama persis.
Kalaupun saya somehow ngebet sekali mau beli company tersebut (ini sudah melanggar pantangan investasi ya -- karena untuk investasi tidak boleh ngebet), saya akan nego MAXIMAL saya beli dengah harga 1/2 nya yaitu 40.5 T saja. Sehingga kalau nanti 5 tahun lagi valuation-nya betul menjadi 81 T saya akan untung 40.5 T juga atau balik modal dalam 5 tahun.
Jadi kalau katakanlah -- HANYA ASUMSI YA -- BukaLapak berhasil mencapai TPV 1620 T lima tahun kemudian, saya hanya akan beli kalau harganya hanya 1/2 nya yaitu: 1/2 x 750 = 375. Kok bukan 1/2 x 850 sesuai rentang harga saham mereka?? Lha ini kan dagang ala Glodok biasa, kalau ada orang datang bilang ke kita ini barang harganya 750 sd 850 loe mau beli di harga berapa?? Ya 750 lah haha :D))
Perhatikan prinsip ini. Mau sebuah company berteknologi setinggi dewa pun, kalau sudah hitung-hitungan dagang -- TETAP AKAN TUNDUK TERHADAP HUKUM DAGANG GLODOK. BISA CUAN GAK KITA DARI TRANSAKSI INI.
Sampai di sini saya sudah slash harga penawaran BukaLapak 1/2-nya menjadi maximal 375 rupiah, TETAPI cerita belum selesai. Ingat harga saham BukaLapak di 375 adalah JIKA DAN HANYA JIKA dalam 5 tahun lagi BukaLapak bisa mencapai TPV sebesar 1620 T per tahun.
BISAKAH??
BukaLapak bukanlah start-up lagi. Start-up adalah sebuah bisnis atau unit-bisnis baru yang belum mencapai skala ekonomi-nya secara fair. Sedangkan BukaLapak adalah sebuah business yang sudah berjalan 10 tahun dan sampai dengan Q1 2021 sudah menghabiskan modal sebesar 8 T (akun "Akumulasi defisit" di halaman 48). Jadi saya TIDAK AKAN PERNAH mem-valuasi BukaLapak seperti start-up yang business-nya masih bisa tumbuh 1000% atau 10x dalam satu tahun.
Perhatikan juga growth revenue BukaLapak tahun 2019 ke 2020 adalah sebesar 25.5%, dan growth TPV tahun 2019 ke 2020 adalah 48.2%. Growth sebesar ini adalah growth company biasa, bukan startup.
Bagaimana dengan growth dari tahun 2018 ke 2019 yang lebih besar? Lupakan ini karena ini sudah tinggal sejarah, dan kita tidak beli sejarah masa lalu tetapi masa depan.
Business BukaLapak secara sederhana adalah sebuah marketplace dimana penjual dan pembeli bertemu untuk bertransaksi. Pembeli di BukaLapak terdiri dari tiga macam user:
1. End-consumer yang membeli barang yang dibeli untuk dikonsumsi oleh dirinya sendiri; kategori pembeli ini menggunakan aplikasi mobile BukaLapak atau website https://bit.ly/1zhuW16 untuk membeli barang atau yang mereka sebut lini bisnis Marketplace.
2. Warung / Micro-business / UMKM yang membeli barang untuk dijual kembali; untuk selanjutnya saya akan menyebut kategori ini sebagai Warung; kategori pembeli ini menggunakan aplikasi mobile Mitra BukaLapak atau yang mereka sebut lini bisnis Mitra BukaLapak.
3. Non-small business / non-UMKM yang membeli barang untuk dikonsumsi sendiri; kategori ini saya abaikan karena terlalu kecil size-nya dan tidak ada potensial menjadi raksasa dalam waktu dekat.
Business model mereka adalah:
1. Mendapatkan komisi atau revenue dari transaksi yang terjadi; yang dimaksud transaksi adalah terjadi penjualan terhadap physical product, digital product dan logistics;
2. Mendapatkan revenue dari digital ads.
Strategy BukaLapak secara summary adalah sebagai berikut: (lengkapnya bisa dibaca di halaman 222: 18.2 Strategi Usaha)
1. Fokus ke user warung atau lini bisnis Mitra BukaLapak karena menurut BukaLapak marketnya jauh lebih besar, growth lebih cepat, CAC (Customer Acquisition Cost) lebih rendah, dan mereka adalah 1st mover dan sudah merupakan leader di market segment ini;
2. Perluas lini produk baik produk fisik dan digital.
Sisanya tidak perlu diperhatikan karena hanya merupakan efek natural dari nomor 1 & 2.
Visi & misi bertaburan air mata dengan bahasa2 seperti financial inclusion, memberdayakan usaha kecil dan menengah, pembangunan berkelanjutan, membantu masyarakat keluar dari kemiskinan, mendorong pertumbuhan ekonomi berkesinambungan, mengurangi ketimpangan dan lain sebagai-nya blah bluh blah bluh juga tidak perlu diperhatikan. Sebelum bisa menyelamatkan orang lain selamatkanlah diri Anda dahulu. Dan kalau produk dan services Anda BETUL-BETUL bermanfaat untuk masyarakat, Anda pasti auto-kaya-jaya-raya dan tidak perlu membuat video story menjilat-jilat masyarakat.
Kita fokus ke strategi nomor 1 & 2 saja karena hanya dua hal itu yang berkorelasi langsung dengan pertumbuhan TPV dan revenue.
Dimulai dari yang paling sederhana dan kasat mata. TPV Marketplace BukaLapak tumbuh dari 22,9 T di tahun 2018 ke 47 T di tahun 2019 atau growth 105%. Sedangkan di tahun 2020 menjadi 62.2 T atau growth HANYA 32%. Terjadi penurunan growth yg significant di sini.
Kemudian baca laporan pertumbuhan e-commerce Indonesia di link ini: https://bit.ly/3B5hamr
Saya kutip:
"Selama Pandemi COVID-19, pertumbuhan e-commerce di Indonesia juga sangat signifikan. Sebagaimana dirilis Kemenkominfo, pada 2019 pertumbuhan e-commerce di Indonesia berada di angka 78%. Kemudian pada 2020 naik sebesar 13% sehingga menjadi 91%. Peningkatan pertumbuhan e-commerce di Indonesia tersebut tidak lain karena dampak dari Pandemi COVID-19. Bahkan, diperkirakan pertumbuhan e-commerce di Indonesia pada tahun-tahun mendatang akan terus meningkat tajam."
TPV Marketplace BukaLapak hanya tumbuh 32% sedangkan industry tumbuh 91%. Ini menjadi menarik jika dikaitkan dengan rugi mereka yg mengecil, karena menunjukkan begitu bakar duid dikurangi market share mereka langsung tergerus banyak.
Kemudian ini juga menunjukkan bahwa klaim TPV mereka yg tetap tumbuh walaupun bakar duid dikurangi -- BUKANLAH karena stickiness dari customer2 mereka, tetapi karena memang industry-nya tumbuh gila2-an selama pandemi covid. Memang kita sudah tahu tidak ada loyalty di business market place, competitor hanya one-click-away, bakar duid berhenti omzet juga berhenti.
Kemudian kita lihat peformansi profit dari Marketplace BukaLapak tahun 2020 yg terdapat di halaman 61 dari propestus BukaLapak yaitu RUGI 1.5 T. Note ini hanya kerugian dari segment Marketplace saja, bukan total kerugian satu company yg sebesar RUGI 1.8 T. Ini ada di halaman 61 dari prospektus BukaLapak.
Terlihat pula bahwa mengurangi bakar duid bukanlah sebuah strategi akbar mereka, melainkan karena tidak ada pilihan lain. Posisi aset lancar mereka (majority-nya cash) dikurangi hutangnya adalah sebesar 2 T - 1 T = 1 T, yang artinya jika mereka tetap bakar duid di Marketplace dengan kecepatan seperti sekarang cash mereka dalam bahaya besar bangkrut dalam waktu 6 bulan. Ini ada di halaman 48 dari prospektus BukaLapak.
Kalau IPO ini gagal mengumpulkan funding, ini adalah malapetaka untuk mereka. Ooo... jangan khawatir karena owner2 yang sekarang cash-nya kuat, terbukti dari mereka sanggup membiayai bakar duid BukaLapak selama 10 tahun. Ya mungkin betul, so biarkan mereka saja yang bakar duid terus, kita tunggu saja sampai semua teori bisnis mereka terbukti.
