Investasi Saham, Risiko Tinggi?
Banyak orang enggan untuk berinvestasi saham karena sudah takut duluan akan risiko yang menyelimutinya. Sebagian orang ada juga yang menganggap bahwa saham dapat menawarkan imbal hasil yang sangat tinggi bahkan dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya, sebagaimana tulisan saya sebelumnya yang menceritakan tentang potensi investasi saham yang memberikan return hingga 100x lipat. Pokoknya, pendapat yang sangat umum mengenai saham itu adalah: “dibalik potensi returnnya yang tinggi, ada risiko tinggi yang melekat”. Yang bener begitu?
Di Indonesia sendiri jumlah investor di pasar modal tidak lebih dari 1% dibandingkan total penduduk, dan mayoritas berpusat di Pulau Jawa khususnya di DKI. Berdasarkan fakta tersebut saya menilai bahwa pasar modal kita memang kurang dalam. Saya gak tau apakah emang betul karena alasan risiko yang tinggi orang enggan untuk menyentuh saham atau mempelajarinya lebih lanjut. Apakah mereka lebih senang dan nyaman untuk memililih alternatif lain yang lebih aman untuk menyimpan uangnya (misal menabung di bank) meskipun returnnya sedikit, atau gak ada, bahkan minus karena uangnya termakan inflasi.
Jika memang benar atas dasar risiko saham yang tinggi maka kebanyakan orang memutuskan tidak berinvestasi saham, atau minimal alokasi investasi saham lebih sedikit dan uangnya banyak masuk ke deposito atau properti. Saya pun pernah membaca di koran tentang salah satu ekonom senior yang bergelar Doktor, ia lebih memilih menempatkan 50% dananya untuk berinvestasi di apartemen dan sisanya ia tempatkan di deposito dan obligasi. Ekonom senior ini enggan berinvestasi saham karena risikonya tinggi. Setelah baca artikel tersebut, jidat saya langsung mengkerut.
Kok bisa ya, seorang ekonom senior yang bergelar Doktor punya pandangan seperti itu. Dia yang Doktor aja takut, lah gimana saya yang kroco begini? Kok berani2nya memilih berinvestasi saham? Hehehe. Memang betul kata para guru, bahwa dalam berinvestasi saham, anda tidak membutuhkan kecerdasaran di atas rata2, yang anda perlukan salah satunya adalah temperamen yang stabil. Sangat disayangkan, banyak orang menghindari saham mengingatkan besarnya potensi saham untuk melipatgandakan uang kita di masa depan dan mengalahkan inflasi. Pertanyaan selanjutnya, apakah mungkin mendapatkan untung besar di saham dengan risiko yang minim? Tentu bisa!
Sebelum kita lanjut, saya ingin mengajak anda menilai kembali pandangan akan risiko saham ini. Saya yakin, kebanyakan pelaku pasar menganggap yang dimaksud risiko saham yang tinggi adalah fluktuasi harganya yang sangat tidak pasti dan nggak jelas kapan terjadinya. Saya sepakat dan paham bahwa ini merupakan salah satu risiko yang melekat pada saham. Sebuah saham bisa naik 10% hingga 50% dalam seminggu, atau bisa turun -50%, dan itu sangatlah mempengaruhi suasana hati para pelaku pasar. Pokoknya kalo harga saham udah turun dalam maka itu dianggap suatu kerugian yang sangat memilukan. Padahal anda baru dikatakan rugi jika anda telah menjual saham yang turun tersebut.
Lalu, apalagi ya risiko investasi saham? Oh ya, ada lagi dan ini menurut saya risiko sesungguhnya bagi seorang investor saham. Yaitu risiko perusahaan yang kita miliki sahamnya mengalami kebangkrutan atau dilikuidasi. Kalo udah begini, bisa2 kita kehilangan seluruh uang kita. Penyebab bangkrutnya perusahaan antara lain: terdisrupsi atau kalah bersaing, adanya bencana, terjadi sengketa dan konflik internal yang berkelanjutan, dan tingginya beban keuangan atau utang. Nah utang ini nih yang paling sering menjadi penyebab kasus kebangkrutan. Dan dapat saya katakan bahwa perusahaan bangkrut bukan karena dia rugi, tapi mereka bangkrut karena mereka sudah kehabisan uang CASH. Makanya, dalam analisis laporan keuangan sangat penting untuk kita dapat memahami cashflow statement.
Oke kita lanjut ya, jika sudah tau bahwa ada risiko yang melekat saat berinvestasi saham yang kalo diringkas ada risiko pasar (fluktuasi harga) ada risiko bisnis (likuidasi perusahaan), apa yang anda pikirkan? Serem ya? Saya juga awalnya berpikir begitu. Melihat dua kejadian ini memang risiko saham tinggi sekali. Tapi, mari berpikir sejenak, bukankah risiko ini terpapar pula jika kita mencoba usaha apa pun, seperti membuka bisnis, membeli surat utang, membeli properti, membeli emas, bahkan deposito pun menurut saya juga berisiko. Jadi, jangan terlalu memusingkan risiko yang melekat terhadap suatu apapun, tapi berupayalah untuk mengendalikan tiap2 risiko yang mungkin datang. Jika anda takut, maka anda tidak akan maju2. Anda akan terus jalan ditempat bahkan mengalami kemunduran. Sedangkan waktu terus berjalan tanpa bisa dihentikan.
Bagaimana cara saya mengendalikan kedua risiko yang saya sebutkan sebelumya, baik risiko kehilangan sebagian modal karena jual rugi ataupun risiko kehilangan seluruh modal karena perusahaan bangkrut? Ada dua poin:
1. Memilih perusahaan yang berkualitas
Dalam metode quality investing yang saya terapkan selama ini, pemilihan sahamnya mengutamakan kualitasnya terlebih dahulu. Setiap quality investor memiliki matrik atau kriteria tertentu untuk mengukur kualitas perusahaan. Kalo saya melihat perusahaan yang berkualitas melalui 3 aspek, yaitu aspek bisnis, aspek manajemen, dan aspek keuangan.
Saya hanya membeli saham yang bisnisnya sederhana, mudah dipahami, defensif dan tidak bersiklus; memiliki wide economic moat dan competitive advantage; produknya memiliki brand yang kuat dan akan terus dibutuhkan hingga 30 tahun ke depan; dikelola oleh tim manajemen yang berintegritas, terbuka, jujur, think like an owner dan berorientasi pada shareholder; mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang stabil dan konsisten; serta memiliki struktur keuangan yang kuat dan sehat (positive cash flow, high profit, and low leverage). High profit disini bisa diukur dengan Gross Margin yang tinggi atau >30% serta ROC yang tinggi pula >20%. Sedangkan low leverage bisa diukur dengan rasio DER<50% dan Current Ratio > 2x.
Setelah menemukannya, saya cek valuasinya apakah wajar (gak harus murah). Jika menggunakan rasio PER, kalo bisa nilainya gak lebih dari 20x dan PBV nya gak sampe lebih dari 4x. Mengapa saya menerapkan standar yang tinggi untuk valuasi ini? Karena sangat sulit menemukan perusahaan yang berkualitas dengan valuasi yang murah (PER < 10, PBV<1). Jadi gak apa2 valuasinya “agak” mahal bagi sebagian orang, tapi saya lebih mengutamakan kualitas yang ditawarkan perusahaan (quality at reasonable price).
Saya sangat yakin, dengan memiliki saham perusahaan seperti ini dan kualitas yang ditawarkannya, maka saya dapat terlindungi dari risiko kebangkrutan. Kalo soal fluktuasi harga atau floating loss saya gak ambil pusing, karena itu hanyalah ilusi. Selama saya gak cut loss, maka saya belum rugi. Seperti pembelian pertama saya pada $SMSM di Oktober 2015 lalu di harga 1.200, lalu harganya turun hingga 830 di 2017 (stock split adjusted). Apa yang saya lakukan? Saya justru menambah posisi lebih banyak sehingga lot yang saya miliki semakin banyak. Begitu juga sedikit pengalaman pait saat pertama beli $SIDO di bulan dan tahun yang sama di harga 500an, dan hampir 3 tahun lamanya harganya mengalami sideway panjang. Awalnya rada saya gondok kok ini harganya gak naik2, tapi pada akhirnya saya sadar bahwa justru ini kesempatan buat saya buat terus akumulasi saham SIDO di harga yang segitu2 aja sehingga tabungan lot saya semakin banyak dengan average price yang stabil.
Dan anda tau apa yang terjadi selanjutnya hasil dari kesabaran saya? Silahkan anda nilai sendiri berapa harga SIDO dan SMSM sekarang, ditambah dividen2 yang saya terima dari keduanya hingga sekarang yang saya gunakan untuk membeli kembali sahamnya. Jadi, sekali lagi saya katakan selama 4 tahun saya berinvestasi saham saya sudah mengalami return yang lumayan besar dengan risiko yang MINIM. Jika anda memiliki saham yang berkualitsas, meskipun isinya hanya 3 sampai 5 dalam portofolio (focus portofolio) dan market cap nya tergolong kecil, maka anda berpotensi untuk memperoleh profit yang memuaskan dalam jangka panjang. Ingat ya, DALAM JANGKA PANJANG. Karena waktu adalah teman bagi perusahaan berkualitas, dan musuh bagi perusahaan medioker.
2. Memperpanjang Horizon Waktu Investasi
Jika anda sudah memiliki quality stock, maka tidak lengkap rasanya jika horizon waktu investasi anda pendek, misalnya dibawah 10 tahun. Dalam buku karya Lawrence A. Cunningham yang berjudul “Quality Investing” di bawah judul buku ada tulisan “owning the best companies for the long term”. Jadi memang jika sudah memiliki saham dengan kualitas tinggi, maka anda hanya perlu duduk dan amati perkembangan ceritanya apakah perusahaan masih memenuhi syarat kriteria kualitas yang sudah ditentukan sebelumnya. Warren Buffett pun pernah berkata “our favorite holding period is forever “, bahwa jika kita sudah menemukan wonderful company, maka akan lebih baik untuk hold selamanya. Charlie Munger juga teguh terhadap metode quality investing dimana ia pernah mengatakan: “all you have to do is pick a really great company when it is attractively priced, and then just sit on your ass.”
Dalam jangka panjang, fluktuasi harga saham yang berkualitas itu nggak ada. Mau bukti? Oke kita contohkan $ICBP ya dan kita lihat 10 tahun ke belakang. Saat itu harganya 1.687 dan hari ini anggap saja ditutup di harga 11.425, maka harganya telah naik 5,75x lipat. Dana Rp100 juta yang anda tanamkan akan menjadi Rp575 juta dan ini belum menghitung perolehan dividen yang dibayarkan ICBP. Saya tanya anda, dimana fluktuasinya? Yang ada kalo saya liat harganya mengarah ke atas dan uang anda terus berkembang. Oke anda boleh berkilah bahwa saham yang saya jadikan contoh adalah perusahaan dengan market cap besar, ya wajarlah harga sahamnya stabil ke atas.
Bagaimana dengan perusahaan dengan market cap kecil dan sedang? Apakah bisa seperti itu? Mau bukti? Oke kita jadikan $EKAD sebagai contoh dan kita lihat 10 tahun ke belakang. Saat itu saham EKAD harganya Rp100 (stock split adjusted) dengan market cap Rp70 miliar dan hari ini anggap saja ditutup di harga 1040, maka harganya telah naik 9,65x lipat. Dana Rp100 juta yang anda tanamkan akan menjadi Rp965 juta dan ini belum menghitung perolehan dividen yang dibayarkan EKAD. Saya tanya anda lagi, masih mau percaya ocehan para ahli dan profesional yang mengatakan saham yang market cap nya kecil sangat volatile dan berisiko tinggi? Jangan remehkan perusahaan yang market cap nya kecil, kalo dia punya kualitas yang baik, maka saham2 blue chip akan dengan mudah dikalahkan hehehe.
Jadi, menurut saya, jangka waktu investasi saham itu minimal 10 tahun. Ini minimal banget lah pokoknya dan kalau bisa terus dipegang jika anda yakin sudah memiliki saham2 yang berkualitas. Jika anda hanya berinvestasi untuk 5 tahun, beberapa saham ada yang harganya sideway bahkan minus, bahkan saham bagus dipegang 5 tahun pun masih bisa minus, contohnya $HMSP. Tapi dalam 10 tahun? semua saham2 yang “berkualitas” arahnya ke atas bro. Dalam masa 3-5 tahun bahkan 7 tahun bisa saja kinerja harga saham mengalami minus, entah karena masa resesi keuangan global atau sentimen pasar yang negatif di pasar saham.
Jadi itulah 2 cara saya mengendalikan atau meminimalisir risiko dalam berinvestasi saham. Untuk melengkapi 2 cara tersebut, tentunya saya menggunakan uang dingin untuk berinvestasi dan anti untuk menggunakan margin. Sekarang saya tanya kembali, mungkinkah saham menjadi instrumen investasi yang low risk high returns? Sekali lagi jawabannya sangat BISA.
Untuk melengkapi jawaban saya ini, saya ingin mengajak anda untuk membaca buku The Dhandho Investor, The Low-Risk Value Method with High Returns karya Mohnish Pabrai. Dhandho sendiri merupakan istilah yang berasal dari bahasa Gujarat (India) yang berarti kerja keras untuk menghasilkan kekayaan. Jika kita dulu dibangku sekolah diajarkan bahwa untuk menghasilkan sebuah keuntungan yang tinggi maka diperlukan resiko yang tinggi juga. Namun Dhandho memutarbalikkan konsep tersebut yakni dengan meminimalkan risiko sambil memaksimalkan keuntungan. Jadi istilah Dhandho juga dapat diartikan kerja keras untuk menghasilkan kekayaan dengan hampir tidak ada risiko.
Inilah salah satu buku yang menginspirasi saya, yang merubah pikiran saya bahwa saham itu ternyata instrumen investasi yang low risk. Sang penulis buku, Monish Pabrai mengagumi Warren Buffett dan Charlie Munger dan kebanyakan idenya berasal dari kedua tokoh ini. So, many thanks to these two great investors especially Charlie Munger for the quality investment method.
Sekian tulisan saya di akhir 2019 ini.