Hidden Gem Series Part 3 - Kerugian Yang Tidak Rugi
===============================================
Ini tulisan response atas polling yang saya adakan di postingan instagram saya (link : https://bit.ly/30JzTDc terkait topik apa yang mau dibahas untuk hidden gem series di minggu ini. Ternyata kebanyakan menjawab topik "kerugian yang tidak rugi."
Link tulisan asli : https://bit.ly/30HA1U0
Menurut pengalaman saya, ini adalah skenario yang paling mudah ditemukan dan menyenangkan. Ada dua alasan kenapa hal ini menyenangkan:
- Hanya segelintir orang di bursa saham yang mau melihat laporan keuangan secara menyeluruh.
- Angka laba negatif membuat mayoritas market takut dan membuat mereka rela melepaskan saham tersebut dengan harga murah.
Jika sebuah saham yang dijual "murah" karena alasan kerugian perusahaan itu ternyata tidak rugi sebesar pemahaman mereka apalagi malah mungkin tambah untung, maka itu adalah hal yang menyenangkan untuk saya.
Untuk skenario kasus kerugian yang tidak rugi ini, saya akan memberikan 2 jenis skenario yang umumnya terjadi, yaitu:
- Kerugian karena penjualan "afliasi"
- Kerugian karena non-cash transactions
Mari kita bahas satu persatu studi kasusnya
Studi Kasus 1 - Kerugian karena penjualan "afiliasi" (Studi Kasus MMLP)
=============================================================
Pada tanggal 30 November 2020, MMLP mengeluarkan laporan keuangan kuartal 3. Disitu kita melihat terjadi kerugian yang signifikan pada Q3 2020 dimana perusahaan tersebut mengalami kerugian bersih senilai 193 miliar rupiah di aplikasi stockbit.
NB: Perlu dipahami, Profit & Loss pada aplikasi stockbit benar-benar mencerminkan yang terjadi di kuartal tersebut dan bukan gabungan dari kuartal sebelumnya. Sedangkan yang diterbitkan perusahaan adalah akumulasi kuartal di tahun yang sama. Itu kenapa mungkin anda bingung ketika melihat "perbedaan" antara laporan kuartal yang diterbitkan perusahaan dengan hasil di stockbit.
Tentu saja ini menjadi sebuah kerugian yang besar bagi perusahaan yang saat itu cuma dihargai market cap dibawah 2 Triliun rupiah ini.
Seperti yang kita tahu, beberapa pihak mungkin bisa mendapatkan informasi ini sebelum laporan keuangannya diterbitkan. Sebelum laporan keuangan Q3 2020 ini muncul, terjadi aksi jual yang banyak terjadi sehingga menyebabkan harga saham ini turun tiga hari berturut-turut, yaitu:
26 November 2020 terjadi penurunan -0.68%
27 November 2020 terjadi penurunan -1.37%
30 November 2020 terjadi penurunan -5.59%
Hingga tanggal 4 Desember 2020, harga terlihat susah sekali naik. Walaupun saham yang sering saya jadikan contoh sebagai asset play paling mudah untuk dijelaskan ini tidak cukup populer, tetapi saya lihat cukup banyak yang menyebarkan "kecemasan" akan saham ini. Sedangkan saya ketika melihat penurunan 30 November 2020 dan hasil laporan Q3 2020 justru tertawa bahagia, karena esok harinya saya melakukan average up (karena harga average saya jauh dibawah harga 30 november) untuk saham ini.
Gross Profit Naik - Net Profit Turun
===============================
Kebanyakan orang cendrung malas dalam melihat laporan keuangan. Mereka hanya terpatok pada angka akhir di laba/rugi bersih tanpa mencoba mengerti apa story dibalik laba/rugi tersebut.
Jika kita lihat pada Q3 2020, MMLP meraih kerugian bersih sekitar -97 miliar rupiah. Hal ini merupakan penurunan drastis dari yang sebelumnya laba 224 miliar rupiah di tahun sebelumnya untuk kuartal yang sama.
Tetapi jika kita lihat lebih detail lagi, pada Q3 2020 MMLP berhasil menghasilkan pendapatan 267 miliar rupiah yang merupakan kenaikan sebesar hampir 9% dari tahun 2019 yang pendapatannya sebesar 245 miliar rupiah. Bukan hal yang jelek bukan, apalagi 2020 bukan tahun yang bagus untuk dunia usaha.
Peningkatan pendapatan itu membuat perusahaan menghasilkan laba kotor sebesar 245 miliar rupiah pada Q3 2020. Hal ini berarti peningkatan sebesar lebih dari 9% dibandingkan tahun sebelumnya yang menghasilkan laba kotor sebesar 224 miliar rupiah.
Dari sini kita bisa menyimpulkan suatu hal. Pada tahun 2020 yang serba sulit ini, MMLP bisa meningkatkan kinerja usahanya. Lalu pertanyaannya, kenapa laba bersih MMLP menjadi minus menyeramkan seperti itu?
Jika anda lihat secara teliti, hal yang menyebabkan kerugian adalah kerugian penjualan properti investasi sebesar -193 miliar rupiah. Beberapa orang langsung berspekulasi bahwa MMLP pastilah mengalami kesulitan keuangan sehingga melakukan penjualan aset properti rugi seperti ini, tahun 2020 kan memang properti harga jatuh sekali.
Mari kita teliti lebih lanjut tentang kerugian penjualan properti itu dengan pertanyaan "siapa yang membeli aset properti MMLP?"
Siapa Yang Membeli Aset Properti MMLP?
======================================
Tidak banyak orang yang melakukan pengecekan sampai titik ini, 80% orang malas membaca CLK (catatan atas laporan keuangan). Padahal seperti yang saya jelaskan di 2 artikel hidden gem series sebelumnya, CLK ini adalah tempat saya menemukan jawaban keberadaan hidden gem perusahaan yang saya beli.
Baca juga : Hidden Gem Series - Analisa Menyeluruh (Studi Kasus PBID) link https://bit.ly/3qE2V1S
Baca juga : Hidden Gem Series - Kisah Turnaround Company (Studi Kasus ADES)
link https://bit.ly/2OIoNeR
Jika kalian lihat untuk rugi penjualan aset properti ada notes pada CLK 2k dan 7. Jadi mari kita cek lebih lanjut CLK tersebut.
CLK 2K hanya berisi keterangan apa yang dimaksud dengan aset properti investasi. Silahkan dibaca untuk yang belum paham apa itu properti investasi. Sekarang kita langsung ke bagian menariknya yaitu CLK 7.
Penjualan ke Indo Log
====================
Pada CLK 7, kita akan menemukan beberapa transaksi penjualan aset properti saat itu:
Penjualan tanah di kawasan MM2100 pada Indo Log One sebesar 1.1T dengan kerugian sebesar 120 miliar rupiah.
Penjualan tanah di kawasan di daerah Cililitan Besar pada Indo Log One sebesar 678M dengan kerugian sebesar 73 miliar rupiah.
Ada penjualan lain, tapi saya rasa itu lebih menarik untuk investor DCII. Saya tidak akan bahas lebih lanjut karena keluar dari topik tulisan ini.
Ada penjualan aset properti dengan kerugian besar pada Indo Log One. Pertanyaan berikutnya, siapakah Indo Log One?
Pada CLK 10 - Investasi pada entitas asosiasi, kita akan mendapati bahwa Indo Log One (ILO) adalah anak perusahaan dari MMLP. Bahkan dicatatan ditulis entitas asosiasi yang material terhadap group adalah PT Indo Log One.
Jadi perusahaan yang membeli tanah dijual rugi oleh MMLP adalah anak perusahaan yang ada didalam group perusahaan MMLP itu sendiri.
Indo Log One sendiri adalah perusahaan yang merupakan aliansi bisnis antara MMLP, Keppel dan juga Manulife yang nantinya akan menjadi sebuah REITS rencananya.
Link berita : https://bit.ly/3bJB7Vq
Untuk yang belum mengerti REITS ini semacam reksadana, tetapi object nya adalah sebuah properti. Di indonesia sendiri sudah ada REITS yang berjalan yaitu XCID selaku kepemilikan mall di solo.
Jadi ini sebenarnya adalah uang pindah dari kantong kiri ke kantong kanan untuk kasus MMLP. Saya tidak melihat ada yang berbahaya pada angka "rugi bersih" di MMLP ini, ketika saya mengetahui market menghukum MMLP untuk sesuatu yang tidk bersifat company risk maka saya tidak segan untuk average up saham asset play ini.
Studi Kasus 2 - Kerugian Karena Non - Cash Transactions (Studi Kasus MPMX)
======================================================================
Pada 30 July 2020, MPMX menerbitkan laporan keuangan kuartal 2020 dimana perusahaan tersebut menghasilkan kerugian bersih -147 miliar rupiah jika kita lihat di stockbit.
Market langsung menghukum pada satu hari perdagangan berikutnya dengan menghukum MPMX -3.68% lagi. Saya ada melakukan pembelian kembali saham ketika itu terjadi.
Kurang lebih sebulan kemudian, muncul informasi yang memang mengkhawatirkan. Salah satu pemegang saham besar di MPMX yaitu Morninglight dan Clarins Investment melakukan penjualan kepemilikan saham di MPMX secara terus menerus. Jujur saya sendiri juga mulai khawatir saat itu terjadi. Tapi nanti akan saya ceritakan lebih lanjut untuk hal ini.
Non-Cash Transactions - Tidak Mempengaruhi Arus Kas Perusahaan
==============================================================
Berbeda dengan MMLP yang sebenarnya mengalami kenaikan kinerja penjualan dan laba kotor perusahaan, tahun 2020 memang menjadi tahun yang suram untuk MPMX. Angka penjualan yang turun begitu juga labanya.
Saya selalu beranggapan tahun 2020 adalah tahun anomali, hampir semua bisnis tidak siap dengan perubahan radikal akibat COVID-19 ini. Tentu saja termasuk industri otomotif. Seingat saya, pada tahun 2020 kemarin saja saya hanya melakukan 1x service mobil karena saking jarangnya saya menggunakan mobil saya. Paling saya hanya keluar dengan mobil 1 minggu sekali untuk belanja kebutuhan mingguan.
Tentu menjadi hal yang wajar jika industri otomotif suram sekali di tahun 2020 tersebut. Siapa yang mau membeli kendaraan baru untuk jarang digunakan dan tidak bisa dipamerkan kepada rekan-rekannya karena situasi WFH yang masif ini.
Jadi saya rasa wajar MPMX juga kena dampak terhadap kinerja keuangannya. Yang menjadi penting sekarang adalah apakah MPMX menjadi bocor dan bakar uang untuk tetap bertahan hidup di situasi ini atau masih tetap bisa menghasilkan keuntungan walau tidak sebagus biasanya.
Ketika melihat laporan keuangan Q2, maka tentu wajar jika orang mulai panik ketika melihat laba bersih hampir minus 150 miliar ini.
Ada 2 faktor terbesar yang menyebabkan Q2 tersebut rugi besar, yaitu:
- Kenaikan beban usaha dari yang sebelumnya cuma sekitar 6% dari total penjualan menjadi 12% dari total penjualan
- Bagian atas hasil bersih entitas asosiasi yang menjadi -9% dari total penjualan.
Mari kita bahas satu demi satu untuk kedua faktor tersebut.
Kenaikan persentase Beban Usaha MPMX
======================================
Jika kita lihat di stockbit, Q2 2020 beban usaha senilai 208 Miliar rupiah. Beban usaha pada Q2 2019 sebesar 239 miliar rupiah. Sebenarnya beban usaha MPMX Q2 2020 lebih kecil dibandingkan Q2 2019.
Yang menjadi persoalan adalah kecilnya pendapatan. Pada Q2 2019 MPMX berhasil mendapatkan pendapatan sebesar 4.1 triliun rupiah. Sedangkan pada Q3 2020 MPMX hanya berhasil membukukan pendapatan sebesar 1.7 Triliun.
Itulah sebenarnya penyebab kenapa beban usaha Q2 2019 yang sebesar 5.8% meningkat menjadi 12% pada Q2 2020. Hal ini memang terjadi karena rendahnya pendapatan MPMX.
Saya rasa tidak ada satupun perusahaan otomotif yang bisa menahan laju penurunan penjualan di tahun lalu. Bahkan ASII sang raja otomotif saja mengalami penurunan penjualan dari 56 triliun di Q2 2019 menjadi 35 triliun di Q2 2020.
Bagian atas Hasil Bersih Entitas Asosiasi
=======================================
Untuk bagian atas (rugi) laba entitas asosiasi kita bisa lihat bahwa ada catatan (CLK) point nomor 9. jadi mari kita langsung menuju kesana.
Pada CLK 9 kita akan mendapati kerugian entitas asosiasi disumbangkan oleh JACCS MPM Finance. Dimana MPMX memiliki 40% kepemilikan saham disana.
JACCS MPM Finance memiliki total kerugian sebesar 505 miliar rupiah, yang berarti MPMX menampung 40% kerugian tersebut didalam laporan keuangan MPMX yang sebesar 202 miliar rupiah.
Tetapi ini kerugian karena apa? Sayangnya JACCS MPM Finance bukanlah perusahaan Tbk, sehingga sulit mendapatkan informasi lebih lanjut. Tetapi karena tahun 2020 sudah penerapan PSAK71 dimana perusahaan harus melakukan pencadangan piutang tak tertagih maka saya mencurigai kerugian disebabkan oleh aturan PSAK71.