Jadi tidak ada pilihan lini bisnis Marketplace ini harus mereka tinggalkan, kecuali mereka mendapatkan kesempatan untuk gambling habis-habisan lagi di market ini menggunakan duid IPO dari Anda-Anda semua. Saya nihilkan segment Marketplace dari propektus mereka karena ini adalah dunia yg kejam, market yang mereka tinggalkan karena kehabisan cash untuk dibakar akan diburu habis oleh player lain sampai tidak bersisa.
Kalau segment Marketplace mereka hilang yang tertinggal adalah segment Mitra BukaLapak mereka. Segment Mitra BukaLapak ini TPV-nya didominasi oleh barang2 FMCG (Fast Moving Consumer Goods). Total market FMCG adalah kira2 1000 T / tahun.
Kenapa didominasi oleh barang2 FMCG?? Karena tidak masuk akal kalau UMKM yang majority-nya adalah warung2 tradisional menjual barang-barang non-rutin seperti aksesoris HP dan fashion dengan cara men-stock-nya terlebih dahulu. Yang lebih masuk akal adalah pembeli membeli ke Marketplace BukaLapak, kemudian membayar dan mengambil barang di UMKM secara offline. Jadi kita abaikan market ini karena hakiki-nya ini termasuk dalam segmen market Marketplace yang sudah kita bahas di atas.
TPV Mitra BukaLapak adalah 22.9 T / tahun dengan penguasaan market 39%. Artinya total market KESELURUHAN dari Mitra BukaLapak, Mitra Tokopedia, GudangAda, WarungPintar, Ngeretail dan kawan-kawan sebangsa dan setanah-air lain-nya adalah sebesar 100 / 39 x 22.9 T = 58.7 T / tahun atau 5.9 % dari seluruh FMCG market yg sebesar 1000 T / tahun.
Tetapi penguasaan market FMCG hingga 5.9% tidak masuk akal karena jika itu yg terjadi kita sudah akan mendengar porak-poranda di dunia FMCG industry ditandai dengan banyaknya berita grosir dan distributor FMCG tradisional yang bangkrut -- which is belum ada tanda-tanda-nya sampai dengan hari ini.
Beban penjualan dan pemasaran dari Mitra BukaLapak di tahun 2020 dari prospektus BukaLapak halaman 61 adalah sebesar 430 milyar. Ini adalah 1.8% dari TPV Mitra BukaLapak.
Biaya terbesar melayani online order FMCG dari warung2 adalah LOGISTICS COST-nya. Dengan biaya penjualan dan pemasaran yang hanya sebesar 1.8% tersebut, diduga kuat majority-nya TPV Mitra BukaLapak didominasi oleh penjualan rokok. Kenapa demikian? Karena secara percentage logistics cost rokok adalah yg terendah dari seluruh category FMCG yang lain. TPV rokok Mitra BukaLapak mungkin mencapai 80% sendiri yaitu sebesar 80% x 22.9 T = 18.3 T.
Dengan penguasaan market sebesar 39% artinya total market penjualan rokok yg dikuasi oleh para online player ini sudah mencapai 100 / 39 x 18.3 T = 46.9 T. Total industry rokok diperkirakan sebesar 300 T / tahun (30% dari total FMCG market). TPV = 46.9 T artinya menguasai 16% pangsa pasar rokok! Jika ini betul terjadi, ini adalah kiamat untuk pabrikan rokok karena mereka semua sudah bertekuk-lutut ke para online player ini. Sayangnya adalah tidak ada tanda-tanda akan hal ini juga sampai dengan sekarang.
Jadi apa yang sebetulnya terjadi, kenapa TPV Mitra BukaLapak bisa sebesar 22.9 T??
Dugaan-nya adalah terjadi double counting karena efek dari bakar-duid yang terlalu besar. Dan bakar duid paling efisien adalah bakar duid untuk rokok. Margin dari rokok sangatlah kecil sehingga jika Anda memberikan promo sebesar 1% saja dari harga market -- gerai Anda akan langsung diserbu oleh pembeli dari seluruh penjuru dunia.
Karena promo yang terlalu besar, stock rokok akan habis dalam waktu yang sangat singkat dan mostly rokok ini diborong oleh grosir karena warung tidak mempunyai kekuatan utk menyerap rokok dalam waktu yang sangat singkat (cek ke grosir rokok betul atau tidak statement saya ini).
Jika rokok mereka habis, bisakah mereka pesan lagi ke principal rokok? TIDAK BISA -- DIJAMIN TIDAK BISA karena seluruh principal rokok yang besar seperti Gudang Garam, Sampoerna, dan Djarum membatasi jumlah rokok yang bisa dibeli oleh customer2-nya apalagi online player seperti BukaLapak. Oh yes don't ever fuck with cigarette principals -- they are king of cash -- they are making huge positive cash flow every year -- zero debt -- having the most loyal customers in the planet -- they rule the market -- they don't give a damn to any online players :D))
Lalu kemanakah mereka akan mendapatkan rokok dalam jumlah besar untuk mencapai TPV 22.9 T? Opsinya hanya grosir! Tetapi stock rokok grosir tersebut juga akan habis dalam sekejap diborong oleh BukaLapak, sehingga BukaLapak harus memborong rokok dari grosir yang lain lagi. Dan jika grosir kehabisan barang, kemanakah mereka akan beli rokok-nya... DARI GROSIR YANG LAIN YANG SUDAH TERLEBIH DAHULU MEMBORONG ROKOK DENGAN HARGA SUPER PROMO DARI BUKALAPAK!
Jadi ada dugaan kuat bahwa para player2 online ini membeli dari grosir A, menjual ke grosir B, kemudian grosir B menjualnya ke grosir A, dan grosir A kembali menjualnya ke para player online. Singkatnya barang fisik-nya adalah barang yang itu-itu saja, tetapi muter-muter pindah tangan berkali-kali sehingga transaksi jual-beli-nya juga dicatat berkali-kali alias double-counting!
Lupakan TPV = 22.9 T dari BukaLapak tersebut karena kita tidak tahu berapa nilai aktual nya setelah dibersihkan dari double-counting. Dugaan-nya hanya 1/10 nya yaitu 2.3 T dan ini tidak worth untuk dibahas lebih lanjut.
Tetapi kita harus lanjut karena untuk ber-investasi kita harus sampai pada satu kesimpulan berapkah value fair dari BukaLapak.
Kita sudah abaikan valuation Marketplace BukaLapak = 0 karena ini sunset market yang mereka tinggalkan dan sekarang kita cukup fokus ke valuation dari Mitra BukaLapak saja.
Warung2 pasti lambat-laun akan berpindah ke online order FMCG karena ini sangat convenience untuk mereka, bisa meningkatkan omzet tanpa menambah modal, menjual barang2 baru, mendapatkan kredit, bertransformasi menjadi impulse buying outlet, drop-point, dan lain-sebagai-nya.
Tetapi untuk mendapatkan market dari warung, BukaLapak harus bisa menjual ke warung, BUKAN KE GROSIR. Tidak ada masalah dalam menjual barang FMCG secara online ke grosir -- karena bagian business yang ini adalah existing busines yg sudah dikuasai dengan baik oleh semua FMCG principals. JADI TIDAK ADA PROBLEM BARU DI SINI UNTUK DISOLVE.
Disamping itu karena posisi Mitra BukaLapak adalah grosir, artinya mereka beli barang dengan harga yang sama dengan grosir membeli ke distributor. Kalau BukaLapak jual barang ini ke grosir juga, grosir pasti berharap setidak-tidaknya harganya sama dengan harga mereka beli ke distributor, yang artinya BukaLapak akan jual tanpa margin. Sedangkan BukaLapak harus melakukan delivery barang yang berarti ada logistics cost di situ yang harus di-absorb. Jadi selama mereka berjualan ke grosir selamanya pula mereka tidak akan bisa profit.
Untuk bisa menjual ke warung harus bisa menjual dengan harga yang sama dengan harga warung beli barang ke grosir. Tantangan terbesar-nya adalah logistics cost untuk delivery barang2 FMCG ke warung sangatlah mahal dan ini PROBLEM BESAR saat ini.
Actually:
TIDAK ADA SATUPUN PLAYER FMCG ONLINE SAAT INI YANG BISA DELIVER BARANG KE WARUNG DENGAN HARGA YANG SAMA DENGAN WARUNG BELI FMCG KE GROSIR DAN MAKE A PROFIT.
