Pada tahun 1987, fisikawan Denmark Per Bak bersama Chao Tang dan Kurt Wiesenfeld melakukan percobaan gundukan pasir (sandpile experiment). Ini adalah sebuah eksperimen pemikiran dan model komputasi seluler sederhana yang mendemonstrasikan konsep self-organized criticality (kritikalitas terorganisir mandiri). Tujuan utama dari eksperimen ini adalah untuk menjelaskan bagaimana sistem yang kompleks dapat secara alami berevolusi ke kondisi kritis di mana peristiwa kecil dapat memicu konsekuensi yang sangat besar (seperti longsoran salju atau gempa bumi).
Eksperimen ini dapat dijelaskan dengan cara berikut:
*Penambahan Pasir: Butiran pasir dijatuhkan secara perlahan dan stabil ke atas piringan datar, membentuk gundukan pasir.
*Pembentukan Lereng Kritis: Gundukan pasir terus tumbuh hingga mencapai kemiringan kritis tertentu.
*Longsoran (Avalanches): Setelah kemiringan kritis tercapai, penambahan satu butir pasir lagi dapat menyebabkan butiran tersebut menggelinding ke bawah, atau bahkan memicu longsoran (avalanche) pasir yang lebih besar. Pasir akan tumpah dari tepi piringan.
*Keseimbangan Dinamis: Sistem ini mencapai kondisi keseimbangan di mana kemiringan gundukan dipertahankan secara kasar pada nilai kritisnya, meskipun pasir terus ditambahkan dan tumpah.
Hasil kunci dari percobaan Bak bukanlah longsoran itu sendiri, melainkan distribusi ukurannya. Tidak seperti sistem yang diatur secara manual, di mana peristiwa besar jarang terjadi dan peristiwa kecil sering terjadi secara teratur, dalam model Bak:
*Longsoran kecil sering terjadi, tetapi longsoran yang sangat besar juga mungkin terjadi kapan saja secara tidak terduga.
*Tidak ada "ukuran longsoran yang khas"; ukuran peristiwa mengikuti distribusi hukum pangkat (power-law distribution).
*Sistem ini mencapai keadaan kritisnya sendiri tanpa perlu penyesuaian eksternal yang cermat, itulah sebabnya disebut "terorganisir mandiri" (self-organized).
Konsep ini kemudian diperluas oleh Per Bak untuk menjelaskan fenomena kompleks lainnya di alam, seperti gempa bumi, kebakaran hutan, pasar keuangan, kemacetan lalu lintas, dan bahkan aktivitas otak.
Apa kaitannya dengan pasar saham? Silahkan baca di gambar.
Intinya adalah volatilitas pasar dan penurunan yang signifikan tidak akan dapat dihindari dan tidak dapat diprediksi. Ini berarti seseorang seharusnya tidak mencoba untuk "timing the market”. Sebaliknya, fokusnya harus pada pembangunan portofolio yang tangguh dan risk management yang baik.
By accepting that large, unpredictable market events are an intrinsic part of the system, investors can shift their focus from PREDICTION to PREPARATION, building a resilient portfolio designed to withstand a wide range of market conditions.
$TOTL $CASS $IPCC
1/2

