$BUKA LAPAK, THE NEW INVESTING GAME

Sudah lama gak posting karena rada sibuk, jadi pengen ikutan nimbrung. Dan mungkin ini pertama kalinya berbeda pendapat dgn senior2 panutan saya sendiri.

Startup adalah breed yang berbeda sekali dengan bisnis tradisional pada umumnya, katakanlah pabrik, distributor dsb. Walaupun di bisnis apa pun ada yang namanya economic scale (jumlah produksi, market yang memungkinkan untuk turut bersaing), di startup.. economic scale ini lebih ekstrim lagi. Sebagai ilustrasi, masih bisa ada puluhan atau seratus lebih perusahaan tambang yang eksis di Indonesia.. dan perusahaan2 ini bukan abal2, dengan asset trilyunan.

Tapi startup yg bergerak di e-commerce marketplace? Tidak bisa lebih dari jumlah jari di tangan anda. Nanti seiring waktu, akan mengerucut lagi ke 3, 2 dan bahkan 1.

Jika analisa yang digunakan adalah secara historis perusahaan masih rugi, wah salah besar. Hampir semua perusahaan digital raksasa menderita kerugian luar biasa. Anda tau berapa lama Amazon BEP dari IPO? Coba tebak, 5 tahun, 8 tahun? No brother, 13 tahun!

Saat saya masih kerja, dunia dotcom sangat hype sekali di Singapore. Dan saat itu juga menjadi perdebatan apakah cara analisa demikian bisa diterima. Jeff Bezos adalah salah satu 'sepuh' yang terus menerus berbicara mengenai 'masa depan' dan tidak menghiraukan untuk mencetak laba untuk memuaskan shareholder. Ini mungkin sudah mayan populer sekarang tapi saat itu banyak sekali pro & cons, karena issue nya adalah .. trus darimana kita tau kan si Jeff beneran percaya atau magabut doang ngerjain investor.

Di podcast Deddy, William si CEO Tokopedia jg cerita tentang pengalamannya minta duit ke investor saat awal2 mulai. Umumnya investornya nanya, uda pernah bikin ginian dan sukses blom? Padahal logikanya lah ini justru mau mulai yang blom pernah ada. Gak ada ceritanya Jack Ma bikin beberapa Alibaba atau Jeff Bezos bikin beberapa Amazon.

---
Tau kan Silicon Valley? Tanah sucinya startup. Tapi apakah anda sadar mengapa Silicon Valley? Saya ceritain saja singkatnya.

Seperti kita ketahui, tidak ada bisnis yang bisa grow dengan cepat tanpa pembiayaan pihak ketiga. Dan sesuai karakternya, Bank adalah lembaga pruden yang harus berhati-hati menyalurkan kredit. Pertanyaannya adalah bagaimana jika ada orang yang punya ide brilian tapi tidak punya akses ke pembiayaan itu?

Dari situ timbul gagasan seorang dosen Stanford (sy lupa namanya) untuk membuat ekosistem wirausahawan tanpa modal. Karena tidak mungkin merubah kebijakan bank, maka bisnis startup melibatkan investor malaikat (angel investor) sebagai pemodal.

Kebetulan saya pernah terlibat di beberapa startup dan inkubator, mungkin saya share sedikit hal-hal yang menarik tentang perbedaan investasi di startup dan non.

Jika katakanlah anda ingin memodali saudara atau teman untuk buka restoran, biasanya pembagian kepemilikan akan sangat condong ke pemodal karena si pemodal yang menanggung resikonya. Istilahnya yg jalanin cuma bawa biji eh baju saja. Namun biar yang kerja tetap semangat biasanya bagian mereka juga cukup berimbang. Bisa 70 pemodal -30 yg kerja sampai 40 pemodal - 60 yg kerja, tergantung siapa lebih butuh siapa.

Di startup? No. Untuk pemodal paling awal, jumlah yang direkomendasi adalah berkisar 10-20%. Ini yang sering tidak dipahami investor Indonesia saat awal2 startup. Mereka akan berpikir wah enak bener, koq gw yg kasih modal cuma 10%.

But well, angka di atas bukan turun begitu saja dari langit. Jika anda sebagai investor dikasi 10%, mungkin ada kemungkinan kecil startup tersebut sukses. Tapi jika anda minta 60% misalnya dan si founder setuju? Dijamin investor tsb pasti hilang uangnya.

Jadi mengapa ada investor yang mau?

Dulu mentor yg juga VC (skrg beliau CEO di BRI Venture) pernah 'menegur' saya. Krn waktu di presentasi terlalu fokus di bgmn secepatnya buat BEP krn saya pikir tentunya investor pengen mengamankan modalnya dulu.

Ternyata salah. Teman SMA sy yg salah satu cofounder calon unicorn kesehatan indo skrg juga cerita gmn investor nya kasi warning gara2 bakar duitnya terlalu lambat.

Gak salah denger? Bakar duit kurang dimarahin? Hehe tidak.

Karena para investor ini tidak tertarik dengan profit tapi valuasi. It's different game. Profit di startup marketplace hanya bisa setelah market share cukup. Jika dipaksakan gak akan maximal.

Tapi jangan salah ya. Bakar duit ini maksudnya bukan party, abis2in duit seenak jidat.

Jadi investor2 startup ini ada beberapa level. Mulai dr seed investor, 1st round, 2nd round, serie A dst sampai IPO. Yang seed keluar duit paling kecil dan upside paling tinggi tapi... risknya juga paling gede.

So jangan juga suka sudzon bilang yg masuk cuci piring biar yg uda duluan di dalam bisa exit. Karena kl begitu logika nya, yah sudah lu masuk aja di level seed. Tapi nanti jangan ngomong wah blom keliatan apa-2 baru kertas doang. So pointnya adalah masing2 tingkatan punya cuan dan resiko masing2 sesuai porsinya. Atau kalo mau mantap2, sekalian aja bikin sdri kaya Achmad Zacky dan William, bener ga.

Ini memang seperti estafet. Si pencari bakat nemu Ronaldo buang ke Sporting Lisbon yang kemudian cuan, lepas ke MU. MU team lbh gede, valuasi naik, exit lagi ke Real Madrid. Kalo di Lisbon terus yah jg susah naik valuasinya.

Jadi sekali lagi, exit di dunia investasi itu lumrah sekali dan wajar. Tidak selalu berniat jahat juga karena memang spesialisasi masing2. Justru aneh kalo tidak ada yang exit. Tinggal terserah kita sendiri mau ato gak lanjutin. Lah kita aja juga pengen exit kan kl bisa?

Nah balik lagi ke bakar duit. Intinya begini.. Masing2 investor itu selalu fokus di exit masing-masing. Misal anda memberi modal ke sekelompok anak muda bikin apps sebesar 500juta. Fokus anda hanya jika apps ini jadi dan launching, apakah ada yang mau membeli saham anda sebesar 2 Milyar? Lho mengapa tidak boncengan terus aja? To the moon?

Karena investor selanjutnya juga akan me-review shareholder yang ada. Mereka pengen piringnya 'sebersih mungkin' sehingga bisa buat exit mereka ke investor selanjutnya. Kalo anda level 500jt sedangkan posisinya tidak ada kontribusi di perusahaan, maka 'anda' harus keluar. Lagian kl di tahap selanjutnya perlu bakar duit 100 milyar gimana? Demikian seterusnya.

Jadi ini juga menjelaskan yah kenapa gak ada gunanya jika anda jadi seed investor dapet 80% saham. Kl tidak bisa exit mau 100% juga buat apa?

---
Nah balik lagi ke Bukalapak. Kira2 menurut anda, mengapa Toped dan Shoppee bisa menang? Apa karena software lbh bagus, lbh menarik? Kenyataannya penyebab utama adlh mereka menang di bahan bakar.

Jadi sangat tidak tepat jika menganalisa BL dari kerugian, pbv dan per. Justru langkah mereka IPO adalah biar bahan bakarnya full tank lagi.

Yang harus diperhatikan adalah :
- Apa yang akan dilakukan BL dengan dana IPO nya dan apa target mereka?
- Apa saja support ekosistem yang baru setelah IPO? Apakah ada channel2 yang bisa di-unlock yang bisa mendorong The New BL?
- Spt yang sy bilang, there is no room for no.3, 4 dst.. Bila dengan kekuatan tersebut, apakah mrk mampu mendobrak dominasi Toped & Shoppee?
- Karena ini sudah level IPO, anda harus mempunyai gambaran ideal. Bisa PER brp kl market share dominan?

Jadi berbeda dengan value investing di mana anda konservatif, di digital harus melihat ending sempurnanya. Karena hanya dari sana, anda bisa tau worth the risk kaga?

Karena kalo ending sempurnanya cuma 2-3 bagger, yah mending taruh di coal lah. Ketauan buntut2nya pompom haha :)

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy