Pada akhir 2025, dari hiruk-pikuk pasar dan hening renungan, lahirlah puisi ini sebagai cermin jiwa. Bukan catatan untung-rugi, melainkan bisikan hati yang mengajak kita jujur pada diri sendiri. Sebuah janji sederhana untuk 2026: bijak menghadapi grafik, damai menyongsong ketidakpastian, dan tangguh melangkah ke bab yang baru.
Happy New Year 2026, para pejuang bursa; semoga tahun ini memberi kita keberanian untuk melepaskan beban, bergerak lebih ringan, dan percaya pada jalan yang sedang kita tapaki.
$IHSG - Ingin Cepat Benar
Tak ada yang masuk pasar berniat kalah,
semua datang membawa harap dan arah.
Bukan mimpi kaya, bukan hidup megah,
hanya ingin yakin: langkahnya tak salah.
Bukan soal untung berlipat-lipat,
yang dikejar justru rasa selamat.
Grafik naik jadi materai pengesahan niat,
agar hati tenang, langkah terasa tepat.
Pasar bukan panggung pujian,
ia tak peduli luka atau pembenaran.
Tak tunduk ego, tak kenal kasihan,
ia bergerak lurus tanpa perasaan.
Bias yang Paling Mahal
Banyak yang bilang takut merugi,
padahal lebih takut terlihat salah sendiri.
Bukan di forum, bukan di diskusi,
tapi di hadapan cermin yang tak pandai memuji.
Maka hijau dilepas saat masih muda,
merah ditahan, diharap sembuh dari duka.
Yang salah bertahan bukan karena angka,
tapi karena gengsi tak mau mengaku luka.
Cut loss bukan pedih karena angka,
melainkan karena satu kata yang nyata:
“Keputusan ini keliru adanya.”
Dan itu lebih perih dari kehilangan harta.
Amankan yang Benar – Rawat yang Salah
Saat hijau menyala, hati ingin nyaman,
rasa benar ingin segera diamankan.
Takut esok arah berubah haluan,
maka dijual cepat demi ketenangan.
Saat merah datang, logika menawar,
“Belum rugi kalau belum benar-benar sadar.”
Harapan dirawat meski arah berputar,
agar ego tak runtuh, tak hancur lebar.
Yang baik dilepas demi harga diri,
yang buruk ditahan agar tak merasa rugi.
Lalu dinamai manajemen risiko terkini,
padahal hanya ego yang dijaga sampai mati.
Kendali yang Ilusi
Chart digulir tiada henti, melahap waktu,
bukan makin siap, hanya menipu rasa mampu.
Harga tak berubah karena mata terpaku,
pasar tak peduli dan tetap melaju.
Bukan kecanduan saham semata,
tapi kecanduan rasa berkuasa.
Seolah dunia bisa diatur semua,
asal cukup awas dan terus berjaga.
Saat pasar menolak tunduk dan diam,
frustrasi datang bukan karena rugi yang kelam.
Tapi karena realitas berbisik tajam:
“Tak semua bisa kau genggam.”
Mengapa Psikologi Lebih Hidup
Laporan keuangan menuntut kepala tenang,
sementara investor datang dengan hati goyang.
Bukan rasio yang pertama dicari orang,
malahan pola luka yang datang berulang.
Lalu di mana belajar? Di zona remuk bisu,
saat grafik dan harga tak lagi bersuara.
Di sanalah diam mulai bersekutu,
melahirkan bahasa yang lebih jujur dari angka.
Kenapa masuk terlalu cepat,
kenapa ragu saat kesempatan mendekat.
Kenapa selalu merasa tertinggal dan sesak,
ini tak dijawab angka, tapi cermin batin yang menampar telak.
Penutup
Yang bertahan bukan paling piawai membaca angka,
bukan paling rajin mengejar seminar dan janji belaka.
Tapi yang sanggup berdamai saat salah menyapa,
dan berani melangkah tanpa takut terpedaya.
Pasar tak minta kita sempurna setiap waktu,
ia hanya ingin kita cukup lama bertemu.
Kadang investasi bukan soal saham terbaik nomor satu,
melainkan berhenti menghukum diri saat langkahmu keliru.
Jika hari ini portofoliomu terasa berat,
ingat… ini bukan vonis, bukan kiamat.
Pelan saja.
Kamu manusia,
bukan alat.