Hanya satu player FMCG online kecil tetapi potensial yang saya tahu bisa dan itu bukan BukaLapak. Background mereka memang lama di FMCG dan membangun FMCG logistics untuk delivery ke warung selama 5 tahun. Ini tidak mudah, dan tidak ada tanda2 BukaLapak mengembangkan solusi serupa.
Untuk final valuation kita harus menjawab sebuah pertanyaan berapa % kah dari warung2 ini yang dalam waktu lima tahun lagi akan beralih ke online order? Ini susah dijawab karena belum ada data yg convincing. Saya akan memberikan pendekatan paling generous yaitu dengan mengasumsikan solusi FMCG online adalah luar bisa seperti produk legendaris iPhone, dan kita tahu iPhone membutuhkan waktu 5 tahun untuk mencapai 50% dari unit sales tertinggi-nya.
Kita gunakan asumsi ini, yaitu dalam waktu 5 tahun online order FMCG akan menguasai 50% market FMCG atau total TPV = 50% x 1000 T = 500 T / tahun. Jika Anda beranggapan ini terlalu lama, perlu Anda ketahui bahwa FMCG market yang dikuasai oleh Alfamart dan Indomaret yang telah dikembangkan selama puluhan tahun, hanya berhasil mendapatkan 10% dari total market yaitu senilai 100 T / tahun. SANGAT tidak mudah menguasai FMCG market.
Saat ini BukaLapak menguasi 39% dari market FMCG online karena mereka adalah 1st mover. Tetapi sekarang berbondong2 e-commerce yang lain memasuki market ini, termasuk Tokopedia dan pemain klasik dengan backbone kuat di FMCG seperti Alfamart, Indomaret dan tentu saja Indogrosir. Saya tidak percaya bahwa market share mereka akan tetap bisa dipertahankan sebesar itu karena TIDAK ADA competitive advantage unik dan kuat dari BukaLapak terhadap player yang lain.
Oleh karena itu dalam waktu 5 tahun saya slash market share mereka atas FMCG online order akan drop menjadi 50% nya yaitu menjadi sebesar 50% x 39% = 19.5%. Dengan kata lain dalam waktu 5 tahun BukaLapak akan mempunyai TPV dari warung sebesar 19.5% x 500 T = 97.5 T.
Bagaimana dengan strategi no 2 yaitu "perluas lini produk baik produk fisik dan digital"? Untuk bonus. Core dari business warung adalah FMCG, sehingga kalau tidak berhasil menguasai FMCG di warung, semua penambahan lini produk lain SETELAHNYA juga gone. Dan jikalau BukaLapak berhasil menguasai warung, itu karena duid dari kita, so sudah sewajarnya bonus ini kita enjoy bersama2, BUKAN saya malah harus bayar lebih. Untuk apa Anda bayar lap motor kalau motor-nya saja belum tentu didapat.
Profit platform adalah 1% x 97.5 T = 975 MILYAR. Kalau saya mau balik modal dalam waktu 5 tahun, maka valuation BukaLapak adalah 5 x 975 MILYAR = 4.9 T. Tetapi INGAT ini adalah valuation LIMA TAHUN NANTI BUKAN SEKARANG. Oleh karena itu saya slash menjadi setengah-nya yaitu 1/2 x 4.9 T = 2.45 T sehingga kalau 5 tahun lagi saya jual dengan harga 4.9 T saya bisa cuan 2.45 T atau balik modal dalam waktu 5 tahun.
Total lembar saham mereka adalah 108,122,364,558 (seratus delapan milyar-an lembar), jadi harga saham BukaLapak = total valuation 2.45 T / jumlah lembar saham 108,122,364,558 = 23 RUPIAH / LEMBAR SAHAM.
MAXIMAL DUA PULUH TIGA RUPIAH PER LEMBAR SAHAM -- TIDAK LEBIH SATU RUPIAH PUN.
Harga penawaran sebesar dengan rentang 750 - 850 per lembar saham adalah harga auto-bangkrut. Hati2 jangan terjebak. Jangan nafsu birahi. DYOR!
Tag utk ramaikan: $BBNI, $GJTL, $PTBA