$ACES Hingga Desember 2025, saham PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES)—yang sebelumnya bernama PT Ace Hardware Indonesia Tbk—memang tercatat sebagai salah satu saham big cap ritel dengan performa terburuk, merosot sekitar 47% secara Year-to-Date (YTD).
Penurunan drastis ini bukan disebabkan oleh satu kejadian tunggal, melainkan kombinasi dari risiko strategi perusahaan dan kondisi ekonomi makro:
1. Risiko Rebranding (Dari ACE ke AZKO)
Pada awal tahun 2025, perusahaan resmi mengakhiri lisensi dengan Ace Hardware International setelah puluhan tahun dan mengubah mereknya menjadi AZKO.
Kehilangan Brand Equity: Investor khawatir hilangnya nama besar "Ace Hardware" akan menurunkan kepercayaan dan loyalitas konsumen secara signifikan.
Beban Pemasaran: Perusahaan harus mengeluarkan biaya promosi dan rebranding yang sangat besar untuk memperkenalkan identitas baru, yang langsung menggerus laba operasional di paruh pertama 2025.
2. Penurunan Laba Bersih yang Signifikan
Secara fundamental, kinerja keuangan ACES di tahun 2025 menunjukkan perlambatan yang mengkhawatirkan:
Laba Q1 & Q2: Laba bersih pada Kuartal I-2025 dilaporkan anjlok sekitar 31% secara tahunan (YoY). Meskipun pendapatan masih tumbuh tipis, kenaikan beban operasional akibat rebranding menekan laba bersih (bottom line).
Beban Operasional: Hingga September 2025, beban usaha meningkat menjadi Rp2,59 triliun (naik dari Rp2,36 triliun), sementara pertumbuhan penjualan hanya berada di angka rendah single digit.
3. Pelemahan Daya Beli Kelas Menengah
Sektor ritel dekorasi rumah tangga sangat sensitif terhadap daya beli masyarakat.
Di tahun 2025, inflasi dan kondisi ekonomi yang belum stabil menyebabkan konsumen menunda belanja produk discretionary (kebutuhan non-pokok) seperti perkakas mahal atau dekorasi rumah.
Pertumbuhan penjualan di gerai yang sama (Same Store Sales Growth/SSSG) di wilayah Jakarta dan luar Jawa tercatat negatif pada beberapa periode di 2025.
4. Ancaman Kompetisi Baru
Sentimen negatif semakin diperkuat dengan kabar kembalinya merek Ace Hardware Amerika ke Indonesia melalui kerja sama dengan grup ritel besar lain (seperti PT Mitra Adiperkasa Tbk/MAPI).
Ancaman ini membuat investor khawatir akan terjadi perang harga dan perebutan pangsa pasar yang sebelumnya didominasi oleh ACES.