Memperoleh Dividen dari Perusahaan Publik

Pada postingan saya sebelumnya tentang PT Ekadharma International, ada pembahasan menarik yang ingin saya angkat menjadi artikel khusus. Yaitu tentang dividen yang dibayarkan oleh manajemen ke pemegang saham sebagai bagi hasil dari sebagian profit perusahaan. Pembahasan tentang dividen ini memang menjadi bahan perdebatan dari kalangan investor. Sebagian mereka menginginkan agar perusahaan membagikan dividen dalam porsi kecil atau tidak sama sekali agar laba yang dihasilkan lebih digunakan untuk diinvestasikan kembali dengan harapan value bagi shareholder akan meningkat dalam jangka panjang. Sebagian lagi mengharapkan agar perusahaan membagikan dividen secara rutin dengan payout ratio yang cukup tinggi (misal lebih dari 50%) sebagai bentuk penghargaan bagi para shareholder.

Semua pendapat tersebut menurut saya benar dan tidak ada yang salah, tergantung fase pertumbuhan perusahaan sedang berada dimana, dan tentu saja itu tergantung pada minat dan tujuan anda sebagai shareholder untuk memiliki saham suatu perusahaan. Bagi saya, perusahaan yang saya beli harus membayarkan dividen meskipun size perusahaan nya masih kecil atau sedang dalam fase pertumbuhan dan masih giat berekspansi. Dengan catatan, payout ratio-nya sesuai dengan kebutuhan. Jadi, bagi saya memperoleh dividen itu menyenangkan, karena:

Pertama, dividen dapat meningkatkan ekuitas saya secara pasif. Saat ini saya sedang menjalankan metode compounding atau menginvestasikan kembali setiap keuntungan yang saya peroleh. Jadi dalam meningkatkan ekuitas, ada 2 cara yang bisa saya lakukan, yang pertama dengan menyetor tambahan modal dari kantong sendiri (ibarat perusahaan melakukan right issue), dan yang kedua adalah dengan menginvestasikan kembali setiap keuntungan yang diperoleh (profit reinvestment). Nah, cara yang paling saya suka untuk meningkatkan ekuitas adalah dengan profit reinvestment, Karena ini modal tambahan yang tidak keluar dari kantong saya sendiri atau uang yang datang dari keuntungan berinvestasi saham, ya ibarat modal gratis lah. Keuntungan disini bisa berasal dari dividen, atau bisa juga berasal dari capital gain setelah kita menjual saham (ibarat perusahaan dapat untung yang dihasilkan dari menjual asset).

Lalu cara yang paling pasif untuk meningkatkan ekuitas melaui profit reinvestment adalah melalui dividend reinvestment. Karena kalo meningkatkan ekuitas melalui capital gain, saya harus jual dulu sahamnya lalu dibelikan saham lainnya atau saham yang sama. Jika saya tidak jual, maka capital gain tersebut sifatnya masih unrealized atau floating. Apalagi saya termasuk investor yang jarang melakukan aktivitas jual-beli di bursa, sehingga profit dari hasil jualan saham hanya saya dapatkan di awal2 periode karir investasi saya karena saat itu ada beberapa saham yang kurang meyakinkan saya, sehingga setiap keuntungan hasil dari penjualan tersebut saya belikan saham lain yang lebih meyakinkan. Setelah tahun 2018, saya hanya memiliki 3 saham dan sudah tidak melakukan aksi jual saham, sehingga profit yang saya peroleh hanya berasal dari pembagian dividen. Dari sinilah peluru2 saya berasal untuk membeli saham kembali atau menyiapkan dry powder atau kas menganggur di RDN.

Kedua, selain untuk alasan compounding, pentingnya dividen bagi saya adalah untuk menilai bahwa suatu bisnis itu memang bisnis yang menguntungkan serta menghasilkan uang yang real. Jika perusahaan bergerak di bisnis yang sederhana, maka proses produksi dan operasional perusahaan dapat berjalan dengan efisien sehingga berdampak pada tebalnya margin laba kotor dan laba operasional dan rendahnya kebutuhan belanja modal (capex). Jika perusahaan menghasilkan produk dan jasa yang selalu dibutuhkan konsumen, maka itu dapat menjamin reccuring income sehingga perusahaan dapat mencatatkan pendapatan yang tumbuh secara stabil dan konsisten. Jika perusahaan memiliki competitive advantage, maka perusahaan memiliki basis pelanggan dan market share yang lebih besar. Para pelanggan akan lebih setia untuk memilih produk perusahaan karena kualitas dan brand yang begitu kuat, sehingga bottom line akan semakin kokoh. Nah, setiap profit yang dihasilkan inilah yang pada akhirnya dapat disalurkan ke beberapa hal, salah satunya dalam bentuk pembayaran dividen yang konsisten bahkan tumbuh dari tahun ke tahun.

