@autodimay 1. Untuk coverage ratio memang tidak ada aturan khusus dari BI atau OJK, yang dipakai LCR iya. Keduanya juga beda fungsi, LCR untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, kalau coverage ratio itu utk cover loss dari kredit bermasalah. Kalau tidak ada di aturan, bukan berarti ratio ini useless, ini juga jadi acuan bank kok dan di AR bank dicantumkan.

2. Apakah kredit berkolektibilitas lancar sudah pasti lancar selamanya? belum tentu, ada probabilitas kolektibilitasnya turun. Cuma memang probability nya ada kan walaupun kecil. Sebaliknya, apakah yg kolektibilitas 3 atau 4 pasti di write off semua? Jawabannya belum tentu juga . Makanya biasa pembentukan CKPN itu pakai probabilitas, contoh kol. 1 persentase CKPN nya lebih kecil dari loan, sebaliknya, kol. 5 persentase yg dialokasikan utk CKPN lebih besar. Makin buruk kol. nya, makin tinggi persentase CKPN dari loan nya. Jadi walaupun loan kol 1 besar, CKPN blm tentu besar kok, karena persentase yg dialokasikan pasti kecil.
Tapi kalaupun lebih besar, apakah salah utk mengambil CKPN dari kredit kol 1 dan 2? tidak juga pak, kalau CKPN besar bukan "seolah-olah prudent", tapi memang beneran prudent. Kenapa begitu? CKPN itu menggerus laba lho pak, bayangkan bank rela laba nya tergerus, untuk dialokasikan sebagai pencadangan. Boleh dicek pak, menurut bapak bank paling prudent di Indonesia apa, dibandingkan coverage nya dengan bank yang paling tidak prudent. Contoh, $BBCA bisa sampai 180% dari NPL gross nilai CKPN nya.

3. Oh iya maaf pak, saya blm cek 1Q20 $BBTN, data yang saya cek kemarin itu data FY19 pak, waktu FY 19 itu masih jauh lebih rendah, tidak sampai ke cover kol 5

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy