CAN SLIM TECHNIQUE SERIES
PART 6 - L = Leader or Laggard
Karena membuat website, saya lupa masih belum menyelesaikan CAN SLIM series ini.
Ini bagian yang paling sulit untuk diterima, termasuk oleh saya sendiri. Tapi seperti yang pernah dibahas di tulisan - tulisan sebelumnya CAN SLIM sedikit berbeda dengan pendekatan value investing.
Ketika menemukan perusahaan murah dan bagus maka seorang value investor akan tertarik membeli saham tersebut. Sedangkan CAN SLIM justru menyukai saham yang lagi menjalani trend penguatan. CAN SLIM technique mengajarkan untuk masuk ke suatu saham di momentum kenaikan yang tepat dan keluar ketika momentum kenaikan itu mulai hilang. Ini kenapa banyak penganut CAN SLIM yang bisa meraih profit bagus dalam waktu relatif tidak lama.
Tapi kembali lagi, ini tinggal masalah preferensi. Mana yang lebih cocok untuk karakteristik anda ya. Kalau saya lebih menyukai konsep kontrarian yaitu menunggu harga perusahaan bagus diberikan diskon (harga jatuh) oleh pasar dibandingkan dengan membeli saham di momentum kenaikan.
Tapi apapun tekniknya, selama menghasilkan profit maka itu baik. Jadi mari kita coba mengerti tentang konsep Leader or Laggard. Sebuah parameter paling penting dari seorang penganut CAN SLIM investor.
Penganut CAN SLIM menyukai saham yang memiliki tipe leader. Yaitu sebuah saham yang memiliki kinerja terbaik di pasar saham. Sampai muncul anekdot "The first man gets the oyster: the second, the shell"
Kinerja terbaik disini uniknya bukan perusahaan ini memiliki market share terbaik, ataupun laba terbaik dibandingkan kompetitor sejenis. Tapi kinerja pergerakan harga.
CAN SLIM Investor menggunakan satu parameter untuk melakukan pengecekan yang disebut relative strength. Hal ini yang paling banyak orang salah persepsi.
Relative strength yang dimaksud bukan indicator relative strength index yang ada di chart yang biasa digunakan para trader.
Dari hasil pengecekan saya, ada sebuah data riset di IBD(Investor Business Daily) yang disebut dengan relative strength rating. Inilah yang digunakan oleh para penganutt CAN SLIM.
Relative strength rating ini membuat peringkat saham apa saja yang memiliki kinerja lebih baik dari saham lain. Semakin tinggi nilainya maka dianggap semakin baik.
Sebagai contoh dari screenshot yang saya ambil dari IBD:
Waktu interval relative strength rating yang dilihat adalah 52 weeks terakhir.
GPRO (bukan saham di IHSG) memiliki relative strength rating 99, ini artinya GPRO memiliki kinerja pergerakan harga lebih baik dari 99% perusahaan di bursa yang sama.
William O'Neil menyarankan hanya boleh membeli sebuah saham yang memiliki relative strength rating diatas 80. Dan dia pribadi cuma mau membeli saham yang memilii Relative strenght rating diatas 90.
William O'Neil memberikan kritikan untuk para "expert" yang terlalu tergila - gila dengan low PER tapi melupakan performa kinerja harga sahamnya.
"Those who ignore what the marketplace is saying usually suffer some heavy losses."
Ini adalah kalimat yang dia ucapkan, untuk menjelaskan seberapa pentingnya memilih saham yang memiliki kinerja harga saham baik.
Tapi William O'Neil juga menambahkan seorang expert seharusnya bisa membedakan kenaikan harga saham yang bersifat normal dan tidak normal. Karena ada saja harga saham yang naik tinggi tidak dibarengi dengan kenaikan kinerja perusahaannya (kita kenal dengan digoreng).. Untuk mengetahui parameter apa yang perlu dilihat untuk mengetahui kenaikan saham ini normal, bisa lihat di tulisan CAN SLIM sebelumnya.
William O'Neil menyampaikan "It seldom pay to invest in laggard performing stocks even if they look tantalizingly cheap. Look for the market leader."
Tapi ada satu pesan yang William O'Neil sampaikan sebaiknya membeli perusahaan yang memiliki relative strength rating tinggi tapi sedang dalam kondisi sideways dan pastikan harga sahamnya tidak melebihi 5-10% dari harga pergerakan ketika sideways.
Jadi misalkan sebuah saham dengan relative strength rating sangat baik sedang bergerak di sideways kisaran 1000 - 1050. Kalian hanya boleh beli jika harga saham tersebut masih dibawah 1155 (1.1*1050).
Tujuannya adalah agar anda tidak membeii ketika harga naik terlalu cepat. Karena bisa jadi ombak itu sudah di puncak tertinggi dan anda malah sebentar lagi menghadapi arus penurunan.
Mungkin ada yang kritis dan bingung, bagaimana mungkin saham yang dibilang memiliki relative strength rating bagus bisa bergerak sideways. Jawabannya mungkin. Karena relative strength rating bersifat membandingkan dengan saham lain didalam bursa sama.
Harga saham ini bisa saja turun tapi memiliki relative strength rating yang tetap tinggi, karena penurunannya tetap lebih baik dibandingkan saham - saham lain di bursa tersebut.
Jika saham yang sudah kita beli, mengalami penurunan relative strength rating secara berturut - turut maka itu saatnya exit dari saham tersebut.
Jika ingin melihat relative strength rating bisa lihat di https://bit.ly/2UZRrJe tapi sayangnya ini berbayar sekitar 20USD/bulan.
Saya pribadi tidak ada akses berlangganan ke IBD, sehingga saya tidak tahu apakah data relative strength rating disana hanya untuk bursa US atau ada juga untuk bursa IHSG.
Saya sendiri merasa konsep kesulitan atau belum menemukan cara mendapatkan data yang tepat untuk melihat relative strength rating. Saya sempat menggunakan screener stockbit untuk membuat ranking:
- Perusaahaan dengan pergerakan harga saham terbaik 1 tahun terakhir
- Perusahaan dengan peningkatan laba terbaik 1 tahun terakhir
Tapi melihat hasilnya, saya sendiri tidak yakin dimana saya mendapatkan hasil $ARTO sebagai leader. Saya pribadi tidak merasa melihat bank ini menarik untuk investasi. Tapi bank ini mendapatkan peringkat tertinggi. Hal ini disebabkan karena kenaikan yang luar biasa tinggi ketika ada proses akuisisi dan mau menjadikan bank ini sebagai bank digital.
Karena saya tidak tahu bagaimana mendapatkan data yang logis, saya hingga sekarang pun masih kebingungan bagaimana mendapatkan data relative strength rating yang tepat.
Jadi jujur, untuk step ini belum pernah saya implementasikan sama sekali dalam investasi saya.
Mungkin ada teman - teman stockbit yang bisa membantu, kira2 bagaimana atau dimana kita bisa mendapatkan data relative strength rating yang akurat untuk IHSG?
-THOWILZ-