Sebagai pengantar di PSAK71 mewajibkan perusahaan untuk melakukan adjustment piutang tidak tertagih setelah beberapa waktu sebagai akun pencadangan piutang tak tertagih. Mungkin anda akan paham kenapa satu emiten yang sempat booming awal tahun 2020 kemarin tiba2 saldo piutang berkurang drastis dan secara ajaib berpindah ke akun beban yang menghabiskan saldo ekuitas perusahaan.
JACCS MPM Finance selaku perusahaan financing pasti akan mengalami masalah yang kurang lebih sama. Situasi COVID-19 dimana pengangguran meningkat, situasi dagang serba susah maka akan terjadi banyak kredit macet. Itu yang menyebabkan kemungkinan terjadinya pencadangan piutang tak tertagih.
Perbedaan paling mendasar adalah, perusahaan financing bisa menarik aset yang dijadikan jaminan hutang jika benar tidak bisa bayar. Seperti yang kita tahu, kredit kendaraan bermotor perlu uang muka (setidaknya sebelum tahun ini 2021 ini). Artinya perusahaan financing memberikan pinjaman 80-90% dan mendapatkan asset senilai 100%. itulah margin pengaman dari perusahaan financing.
Tapi kan yang didapatkan adalah motor second, harga jatuh. Betul sekali, makanya saya bukannya bilang kredit macet akan menguntungkan perusahaan financing tapi setidaknya masih lebih baik daripada menarik kembali barang yang tidak laku terjual dan hanya untuk menjadi pencadangan barang rusak saja.
Sehingga jika kredit macet menjadi lancar kembali, akun pencadangan piutang tak tertagih akan menjadi saldo kas nantinya. Jika tetap macet setelah masa toleransi diberikan, maka mngkin nanti JACCS MPM Finance akan melakukan banyak penarikan kendaraan hasil gagal bayar dan dijual sehingga menjadi pendapatan lain-lain bagi mereka.
Pertanyaan berikutnya adalah semua ini adalah dugaan. Bagaimana kita mendapatkan fakta? Ingat sebagai investor kita harus selalu buy fact not hope. Jadi apa yang bisa kita lakukan jika kita ada pertanyaan terkait emiten tersebut? Hubungi investor relations perusahaan tersebut.
Investor Relations - Penyambung Lidah Investor dengan Emiten
========================================================
Tahun ini jujur memang banyak yang menegangkan untuk kondisi MPMX. Walupun memang menyenangkan bisa terus average down sampai membeli saham ini dibawah harga 400, tetap saja membuat saya khawatir.
Baik dari penurunan kinerja penjualan MPMX, penjualan saham terus menerus oleh pemegang saham dalam jumlah besar, kerugian atas entitas asosiasi yang besar bahkan sempat dikejutkan dengan penjualan oleh Saratoga di insiders stockbit.
Investor bisa memiliki dua pilihan untuk menyikapi hal tersebut, yaitu:
- Kemakan Fear tanpa mencari kebenaran faktanya
- Mencari kebenaran faktanya dan berpikir logis
Tentu saja, saya akan memilih langkah yang kedua yaitu mencari kebenaran fakta dan berpikir logis. Siapa yang bisa saya tanyakan untuk kebenaran fakta tersebut? Investor Relationship saya rasa adalah orang yang tepat.
Saya menanyakan kekhawatiran saya terkait kerugian atas entitas asosiasi, apakah benar ini disebabkan karena implementasi PSAK71 seperti yang saya jelaskan diatas?
Dalam waktu satu hari kerja, mas Rangga yang merupakan Investor Relationship langsung menjawab pertanyaan saya bahwa kerugian tersebut memang karena implementasi PSAK71 dan pencadangan AR karena situasi covid-19. Jawaban yang melegakan saya, karena ini berarti kerugian non-cash transactions. Bukan sebuah kerugian yang membuat bocor keuangan perusahaan. Seperti yang saya jelaskan, JACCS Finance nantinya bisa melakukan penarikan aset jaminan dan menjualnya untuk mengurangi kerugian tersebut dengan signifikan.
Pertanyaan kedua saya tentu saja tentang kebimbangan saya melihat aksi jual masif oleh Morninglight dan Clarins. Ada apa ini? Investor Relations dari MPMX menjawab kedua perusahaan tersebut adalah Private Equity. Umumnya private equity memiliki komitmen investment sebanyak 4-5 tahun. Kedua perusahaan tersebut sudah berinvestasi di MPMX selama 8 tahun. Seperti sebuah kisi-kisi yang berarti ini kemungkinan batas waktu komitmen investasi kedua. Mungkin kedua emiten tersebut menemukan investasi yang lebih cocok dan menarik sehingga ketika setelah masa waktunya berakhir maka mereka exit. Saya rasa tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Apalagi 2020 kemarin, banyak sekali pilihan investasi menarik.
Penjualan Saratoga - Kepanikan Tanpa Fakta
========================================
Pada tanggal 27 januari 2021, market dikagetkan dengan data insider bahwa SRTG (Saratoga) melakukan penjualan saham MPMX sebesar -1.68% total kepemilikan. Tentu wajar sekali jika market panik, karena berbeda dengan Morninglight ataupun Clarins yang private equity. Saratoga adalah pemegang saham pengendali MPMX. Apakah Saratoga hilang kepercayaan terhadap MPMX sehingga melakukan penjualan dalam jumlah besar? Apakah Saratoga akan mengikuti aksi jual masif seperti Clarins dan Morninglight? Apakah ada sesuatu yang salah dengan MPMX yang PSP sudah tahu terlebih dahulu?
Pertanyaan tersebut muncul di kebanyakan investor, dan pada tanggal 28 Januari 2021 terjadi aksi jual sehingga saham MPMX turun -4.23% dalam satu hari. Sejujurnya saya juga panik kenapa Saratoga menjual MPMX. Maka saya mencari fakta, dan tentu saja saya bertanya kepada investor relations dari MPMX kembali.
Seperti biasa, dengan cepat investor relations MPMX menjawab pertanyaan saya perihal penjualan SRTG di MPMX. Mereka menjawab tidak ada perubahan kepemilikan SRTG di MPMX sama sekali. Data insiders tersebut kemungkinan terjadi karena adanya transaksi mutasi antara bank kustodian milik Saratoga.
Jawaban tersebut menenangkan hati saya, setidaknya saya tahu saratoga tidak lepas harapan dari MPMX. Apalagi ketika melihat ada investor besar lain (persada capital) yang dipimpin oleh Arini Subianto yang merupakan salah satu wanita terkaya di Indonesia.
Kesimpulan
==========
Kerugian di laporan keuangan pada emiten yang kita beli memang bukan sesuatu yang enak dilihat oleh mata kita sebagai investor saham.
Tetapi pada satu sisi, ketika kita memiliki pengertian apa yang terjadi di perusahaan tersebut maka kita akan bisa mengambil keuntungan dari kepanikan market terkait saham tersebut.
Seperti halnya MMLP yang membuat market panik ketika hanya sebatas melihat angka kerugian tersebut padahal dari gross profit perusahaan bisa mengalami peningkatan di situasi sulit pada tahun 2020. Banyak yang tidak paham kerugian tersebut diraih karena aktifitas kantong kiri kantong kanan terkait persiapan pembuatan REITS yang lagi dijalankan oleh perusahaan.
Seperti halnya MPMX yang memang mengalami penurunan kinerja perusahaan di tahun 2020. Banyak sekali kabar menegangkan yang terjadi pada emiten ini di tahun 2020 dan awal tahun 2021. Sebagai investor jangan pernah mengambil keputusan karena situasi panik, selalu cari fakta terlebih dahulu.
Investor relations dari emiten adalah tempat yang tepat untuk menjadi tempat bertanya jika ada informasi yang mau kita dapatkan terkait emiten tersebut. Investor relations yang baik akan menanggapi pertanyaan kita. Jika anda mendapati investor relations yang tidak menanggapi pertanyaan anda, saran saya datang ke RUPS dan ajukan komplain ketika sesi tanya jawab diajukan.
Investor Relations yang tidak mau menanggapi pertanyaan dari investornya sama halnya dengan karyawan yang tidak mau bekerja padahal mendapatkan gaji.
Ingat selalu bahwa sebagai investor kita harus membeli fakta dan bukan harapan. Ada beberapa kasus lain yang sebenarnya bisa kita dapatkan untuk kasus kerugian yang tidak rugi ini seperti halnya biaya penyusutan yang menyebabkan kerugian dan banyak jenis lainnya.
Selalu banyak kasus yang bisa kita temukan dari analisa laporan keuangan secara menyeluruh. Tetapi yang terpenting anda tahu, bahwa jangan langsung termakan dengan angka laba bersih yang terlalu bagus atau jelek. Anda harus analisa lebih dalam untuk mengecek fakta dibalik bagus/jeleknya laba/rugi bersih pada laporan keuangan tersebut.
-THOWILZ-