CONTRARIAN INVESTING SERIES PART 9
Changes in ATTITUDE, changes in LATITUDE
Sebuah judul sub-bab yang bagus dari buku contrarian investment yang saya baca. Jadi saya menggunakan judul itu di tulisan saya kali ini.
Attitude (sikap yang diambil) seorang investor dibentuk oleh 4 faktor:
1. Utilitarian
2. Value-expressive
3. Ego-defensive
4. Knowledge
Mari kita bahas satu per satu faktor tersebut KECUALI faktor pertama tentang Utilitarian (karena saya bukan pakar faham ideologi ini dan tidak tertarik untuk mengajarkan faham ideologi ini jadi saya menolak pembahasan faktor ini)
Jadi mari kita skip langsung ke faktor kedua
Anggap ada seorang investor bernama TOM. Dia seorang investor baru di pasar modal. Kebetulan baru mendapatkan rejeki 100 juta cash. Tom tertarik berinvestasi di pasar modal.
Setelah TOM berkonsultasi dengan temannya, TOM akhirnya memutuskan dia mau berinvestasi di perusahaan sektor Bank. Emiten yang dipilih adalah sebuah bank pemerintah terkenal dah TOM membeli di harga 4800.
Alasan logis bagi Tom adalah bank ini tidak kalah bagusnya dengan $BBCA yang ketika itu sudah bernilai 34rb.
Bayangkan jika saham bank pemerintah yang Tom beli dari 4800 naik hingga ke 34rb maka tom mengalami profit lebih dari 7x lipat modal. TOM akan memiliki projected profit 700jt. Atas dasar proyeksi perhitungan profit ini maka TOM akhirnya mengambil keputusan untuk membeli saham bank pemerintah ini.
Sebulan kemudian bukannya harga saham naik, saham tersebut turun hingga ke 4400, Tom memiliki floating loss hampir 10%. Tapi seperti yang banyak di sounding orang bluechip is never lies maka Tom tetap mempertahankan saham tersebut.
2 bulan kemudian saham tersebut turun lagi hingga ke 4000, Tom sebenarnya sudah dag dig dug karena floating loss hampir 20% (duit seharga motor sudah berwarna merah di platform investasi saham dia). Teman-temannya mulai godain dia mana nih bluechip is never lies, sekarang u dikibulin ama saham bluechip u?
Maka TOM mulai mencari pembenaran, dari yang semula pengambilan keputusan karena value yang "menarik" menurut dia, TOM mulai mencari alasan untuk pembenaran keputusan dia hold saham tersebut. Akhirnya dia melihat ada seorang analis yang bilang 4000 adalah support kuat, sebentar lagi bank ini akan rebound. TOM akhirnya share tulisan analis ternama ke teman2ny dan bilang bro chart is never lies. Saham ini akan rebound, bentar lagi gw pasti profit. Tom menolak untuk mengakui bahwa dia masuk di momen yang salah (EGO-DEFENSIVE)
Sialnya garis support bisa saja menjadi resistance, bahkan penulis yang melegenda di forum ini pun membuat tulisan harga sekian akan menjadi support atau resistance buat perusahaan telekomunikasi terkenal. Bahkan seorang yang punya banyak murid berbayar pun bingung untuk menetukan suatu harga menjadi support atau resistance.
Akhirnya bank tersebut anjlok hingga 3700, dan floating loss Tom bertambah besar. Tom akhirnya menyerah dan melakukan CUTLOSS, TOM kehilangan uang yang cukup besar.
Itulah kejadian yang biasa terjadi pada kita sebagai seorang investor dimana kita membeli karena tergiur meraih profit yang bagus (sering kali lupa mengukur resiko yang akan kita hadapi) dan juga ego kita tidak pernah mau mengakui kalau kita salah.
Ada investor kedua bernama TIM. TIM sudah banyak belajar tentang investasi di pasar modal, dan sudah berpengalaman 5 tahun. TIM mengincar perusahaan yang sama dengan TOM.
TIM mengincar saham tersebut sejak harga 4200, tapi berdasarkan perhitungan dia dia akan membeli di harga 3700 agar resiko dia terjaga.
Ketika saham bank tersebut naik hingga 4800, banyak orang yang menghina TIM, syukurin u ketinggalan kereta.
Beberapa bulan kemudian akhirnya momen itu tiba, TIM mendapatkan saham bank tersebut di 3700.
Beberapa minggu kemudian saham TIM turun ke 3600, tapi TIM tenang2 aja karena dari pengalaman dia tentu sangat sulit untuk mendapatkan harga di saham terendah. Jadi TIM tidak panik, dan akhirnya sebulan kemudian saham tersebut rebound dan terus naik hingga 6000. TIM akhirnya realisasi profit bagus.
2 orang yang sama, mengincar saham yang sama di periode waktu yang sama tapi nasibnya berbeda jauh.
Attitude Tom yang tidak mau mencari knowledge dan hanya mengandalkan pendapat orang lain membuat dia kehilangan uang dalam jumlah besar. Ketika harga turun rendah, dia tidak tahu apakah harga sudah murah atau ini saham murahan yang akan meluncur terus tanpa batas.
Berbeda dengan TIM yang sudah memiliki knowledge dan experiences, dia tidak panik ketika sahamnya turun dan dia tidak terburu2 lepas ketika harga sahamnya naik karena dia punya KNOWLEDGE.
Jadi sebaiknya jangan sampai keputusan investasi kita semata hanya dipengaruhi faktor kedua dan ketiga.
Keputusan investasi kita harus dipengaruhi oleh cuma 1 faktor yaitu KNOWLEDGE (dimana experience termasuk didalam faktor ini.)
Membaca tulisan/ulasan/rekomendasi premium tidak ada salahnya. Tapi mengikuti semua itu tanpa punya knowledge sendiri maka bisa jadi anda masuk ke mulut singa untuk diterkam hidup hidup.
Sebagai contrarian kita dituntut memiliki perspektif yang berbeda dengan market pada umumnya.
Sebagai contoh:
Mana risk yang lebih kecil, membeli saham yang harganya sudah naik 20% atau membeli saham yang harganya sudah turun 50%?
Ketika kita membeli saham yang sudah naik 20% artinya kita menaruh sudut pandang sama dengan market, sialnya kita telat masuk. Ketika market sudah puas dengan kenaikan tersebut dan menjual sahamnya maka kita terkena ombak bearish
Ketika kita membeli saham yang sudah turun 50% artinya kita menaruh sudut pandang ber eda dengan market. (selama perusahaan itu memiliki kinerja keuangan yang baik, knowledge berperan serta sekali lagi dalam hal ini). Sehingga setelah kita beli (dan kemungkinan besar mengalami floating loss juga) market akan berpikir harga sudah murah sekali dan kita akan surfing di ombak bullish.
Itulah kenapa sekali lagi down-by-the-half rules begitu pentingnya harus diikuti seorang contrarian.
Jadi jika mau profit kita berubah dibanding kita sibuk contek and ubah2 susunan porto kita lebih baik kita fokus meningkatkan KNOWLEDGE kita.
Karena investasi sama halnya politik. Kita akan berteman jika kita sama2 lagi ingin menuju ke arah yang sama.
Jadi jangan terlalu percaya orang ya, karena kemungkinan besar orang yang anda percaya cuma mementingkan profit dia sendiri dan ga peduli anda profit atau tidak.
Karena kalau anda profit anda ga bagi profit anda, kalau anda rugi dia ga perlu bayarin kerugian anda. Jadi buat apa dia peduli dengan anda mau dapat profit atau rugi.
Logis?
-THOWILZ-