Ketiga, pembayaran dividen dapat digunakan untuk menilai rasionalitas manajamen dalam melakukan value creation bagi pemegang saham. Sebelumnya saya sempat menjelaskan bagaimana cara menciptakan value bagi shareholder, yaitu dengan membayar dividen, melakukan buyback, dan melakukan ekspansi (baik secara organik maupun akuisisi). Jadi, Menginvestasikan kembali keuntungan atau mengembalikannya dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham akan menunjukan rasionalitas manajemen. Kemana keuntungan di alokasikan sangat berkaitan dengan fase siklus bisnis perusahaan (business life cycle) tersebut sedang berada, dan lagi2 di sinilah rasionalitas manajemen diuji.

Di fase awal (development stage), biasanya perusahaan sering mengalami kerugian karena sedang membangun produk dan merintis pasar dan itu suatu hal yang wajar. Terus masuk ke fase berikut (growth stage) dimana penjualan mulai tumbuh secara cepat dan mulai mencetak laba, namun laba tersebut dirasa belum cukup untuk membiayai ekspansi usaha sehingga laba yang diperoleh cenderung diinvestasikan kembali (retained earning). Bahkan, seringkali perusahaan dalam fase ini harus berutang, khususnya bagi perusahaan dengan model bisnis ribet yang high capital requirements. Selanjutnya perusahaan masuk ke fase kematangan (maturity stage) dimana pertumbuhan pendapatan mulai melambat namun arus kas terus meningkat dan menumpuk bahkan melebihi keperluan ekspansi dan kebutuhan operasional (capex). Terakhir perusahaan memasuki fase penurunan (decline stage), disini perusahaan mulai mengalami kontraksi pada pendapatan dan laba, namun masih terus mencetak kelebihan arus kas (free cash flow). Dengan melihat 4 fase tersebut, maka pada fase kematangan dan penurunan ini lah (terutama di fase kematangan) muncul pertanyaan: kemanakah kelebihan arus kas sebaiknya dialokasikan???

Apabila dalam fase 3 dan 4 manajemen tetap mengambil keputusan untuk “menginvestasikan” sebagian laba tersebut, maka uang tersebut mau ditaro di mana? Deposito? Atau paper asset lainnya?? Jika demikian, maka siap2 saja perusahaan akan mengalami penurunan ROE dan ini tidak disukai oleh kebanyakan shareholder. Jika dirasa menginvestasikan kembali laba atau free cash flow tersebut merupakan hal yang mustahil karena size perusahaan sudah sangat besar dan ruang pertumbuhannya sudah tidak ada, maka manajemen memiliki 3 opsi lain, yaitu: membeli pertumbuhan baru lewat akuisisi bisnis; melakukan share buyback di saat harga sedang koreksi dalam dan valuasinya jadi murah; atau kembalikan kelebihan uang ini kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Disinilah kita harus teliti sebagai investor. Kita tentu akan menanti tindakan yang akan diambil oleh manajemen karena akan mencerminkan rasionalitas manajemen dalam berbisnis.

Jika manajemen memutuskan untuk mengakuisisi, maka salah satu tujuannya adalah untuk menghasilkan bisnis baru di luar skala bisnis yang ada. Akuisisi ini merupakan bagian dari pengembangan usaha yang berkesinambungan agar perusahaan bisa melanjutkan pertumbuhan kinerjanya. Namun aktivitas ini cenderung kurang disukai oleh kebanyakan investor (termasuk saya), karena akuisisi menggambarkan perusahaan yang kurang pede dengan bisnis atau produknya sendiri dan dapat menimbulkan spekulasi apabila perusahaan mengakuisisi bisnis di luar bidang keahliannya selama ini (diworsification). Namun, apabila perusahaan mengakuisisi dengan tujuan mencapai integrasi usaha secara vertikal untuk mempermudah memperoleh bahan baku, memperluas distribusi pemasaran dan ekspor serta bisnis yang diakuisisi masih dalam core bisnis perusahaan, maka akuisisi tersebut sifatnya sangat positif. Lalu, pastikan pula pihak manajemen sudah memperhitungkan valuasi yang wajar terhadap perusahaan yang akan diakusisi, seperti yang dilakukan $SMSM saat mengakuisisi perusahaan asal Malaysia, Bradke Syenergies Sdn Bhd.

Oke, jadi apakah opsi yang paling rasional untuk mengembalikan kelebihan uang kas kepada pemegang saham? Menurut saya adalah dengan cara share buyback atau membagikan dividen. Dua2 nya adalah opsi yang sangat menarik, dan saya yakin banyak investor juga suka dengan hal ini. Tapi perlu diperhatikan, apakah perusahaan melakukan buyback sesuai kebutuhan atau memang di saat harga di pasar sedang drop? Jika membagikan dividen, coba periksa lagi apakah memang betul perusahaan sudah dalam fase matang sehingga memang perlu untuk membagikan semuanya dalam bentuk dividen (tidak memerlukan retained earning)?

Keempat, alasan pentingnya dividen bagi saya juga untuk mengoptimalkan profit sekaligus meminimalisir risiko. Salah satu manfaat berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang membayar dividen, yaitu kita bisa memperoleh dividen yang cenderung terus mengalami pertumbuhan sepanjang waktu. Inilah kelebihan dividen dibandingkan kupon obligasi, karena dividen itu yieldnya bisa tumbuh tergantung kinerja perusahaan. Perusahaan yang mampu untuk terus meningkatkan pembayaran dividen dari tahun ke tahun biasanya merupakan perusahaan yang telah mapan dan bereputasi tinggi. Di Amerika Seritat, terdapat sejumlah Dividend Aristocrats, atau perusahaan-perusahaan yang telah meningkatkan pembayaran dividen mereka secara kontinyu dan konsisten lebih dari 25 tahun. Bagaimana dengan di BEI? Contohnya adalah 3 saham yang saya pegang saat ini. Mereka rutin membagikan dividen dan terus tumbuh dari tahun ke tahun dengan payout ratio yang stabil dan tidak berlebihan. Untuk $SIDO memang baru 6 tahun membayar dividen, karena memang mereka baru listing di bursa tahun 2013.

Selain itu, kita sebagai investor dapat terpapar oleh risiko pasar, yaitu risiko terjadinya penurunan harga saham atau nilai investasi kita. Ya memang sifat aslinya harga saham itu pasti fluktuatif (naik dan turun), namun dengan membeli perusahaan pembagi dividen, hal ini dapat melindungi investor dari downside risk serta menjamin RoI (Return of Investment). Dividen dapat menjadi pelipur lara di saat kita terjebak dalam posisi nyangkut. Kalo kata user lainnya, dividen ini ibarat uang tunggu lah hehe. Jika anda fokus untuk meningkatkan pendapatan dividen di masa depan, maka penurunan harga merupakan suatu kesempatan emas untuk membeli lebih banyak lot di harga yang lebih rendah. Tapi dengan catatan, pastikan kualitas perusahaan masih bagus loh ya, ini penting.

Jika anda terlalu mengharapkan capital gain apalagi dalam jangka pendek, maka anda akan mudah kecewa karena itu semua sangat bergantung pada mood pasar. Meskipun anda memiliki perusahaan bagus lalu memegangnya selama 5 tahun, itu tidak menjamin modal anda akan meningkat bung. Nggak percaya? Tanyakan saja ke mereka yang membeli saham $HMSP $KLBF $ASII 5 tahun lalu dan masih memegangnya hingga saat ini. Harga saham bisa naik hingga 100% bahkan dalam waktu yang tergolong singkat dan bisa turun lagi sebesar 50% (sehingga kenaikan 100% sebelumnya tidak berarti apa2). Kondisi seperti ini, akan berbeda rasanya jika ada investor yang lebih fokus pada dividen (income investor). Bagi orang ini, membeli saham itu ibarat membeli mesin pencetak uang. Selama saham yang ia pegang terus membayarkan dividen, buat apa kepikiran untuk menjualnya? Jadi, naik turunnya harga karena ulah pelaku pasar bukan menjadi perhatiannya lagi.

Jadi itulah keempat alasan mengapa dividen itu saya anggap penting. Sekarang kalo saya ditanya, mana yang lebih saya pilih sebagai seorang quality investor, capital gain atau pertumbuhan dividen? Kalo bisa pilih dua2nya ya kenapa nggak? Hehehe. Itulah enaknya membeli perusahaan dengan kualitas baik pada harga yang wajar, apalagi perusahaannya rutin membayar dividen. Kita akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus, baik dari kenaikan harga saham maupun dari dividen yang terus tumbuh setiap tahun. Dan saya yakin, perusahaan semacam SIDO dan SMSM selain mereka tergolong Capital Efficient Company (CEC), mereka juga tergolong ke dalam Dividend Aristocrats (DA) dan tidak menutup kemungkinan mereka akan menjadi Word Dominating Companies (WDC). Untuk EKAD kayanya masih jauh ya, tapi selalu terbuka ruang berdasarkan data historis mereka.

Untuk menutup tulisan ini, saya akan bagikan kiat2 berinvestasi untuk dividen yang berkualitas. Ini ditujukan khusus bagi anda yang ingin mengharapkan untuk hidup dengan dividen di masa yang akan datang, maka selain anda harus rutin dan disiplin menerapkan dividend reinvestment sampai batas waktu yang diinginkan, anda juga perlu memilih perusahaan yang tepat untuk hal ini:

1. Carilah perusahaan yang bisnisnya sederhana, produknya akan terus dibutuhkan, dan memiliki wide-moat atau competitive advantage sehingga revenue dan earning perusahaan akan terus tumbuh secara stabil dan konsisten;

2. Carilah perusahaan yang secara historis setiap tahun selalu membagikan dividen, tidak pernah absen, dan disaat resesi pun (misal 2008) perusahaan tetap membagikan dividen bahkan bisa tumbuh dari tahun sebelumnya;

3. Carilah perusahaan yang rasio DER nya dibawah 0,5x (semakin rendah lebih baik), karena jika perusahaan banyak utang, maka kelebihan cash yang dimiliki akan digunakan untuk melunasi utang dan bunganya terlebih dahulu;

4. Carilah perusahaan yang mencatatkan surplus Free Cash Flow setiap tahun. Hanya dengan memiliki FCF perusahaan dapat melakukan value creation kepada shareholders, salah satunya membayar dividen;

5. Selanjutnya perhatikan Dividend Payout Ratio (DPR)-nya, cari yang diantara 20-80%. Jika DPR terlalu kecil atau di bawah 20%, maka anda harus lebih skeptis untuk mencari tahu apakah laba yang ditahan betul2 diinvestasikan kembali secara efektif dan dapat meningkatkan value bagi shareholder di masa yang akan datang (cenderung spekulatif). Jika DPR terlalu tinggi misal lebih dari 80%, maka biasanya perusahaan sedang dalam fase matang (contoh UNVR dan HMSP), atau bisa juga perusahaan masih dalam tahap growth tapi utangnya 0% dan capex-nya rendah (contohnya SIDO). Jika perusahaan dalam fase matang, anda tidak bisa mengharapkan 100x bagger. Selanjutnya pastikan DPR-nya stabil, tidak naik turun dengan signifikan. Artinya perusahaan dapat meningkatkan pembayaran dividen melalui peningkatan kinerja laba nya, bukan dari kenaikan DPR nya. sehingga pertumbuhan dividen lebih mudah diprediksi;

6. Lalu belilah perusahaan berdasarkan kriteria nomor 1-5 dengan starting dividend yield minimal 3% hingga 5% saat pembelian pertama anda. Jangan cari starting yield yang teralu rendah dan jangan pula terlalu tinggi, karena biasanya perusahaan yang menawarkan starting yield yang sangat tinggi (lebih dari 10%), kedepannya yieldnya akan cenderung lebih rendah dan terus turun atau tidak stabil. Starting dividen yield 3% - 5% memang tergolong kecil, tapi bagi anda investor muda yang umurnya (InshaAllah) masih panjang dan modalnya masih kecil, maka dividen dengan yield segitu jika anda terus investasikan kembali, bisa menjadi puluhan persen dalam beberapa tahun ke depan, apalagi anda telah memilih saham yang tepat. Dividen yield hingga 100% bukanlah hal yang mustahil, dan inilah salah satu target jangka panjang saya berinvestasi saham.

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy