imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BHAT - PT Bhakti Multi Artha Tbk

BHAT - resmi melantai tanggal 15 April 2020 melepas saham IPO sebanyak 2 miliar lembar dengan nilai pari Rp.100 /lembar, seharga Rp.103 / lembar. Jumlah saham IPO tersebut setara dengan 40% total saham setelah IPO. Jumlah dana IPO yang diperoleh setelah dipotong biaya emisi saham sebesar 2,15% atau sebesar Rp. 201,6 miliar, seluruhnya akan digunakan untuk digunakan seluruhnya untuk melakukan peningkatan modal pada PT Nasional Investindo Perkasa (“NIP”). Selanjutnya NIP akan melakukan peningkatan modal di PT Asuransi Jiwa Nasional (“ASJN”), selanjutnya ASJN akan mempergunakan untuk penempatan investasi jangka pendek dan jangka panjang. Dimana NIP adalah anak usaha emiten dengan kepemilikan 99% dan ASJN adalah anak usaha NIP dengan kepemilikan 99%.

Tidak ada waran yang diterbitkan bersamaan dengan IPO.

PT Jasa Utama Capital Sekuritas (YB) adalah penjamin utama dengan penjaminan 99,9%, sisanya dijamin oleh Ekuator Swarna Sekuritas, Erdhika Elit Sekuritas, Panin Sekuritas dan Profindo Sekuritas Indonesia, dengan perjanjian full commitment yaitu penjamin akan membeli saham yang tidak habis terjual pada tanggal penutupan Masa Penawaran Umum.

Sistem penjatahan masih menggunakan peraturan lama No.IX.A.7 tahun 2011, yaitu alokasi untuk penjatahan pasti (fixed allotment) dibatasi sampai dengan 99% dan sisanya untuk penjatahan terpusat (pooling). Walaupun tidak disebutkan penjatahan pooling jumlah maksimal, bukan berarti untuk jatah pooling akan dibuka sebesar-besarnya. Berdasarkan info yang penulis peroleh, bahwa semenjak kejadian IPO NARA, ada instruksi dari OJK agar emiten IPO tidak menyebutkan jumlah minimal pada penjatahaan pooling. Berapakah jumlah aktualnya yang dialokasikan untuk penjatahan pooling, hanya emiten dan penjamin yang emisi yang tahu. Katanya agar bandar-bandar receh pemain saham IPO lewat jalur pooling tidak menguasai saham pooling.

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan terakhir sebagaimana termaksud dalam Akta No. 76/2019, maksud dan tujuan dari Perseroan ini adalah berusaha di bidang Konsultasi Manajemen dan Perusahaan Holding. Tetapi karena anak usaha perseraoan yang bergerak aktif hanya ASJN maka bidang usaha utama perseroan pada saat ini adalah asuransi jiwa, yang telah memperoleh izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan dengan Surat Keputusan No. KEP-57/D.05/2017 tanggal 19 Juli 2017.

Pemegang saham utama Perusahaan adalah Rudy Purnomo Felix Soesanto, MBA (Direktur Utama).

Total ekuitas sebelum IPO berdasarkan buku 31 Oct 2019 = Rp. 306 miliar, jika dibagi dengan jumlah saham sebelum IPO = 3 miliar lembar maka Book Value per shares (BVS) = Rp.102 per lembar. Jika dijual seharga Rp. 103 / lembar menghasilkan PBVR sebelum IPO = 1 X.

Total ekuitas setelah menerima dana IPO dipotong dengan biaya emisi naik menjadi = Rp. 507,6 miliar, jika dibagi dengan jumlah saham setelah IPO = 5 miliar lembar, maka BVS = Rp. 101,5 per lembar, maka PBVR setelah IPO = 1,01 X.

EPS setelah IPO menggunakan buku 31 Oct 2019 dan di-annualized = Rp. 0,8 / lbr, sehingga PE ratio dengan harga Rp. 103/lbr = 1,3 ABAD.

Ekuitas milik shareholder pengendali mengalami kenaikan menjelang IPO. Pada tanggal 23 Mei 2017 total ekuitas hanya sebesar Rp. 100 juta dan menjelang IPO (31 Oct 2019) ekuitas meningkat menjadi Rp. 306 miliar atau naik sebanyak Rp. 305,9 miliar, sumber kenaikan tersebut adalah;
- Setoran modal dalam bentuk tunai = Rp. 299,9 miliar
- Pendapatan comprehensive periode 23 Mei 2017 – 30 Sep 2019 = Rp.6,1 miliar

Adalah praktek yang umum dilakukan oleh emiten yang akan IPO, yaitu meningkatkan nilai ekuitas agar supaya selaras dan sebanding dengan dana IPO yang ditargetkan. Permasalahannya apakah peningkatan ekuitas dalam 3 tahun terakhir, yang meningkat dari Rp. 100 juta menjadi Rp. 306 miliar adalah peningkatan yang wajar dan bukan rekayasa?

