imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$UNVR, Kemahalan dan Jalan di Tempat...

Dulu saya pernah pegang saham UNVR (sebelum stock split). Harga beli average sekitar 42 ribu, lalu saya "terpaksa" take profit di 44 ribuan. Return yang sangat kecil, karena saya memagang UNVR sekitar 1 tahun. Ya walaupun sudah terima dividen 3 kali (termasuk dividen interim).

Percepat waktu, lalu tibalah di tahun 2020, UNVR sudah melakukan stock split. Banyak yang berpendapat bahwa pasca stocksplit harusnya UNVR jadi lebih menarik dong. Karena lebih terjangkau untuk investor ritel. Tapi yang ada harga malah makin ambrol.

Apa yang menyebabkan hal ini?
Saya hanya mau sharing dari sudut pandang value investor yang murni 100% berfokus pada fundamental perusahaan.

Bukan kapablitias saya untuk berbicara soal isu terkini, tren, foregin flow, atau news yang ada sekarang. Saya mau bahas dari sisi fundamental saja.

Perhatian saya tertuju pada EPS (Earning per share) Unilever Indonesia. Data dari RTI (disesuaikan setelah stock split).
2016: 168
2017: 184
2018: 239 (karena ada efek divestasi brand Blue Band).
2019: 194.

Ada peningkatan, tapi kok rasanya kurang memuaskan ya (buat saya pribadi lho ya). Buat saya sebagai investor, karena EPS growth ini kurang menarik, maka pilihan saya adalah tidak berinvestasi dulu di emiten tsb.

Tapi saya tahu ini bukan salah manajemen Unilever. Manajemen mereka bekerja amat baik. Hanya saja, kondisi consumer sectors sedang penuh tantangan. Bukan cuma dialami UNVR. Coba deh iseng tengok $KLBF $HMSP atau emiten consumer lainnya. Ada pola tantangan yang sama.

Tapi kan UNVR tumbuh nih bos, masih growth EPSnya?
Benar, syukurlah mereka catatkan kinerja yang ya okelah.

Tapi, ada tapinya nih bos.
Berapa valuasi UNVR?

Kalau melihat data RTI, P/E ratio ada di angka sekitar 38. Pertanyaannya, kalau EPS growth biasa saja, tapi harus dikompensasi dengan P/E ratio 38, apakah worth it?
Saya yakin, cerita harga saham UNVR ini bisa beda kalau P/E ratio masih dalam valuasi yang masuk akal.

"Tapi kan ini CEC (Capital Efficient Company), kita gak cuma beli aset di atas buku, tapi juga beli brand, beli sistem, histori panjang, bla..bla...bla."

Iya, setuju. Tapi dengan seefisiennya perusahaan itu, toh saat sektor consumer lagi penuh tantangan gini, EPSnya masih biasa saja.

Saya punya pendapat bahwa valuasi yang mahal masih bisa dikompensasi asalkan growth EPS nya memuaskan (apalagi dalam jangka panjang). Karena P/E ratio yang mahal tadi akan menjadi lebih masuk akal ketika growth laba bersih bisa tumbuh cepat. Sehingga waktu tunggu investor akan lebih make sense. Misal seperti yang terjadi pada BBRI, $BBCA, $SIDO...

Untuk hal ini sudah pernah saya bahas dalam salah satu video analisis saya di sini: http://bit.ly/3bGwKbK (saya bandingkan BBCA dan UNVR).

Lalu, apakah saya akan koleksi lagi saham UNVR?
Tentu.
Tapi kapan?
Menunggu valuasinya masuk akal buat hitungan saya.

Kapan itu terjadi?
Saya pribadi penginnya di P/E ratio yang lebih enak lah ya. Misalnya di kisaran 20-an sampai 29-an lah. Kalau itu terjadi, maka harga UNVR mesti terdiskon paling tidak 30% dari harga saat ini. (Sounds scary, isn't it?)

Kapan itu terjadi?
Mungkin ketika IHSG turun sangat dalam.
Yang pasti bisa terjadi kepanikan di mana-mana.

Kapan itu terjadi?
Mboh.. gak tau. Gak ada satu pun orang bisa prediksi.

Lha kalau nggak terjadi?
Ya sudah, syukurlah. Bursa kita aman-aman saja. Adem ayem, mudah-mudahan hasilnya bagus. Sementara itu, di luar sana masih banyak koleksi saham bagus. Baik dari bursa Indonesia atau berbagai bursa dunia.

*NB: P/E ratio Unilever N.V. yang listing di NYSE aja cuma 25-an :)

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy