[%ebxv%] Secara global penerbangan tidak profitable. 
keuntungan yang anda bahas tidak signifikan. 
monopoli agak sulit karena highly regulated. harga mahal seperti yang terjadi kemarin2 memaksa pemerintah untuk mengintervensi harga tiket.

Lalu, pertambahan jumlah kalangan menengah atas tidak serta merta berkontribusi terhadap laba penerbangan, apalagi jika perputaran uang sebagian besar di Jawa, perpindahan manusia memiliki opsi lain seperti bus, mobil pribadi, dan kereta yang murah.

Syarat yang disampaikan juga not feasible. 
Jika ada delay, maka harus beri kompensasi makan atau penginapan.
Keuntungannya pun tidak merata, hanya terjadi dimusim2 tertentu saja saat mudik, akhir tahun, atau libur panjang. Selebihnya ya harus puter otak. misalnya saja, Garuda baru2 ini mempertimbangkan utk menyediakan layanan pernikahan di atas pesawat, yang tentu saja bagi saya itu ridiculous, walaupun ada yang mungkin suka juga. 

sehingga, [%EBjv%] mungkin bisa naik tapi tidak naik naik amat. Tapi saya mungkin bisa salah juga. Who knows.

@Glenn Secara global penerbangan tidak profitable. 
keuntungan yang anda bahas tidak signifikan. 
monopoli agak sulit karena highly regulated. harga mahal seperti yang terjadi kemarin2 memaksa pemerintah untuk mengintervensi harga tiket.

Lalu, pertambahan jumlah kalangan menengah atas tidak serta merta berkontribusi terhadap laba penerbangan, apalagi jika perputaran uang sebagian besar di Jawa, perpindahan manusia memiliki opsi lain seperti bus, mobil pribadi, dan kereta yang murah.

Syarat yang disampaikan juga not feasible. 
Jika ada delay, maka harus beri kompensasi makan atau penginapan.
Keuntungannya pun tidak merata, hanya terjadi dimusim2 tertentu saja saat mudik, akhir tahun, atau libur panjang. Selebihnya ya harus puter otak. misalnya saja, Garuda baru2 ini mempertimbangkan utk menyediakan layanan pernikahan di atas pesawat, yang tentu saja bagi saya itu ridiculous, walaupun ada yang mungkin suka juga. 

sehingga, $GIAA mungkin bisa naik tapi tidak naik naik amat. Tapi saya mungkin bisa salah juga. Who knows.

 @pedagangodol Semua perusahaan seperti $GIAA pasti memiliki rasio utang yang besar, bisa sampai puluhan tahun jangka waktu pengembaliannya. Sebabnya harga pesawat sangat mahal, tapi harga ticket harus menyesuaikan keadaan ekonomi konsumen. Selama bisa konsisten mencetak laba, rasio utang tersebut masih normal dalam dunia penerbangan.

$GIAA punya keuntungan:
1. Pengadaan bahan bakar dibantu dengan harga terbaik dari Pertamina.
2. Monopoli penerbangan domestik di negara kepulauan dengan jumlah penduduk ke 4 besar di dunia) bersama Lion Air, sehingga masyarakat tidak punya pilihan lain.
3. Jumlah penduduk menengah keatas di Indonesia yang semakin bertambah, pesatnya pembangunan bandara baru dan pembukaan rute penerbangan baru, membuka peluang pertumbuhan laba $GIAA dimasa depan.

Semua hal diatas bisa jadi pendorong konsistensi pertumbuhan laba $GIAA dimasa depan, tetapi ada syaratnya juga agar bisa konsisten :

1. Harga minyak bisa stabil (seperti saat ini) dikisaran 50-60 USD.
2. Tidak ada kecelakaan pesawat fatal seperti yg menimpa Malaysia Airlines, Air Asia atau Lion Air.
3. Management yang bersih.

Saya member Garuda frequent flyer, tapi saya tidak pegang saham $GIAA, walau dari awal tahun ini sudah feeling pendapatan emiten ini pasti akan naik tahun ini.