Faktanya bahwa tanggal 24 Sep 2019 terjadi setoran tunai Rp. 299,9 miliar, tetapi saldo kas per 31 Oktober 2019 hanya tersisa sebesar Rp. 10,5 miliar. Kemanakah setoran modal tunai ditempatkan? Berdasarkan laporan cash flows, bahwa pada peridoe YTD 31 Oct 2019, emiten menempatkan dana dalam bentuk investasi sebesar Rp. 212,4 miliar. Menurut CLK No. 5 dana tersebut ditempatkan pada Deposito berjangka - PT Bank KEB Hana Indonesia sebesar Rp. 145 miliar, sisanya sekitar Rp. 154,6 miliar digunakan untuk membayar utang kepada pihak berelasi. Pembayaran utang kepada pihak berelasi atas utang kas yang yang diterima oleh perusahaan pada tahun 2017. Dengan demikian, berdasarkan catatan alur cash pada laporan cash flows, setoran modal telah dilakukan secara wajar.

Meskipun setoran modal sudah dilakukan secara wajar, namun masih terdapat kemungkinan total ekuitas telah di-mark-up dengan cara me-mark-up laba, yang kasus terburuknya adalah memark-up sedemikian rupa sehingga dari kondisi rugi menjadi laba. Karena laba menambah nilai aset atau mengurangi liabilitas maka untuk memverifikasi laba cukup melihat salah satunya yaitu kualitas asetnya atau utangnya. Tetapi yang paling mudah untuk dipahami adalah kualitas aset.

Karena bisnis utama emiten adalah industri asuransi, kebetulan penulis tidak memiliki kualifikasi untuk menilai aset yang terkait dengan bisnis asuransi. Untungnya aset perusahaan didominasi oleh aset-aset non bisnis asuransi yang mudah diverifikasi dan dipahami sebagai berikut;
Kas dan bank = Rp. 10,5 miliar, Deposto berjangka = Rp. 205 miliar, surat berharga negara = Rp. 35,2 miliar, Reksadana = Rp. 77,7 miliar, jika dijumlahkan = Rp. 328,4 miliar. Nilai tersebut mencerminkan 85,7% dari total aset emiten (Rp.383,3 miliar).

Aset tersebut sangat mudah untuk diverifikasi pada saat audit. Dengan demikian jika terjadi praktek mark -up aset dan ekuitas, mungkin hanya terjadi pada aset-aset diluar aset tersebut yang nilainya hanya sebesar Rp. 55 miliar. Sehingga jika memang terjadi mark-up nilainya tidak signifikan dan dapat diabaikan. Oleh karena itu, menurut penulis nilai ekuitas emiten masih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Bagaimana prospek saham ini? Saham yang diterbitkan jumlahnya relative sangat banyak 20 juta lot, dengan kondisi ekonomi saat ini, maka menurut penulis emiten tidak akan mampu menjual saham IPO kepada investor strategis. Walaupun PBV yang ditawarkan, PBVR = 1, namun kinerja masalalu emiten hanya menghasilkan laba mini, sehingga PER = 1,3 ABAD, investor strategis yang manakah, yang bersedia berinvestasi pada perusahaan dengan kinerja masa lalu-nya yang sangat rendah tersebut.

Perusahaan melepas saham IPO sebesar 40%, penulis mencurigai ini adalah strategi pemilik lama untuk keluar sebagian dari perusahaan ini. Indikasinya utamanya adalah setoran modal yang ternyata setengahnya digunakan untuk melunasi utang kepada pemilik.

Selain itu tujuan penggunaan dana IPO tidak disebutkan secara spesifik, hanya disebutkan untuk investasi. Sehingga jika hasil penjualan saham IPO kurang dari Rp. 201,6 miliar, maka perusahaan akan sangat mudah untuk mencari alternative investasi yang sesuai tetapi nilainya direkayasa sedemikian rupa sehingga nilai investasi tersebut tetap dilaporkan sebesar dana IPO nya (Rp.201,6 miliar).

Oleh karena itu menurut penulis ini adalah IPO Real, emiten akan menjual saham IPO kepada publik sebanyak-banyaknya. Namun demikian tentu saja akan dilakukan dengan cara yang baik dan tidak terburu-buru yang dapat menyebabkan harga turun lebih rendah dari harga IPO.

Demikian ulasan IPO yang berdasarkan LK, prospektus dan teori cocokmologi. Semoga bermanfaat dan jangan dipercaya.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy