$ELSA vs $AKRA: Dua Binatang yang Suka Main Bensin Tapi Ternyata Beda Spesies
Request user Stockbit bukan di External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345
ELSA dan AKRA sering dibilang mirip karena sama-sama suka main bensin, sama-sama ada distribusi, dan sama-sama kelihatan sibuk di logistik. Tapi kalau investor cuma berhenti di label, itu cara tercepat buat salah baca valuasi. ELSA itu bukan pedagang komoditas, ELSA itu penyedia jasa hulu migas plus armada distribusi yang hidup dari kontrak, utilisasi, dan eksekusi kerja. AKRA bukan kontraktor migas, AKRA itu hub distribusi BBM dan kimia yang menang karena volume raksasa dan modal kerja yang diperas sampai jadi mesin kas. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau lihat di laporan keuangan, ELSA terlihat seperti perusahaan proyek yang rapi, tetapi rentan tergerus biaya saat intensitas kerja naik. Sedangkan AKRA malah terlihat seperti bisnis margin tipis, tetapi justru di situ kekuatannya, karena uangnya datang dari kecepatan putaran kas, bukan dari markup margin yang tebal. Kalau ada yang bilang keduanya saudara kembar tapi beda orang tua, maka itu biasanya karena investor hanya melihat jalurnya sama-sama energi yang suka main bensin, padahal cara cetak uang keduanya itu jelas-jelas beda jalur hidup. Jadi pertanyaan yang lebih tepat itu bukanlah apakah keduanya mirip atau tidak, tapi harusnya tanya, investor mau pegang bisnis yang menang lewat kontrak dan eksekusi, atau mau pilih bisnis yang menang lewat throughput dan cash cycle?
Secara usia, ELSA jauh lebih tua sebagai perusahaan di dunia, tapi AKRA justru lebih senior sebagai emiten di bursa. ELSA pertama kali berdiri pada tanggal 25 Januari 1969 tapi baru IPO di tanggal 6 Februari 2008, jarak antara ELSA berdiri ke IPO sekitar 39 tahun 12 hari, jadi ini ELSA lama sekali ditempa di luar bursa sebelum akhirnya dipaksa masuk bursa buat cari modal. Sedangkan AKRA itu berdiri 28 November 1977 dan baru IPO di September 1994, jaraknya antara berdiri lalu IPO sekitar 16 tahun 10 bulan, jadi AKRA jauh lebih cepat jadi perusahaan publik ketimbang ELSA. Per 25 Desember 2025, umur ELSA sudah sekitar 56 tahun 11 bulan, udah tua bangka, dua tahun lagi sudah pensiun seandainya ELSA adalah karyawan. Sedangkan AKRA sudah berusia sekitar 48 tahun 1 bulan, udah tua juga sih, tapi ini fase-fase puncak karir kalau jadi budak korporat, mungkin posisinya udah jadi supervisor atau General Manager atau malah CEO kalau seandainya lidahnya lincah dan kuat. Tetapi umur saham keduanya di bursa malah kebalik, AKRA sudah jadi emiten sekitar 31 tahun lebih, sedangkan ELSA sekitar 17 tahun 10 bulan. Kalau aspek yang dicari adalah rekam jejak sebagai emiten, AKRA unggul. Kalau aspek yang dicari adalah kematangan organisasi sebagai perusahaan, ELSA unggul. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari skala bisnis, di sini jarak antara keduanya sangat jauh berbeda. AKRA pada LK Q3 2025 atau 9M 2025 berhasil mencetak revenue Rp32,39 triliun dengan growth +13,2%, dan mesin utama bisnisnya adalah trading serta distribusi BBM dan kimia Rp29,63 triliun atau 91,5% dari total revenue perusahaan. Sedangkan ELSA pada 9M 2025 justru didominasi oleh bisnis Distribusi dan Logistik Energi sebesar Rp6,34 triliun yang setara dengan 60,5% dari total revenue, lalu bisnis ELSA di Jasa Hulu Migas Terintegrasi mencetak Rp3,22 triliun setara 30,7%, dari total revenue serta bisnis Jasa Penunjang Migas Rp1,29 triliun yang setara dengan 12,4%. dari total revenue Kalau angka porsi itu dibalik jadi total, revenue ELSA kira-kira di kisaran Rp10,4 triliun sampai Rp10,5 triliun, perbedaan kecil kemungkinan karena pembulatan porsi. Artinya, omzet AKRA kira-kira 3,1x jauh lebih besar dari revenue ELSA pada periode yang sama. Pemenang skala omzet jelas AKRA.
Di margin kotor, ELSA sedikit lebih unggul. ELSA mencatat laba bruto Rp1,07 triliun dengan gross profit margin sekitar 10,3%. AKRA laba bruto Rp2,76 triliun dengan gross profit margin sekitar 8,5%. Ini masuk akal karena model ELSA lebih banyak jasa dan pekerjaan terintegrasi, sedangkan AKRA dominan perdagangan volume besar yang margin tipis. Jadi kalau aspek yang dinilai adalah tebalnya margin kotor, ELSA unggul. Tetapi jangan salah tafsir, margin kecil tidak otomatis jelek kalau cash cycle-nya menang, dan di sini AKRA justru memamerkan kelasnya. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Modal kerja adalah titik paling menentukan yang bikin dua bisnis ini terasa beda dunia. AKRA punya DSO atau waktu tagih piutang sekitar 72 hari, DI atau waktu putar stok opname sekitar 19 hari, DPO atau waktu bayar vendor sekitar 102 hari, sehingga CCC -11 hari. Siklus negatif artinya kas dari pelanggan bisa terkumpul lebih dulu sebelum kewajiban ke pemasok jatuh tempo, ini membuat likuiditasnya seperti punya mesin turbo. ELSA punya DSO 82 hari, DI 15 hari, DPO 33 hari, CCC 64 hari, butuh sekitar dua bulan untuk muter modal kerja jadi kas lagi. Jadi untuk efisiensi cash conversion, AKRA unggul telak, dan ini biasanya lebih penting daripada debat margin 1% sampai 2% karena ini menyangkut napas kas harian.
Di kualitas kas dan kekuatan pendanaan internal, AKRA juga lebih dominan, walaupun ELSA tetap tergolong sehat. ELSA mencatat CFO Rp590,6 miliar lebih besar dari laba bersih Rp526,5 miliar, ini bagus karena laba ditopang kas. AKRA mencatat CFO Rp3,39 triliun jauh lebih besar dari laba bersih Rp1,84 triliun, kualitas kasnya lebih tebal. Dari sisi belanja modal, ELSA CAPEX Rp308 miliar dan masih tertutup oleh CFO, sehingga FCF kira-kira Rp283,4 miliar. AKRA total CAPEX yang disebut gabungan aset tetap dan akuisisi tanah sekitar Rp1,48 triliun dan masih tertutup oleh CFO, sehingga FCF kira-kira Rp1,91 triliun. Kalau aspek yang dicari adalah daya tembak ekspansi dari kas operasi, AKRA juga unggul. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tetapi ELSA punya satu poin yang terlihat sangat disiplin dan sering disukai investor defensif, yaitu struktur utangnya yang ringan. Pinjaman bank ELSA hanya sekitar 1,7% dari total aset perusahaan dan ELSA berhasil melunasi penuh Sukuk Ijarah Rp700 miliar pada Agustus 2025 dengan hanya menggunakan dana internal. Sedangkan AKRA di sisi lain memang kuat, tetapi lebih aktif memakai pembiayaan bank untuk ekspansi, ada penarikan pinjaman bank jangka panjang baru Rp926,24 miliar, walaupun pada saat yang sama mampu membayar pokok pinjaman Rp1,1 triliun dan total utang bank turun dari Rp4,78 triliun menjadi Rp4,60 triliun. Jadi untuk aspek konservatifnya leverage, ELSA unggul. Untuk aspek kemampuan mengelola utang sambil tetap ekspansi dan tetap menghasilkan kas besar, AKRA masih tetap unggul.
Kalau bicara stabilitas permintaan, ELSA punya kontrak strategis yang memberi visibilitas pekerjaan, pengelolaan data migas sampai 20 Juli 2028, jasa seismik, pemboran, dan pemeliharaan lapangan sampai April 2030, serta pengelolaan truk tangki sampai Oktober 2026. Ini membuat ELSA terasa seperti bisnis jasa dengan order yang lebih terbaca. Tetapi ELSA juga menanggung risiko konsentrasi yang nyata, 78,1% pendapatan dari Grup Pertamina dan Pertamina Patra Niaga menyumbang 39,8%, sementara piutang pihak berelasi mencapai Rp2,92 triliun atau 27,4% dari total aset. AKRA tidak ditampilkan angka konsentrasi pelanggan di data ini, tetapi risiko utamanya disebut lebih ke komoditas karena BBM kontribusinya besar dan risiko kurs USD. Jadi untuk aspek visibilitas kontrak, ELSA unggul. Untuk aspek ketergantungan pada satu grup pelanggan, AKRA cenderung lebih nyaman dari data yang ada, sedangkan ELSA lebih terkonsentrasi. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari skala omzet dan kekuatan kas operasional, AKRA unggul. Dari sisi margin kotor dan kehati-hatian leverage, ELSA unggul. Dari perspektif efisiensi modal kerja yang benar-benar jadi mesin uang, AKRA unggul sangat jauh lewat CCC -11 hari dibanding ELSA yang mencapai 64 hari. Kalau dari visibilitas proyek lewat kontrak panjang, ELSA unggul. Growth alignment pada periode ini juga lebih rapi di AKRA karena revenue +13,2%, laba bersih +18,8%, CFO +286% bergerak searah, sedangkan ELSA revenue +8,6% tetapi laba bersih -4,5% dan CFO turun -48,8% yang mengindikasikan tekanan biaya atau margin.
Jadi ELSA dan AKRA itu mirip hanya pada label energi dan logistik, tetapi kalau investor mencari mesin uang yang stabil dari cash cycle dan skala distribusi, AKRA lebih dekat ke definisi itu. Kalau investor mencari bisnis jasa energi yang lebih konservatif dari sisi utang dan punya kontrak panjang yang memberi visibilitas kerja, ELSA lebih masuk, dengan catatan investor wajib ekstra peka pada mismatch pertumbuhan laba dan turunnya CFO di 9M 2025.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/2

