imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Perang Purbaya Melawan Saham Gorengan = Perang yang Mustahil Bisa Dimenangkan karena Sejak Dunia Saham Tercipta, Pelaku Saham Gorengan Akan Selalu Menang

Purbaya ingin pelaku gorengan saham dipenjara, tapi ekosistem penegakannya masih seperti lampu sein kiri yang nyala tapi mobilnya belok kanan. Di ruang publik, investor disuguhi narasi tegas soal bersih-bersih pasar, sementara di belakang layar ada kasus suap proses IPO yang ujungnya seperti kabut. Agustus 2024, BEI mengakui ada pelanggaran etika dan memutus hubungan kerja terhadap 5 karyawan, artinya problemnya riil, bukan rumor warung kopi. Tetapi ketika investor bertanya siapa oknum dan siapa emiten pemberi gratifikasi, jawabannya justru mengambang dan identitasnya disimpan rapat. Waktu berjalan, publik tidak melihat nama, tidak melihat putusan, dan tidak melihat ringkasan penindakan yang bisa diverifikasi. Ada kabar aparat penegak hukum ikut mengusut, tetapi hasil akhirnya tidak pernah benar-benar hadir di ruang publik. Di titik ini, wajar bila investor menilai gap-nya bukan kecil, melainkan jurang yang bikin sinis. Kalau pasar hidup dari kepercayaan, ketidakjelasan seperti ini adalah racun pelan yang menetes setiap hari.

Kalau dipakai kacamata Adam Smith, pasar modal yang ideal bukan pasar yang bebas tanpa batas sampai manipulasi dibiarkan. Pasar yang sehat adalah arena kompetisi yang fair, tempat harga terbentuk dari informasi yang relatif setara, aturan main ditegakkan, dan pelanggaran dihukum konsisten. Smith sejak awal mengkritik praktik stock-jobbing, spekulasi dan rekayasa harga yang menjauhkan pasar dari fungsi ekonomi riil. Ia juga sangat realistis soal tata-kelola, terutama pada bentuk joint stock company, karena ketika pengelola mengurus uang orang lain, risiko kelalaian dan pemborosan akan muncul bila pengawasan lemah. Jadi pasar ideal versi Smith itu bukan slogan efisiensi, melainkan kombinasi insentif kompetisi dan rule of law yang nyata.

Tarik ke kasus gratifikasi IPO 2024. Fakta dasarnya sederhana. Ada pengakuan pelanggaran etika dan ada sanksi internal terhadap 5 karyawan. Pertanyaan publik juga sangat sederhana. Siapa yang disanksi, emiten mana yang menyuap, dan apa konsekuensi ke emiten yang sudah terlanjur lolos ke bursa. Masalahnya, identitas itu tidak dibuka. Dari sudut pandang investor, ini bukan gosip murahan. IPO adalah gerbang masuk pasar modal. Kalau gerbangnya bisa dibantu lewat amplop, maka kualitas barang yang masuk ke bursa otomatis menjadi tanda tanya besar. Investor tidak butuh drama, investor butuh kepastian bahwa pintu pasar tidak bocor.

Di sinilah konflik narasi yang investor tangkap dari pernyataan Purbaya. Di satu sisi, ada dorongan keras agar pelaku gorengan saham ditangkap dan dipenjara. Secara moral, pesan ini terasa memihak keadilan investor ritel. Namun pesan itu kehilangan gigi ketika contoh paling dekat, yaitu kasus gratifikasi di jantung proses IPO, tidak ditutup dengan transparansi yang memadai. Bukan berarti semua harus diumbar tanpa proses hukum, tetapi minimal ada akuntabilitas yang bisa diukur. Status perkara, timeline, pasal yang dikenakan, dan hasil akhirnya. Tanpa itu, persepsi yang terbentuk sangat sederhana. Kalau gorengan di pasar sekunder diancam penjara, maka praktik kotor di gerbang pasar primer juga seharusnya mendapat konsekuensi yang terlihat, bukan sekadar kabar internal.

Dari sisi institusi, mudah ditebak ada tarik-menarik kepentingan. Menjaga citra pasar, menjaga kepercayaan jangka pendek, menjaga pipeline IPO, dan menjaga stabilitas. Namun di titik tertentu, upaya menutup informasi justru berbalik memukul kepercayaan itu sendiri. Investor membaca sinyal bahwa pelanggaran bisa selesai diam-diam. Ini bukan soal satu kasus, tetapi soal preseden. Begitu preseden terbentuk, kalkulasi pelaku berubah. Risiko ditangkap terasa kecil, sementara potensi untung terasa besar. Di situlah gorengan tumbuh subur, bukan karena pasar bodoh, tetapi karena sistem memberi ruang.

Kalau John Maynard Keynes masih hidup, ia mungkin akan tersenyum melihat BEI dan OJK. Dalam situasi penegakan hukum abu-abu, pasar berubah menjadi beauty contest. Harga tidak lagi merefleksikan nilai, melainkan tebakan atas perilaku orang lain. Investor yang awalnya rasional dan jangka panjang perlahan berubah menjadi pemburu momentum pendek. Bukan karena ingin, tetapi karena sistem mendorong ke sana. Kerusakannya tidak terjadi sekali, melainkan menumpuk lewat perubahan perilaku kolektif selama bertahun-tahun.

Kalau ingin benar-benar menyelaraskan keinginan Purbaya dengan praktik Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, kuncinya ada pada tiga hal yang terdengar teknis tetapi dampaknya besar. Pertama, transparansi berbasis proses, bukan transparansi berbasis gosip, sehingga publik tahu posisi dan hasil tanpa harus menebak-nebak. Kedua, konsekuensi yang simetris. Tidak hanya pegawai yang dihukum, tetapi juga pemberi, perantara, dan pihak yang diuntungkan, karena rantai ini tidak mungkin satu arah. Ketiga, konsistensi penegakan. Gorengan hidup bukan cuma karena niat pelaku, tetapi karena keyakinan bahwa peluang lolos lebih besar daripada peluang kena.

Di titik ini, pertanyaan apakah ini sekadar wacana forever dan omon-omon menjadi wajar. Bukan karena investor anti-otoritas, tetapi karena investor membaca data dan pola. Pasar modal yang ideal ala Adam Smith tidak butuh pidato keras setiap bulan. Pasar itu butuh contoh penegakan yang konsisten, terbuka, dan bisa diverifikasi. Tanpa itu, narasi keras hanya akan terdengar seperti suara klakson di jalan macet, nyaring, tapi tidak menggerakkan apa pun.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$ADRO $BBRI $BBNI

Read more...

1/2

testes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy