Perjalanan IHSG di Tahun 2025
Tahun 2025 menjadi periode yang penuh tantangan sekaligus prestasi bagi Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup tahun pada level 8.646,94, mencatatkan kenaikan luar biasa sebesar +22,13% sepanjang tahun berjalan. Perjalanan ini merupakan sebuah refleksi dari ketangguhan ekonomi Indonesia dalam menghadapi berbagai peristiwa besar, baik dari dalam maupun luar negeri.
Berikut adalah ringkasan perjalanan historis IHSG sepanjang tahun 2025:
1. Tekanan Awal Tahun dan Sentimen Politik (Januari – Februari)
Tahun 2025 dimulai dengan tantangan berat. Pasar bereaksi negatif terhadap pernyataan Presiden Prabowo pada 5 Desember 2024 yang menyamakan "Main Saham" dengan aktivitas perjudian. Hal ini, ditambah dengan ketidakpastian kebijakan suku bunga global dan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, memicu aksi jual masif. Hingga 11 Februari 2025, IHSG merosot 12,5% ke level 6.531.
2. "Liberation Day" dan Titik Terendah (Maret – April)
Memasuki bulan Maret, pasar mengalami fase "kapitulasi" atau kepanikan puncak. Pengumuman kebijakan "Liberation Day" oleh Donald Trump yang mengenakan tarif impor sebesar 32% bagi Indonesia menyebabkan bursa sempat mengalami penghentian perdagangan (trading halt).
Sebagai respons, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis aturan baru yang mengizinkan emiten melakukan pembelian kembali saham (buyback) tanpa RUPS untuk menahan kejatuhan harga. IHSG akhirnya menyentuh titik terendah pada 8 April 2025 di posisi 5.996.
3. Momentum Pembalikan dan Kebangkitan (Mei – Juni)
Titik terendah di bawah 6.000 menjadi momentum bagi investor untuk kembali masuk karena harga saham yang sudah dianggap sangat murah (undervalued). Didukung oleh penurunan suku bunga dan meredanya kekhawatiran tarif global, IHSG mencatatkan reli panjang. Hingga 10 Juni 2025, indeks berhasil bangkit ke level 7.230, didorong kuat oleh kenaikan harga saham-saham grup konglomerasi besar.
4. Rekor Sejarah Menembus Level 8.000 (Juli – Agustus)
Optimisme menyambut hari kemerdekaan dan keberhasilan negosiasi tarif (turun menjadi 19%) membawa aliran modal asing kembali masuk secara masif. Pada 16 Agustus 2025, IHSG mencetak sejarah baru dengan menyentuh level 8.000 untuk pertama kalinya. Momen ini menandai pemulihan total pasar modal Indonesia dari keterpurukan di awal tahun.
5. Gejolak Domestik dan Transisi Menteri Keuangan (September)
Bulan September diwarnai volatilitas akibat demonstrasi besar terkait kebijakan DPR. IHSG sempat terkoreksi ke level 7.628. Namun, pasar segera mendapatkan angin segar pada 10 September 2025 melalui pelantikan Bapak Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan menggantikan Ibu Sri Mulyani. Pengangkatan ini, ditambah dengan kebijakan baru MSCI mengenai Free Float pada akhir September, mengembalikan kepercayaan investor global.
6. "Purbaya Effect" dan Penutupan Rekor Akhir Tahun (Oktober – Desember)
Meskipun sempat ada fluktuasi di pertengahan Oktober akibat ketegangan dagang AS-China dan isu perbankan regional di Amerika, IHSG tetap kokoh. Sektor perbankan domestik yang solid menjadi penggerak utama pasar menuju rekor-rekor baru.
Kombinasi antara reformasi fiskal yang dijalankan Menteri Purbaya dan masuknya dana asing berkat penyesuaian indeks MSCI menciptakan apa yang disebut pelaku pasar sebagai "Purbaya Effect". Sepanjang tahun 2025, IHSG berhasil memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa (All Time High) sebanyak 21 kali, menutup tahun dengan optimisme tinggi untuk menyongsong tahun 2026.
Kesimpulan
Tahun 2025 membuktikan bahwa stabilitas kebijakan ekonomi dalam negeri adalah kunci utama dalam meredam ketidakpastian global. IHSG berhasil bertransformasi dari fase penuh tekanan menjadi salah satu pasar modal dengan performa terbaik, didukung oleh fundamental perusahaan yang kuat dan kepercayaan investor yang kembali pulih.
Sampai Jumpa Di Tahun 2026 📉📈
$IHSG
Jangan Lupa Follow!
Random Tag :
$BUMI
$DEWA