Melepas Saham Dividend Karena Labanya Anjlok?
Hari ini ada User Stockbit yang bilang kalau dia suka saham dividen namun kalau kinerja keuangannya terus merosot, nggak tahan juga, sehingga terpaksa dilepas. Dilema seperti ini sering kita temukan dan bisa saja terjadi pada kita sendiri. Karena di pasar saham, kalimat manis seperti hold long term sering kalah sama satu hal yang lebih nyata, yaitu rasa sakit lihat porto merah berhari-hari sedangkan saham tetangga Hapsoro dan Prajogo terbang to the moon. Padahal lucunya, banyak investor masuk ke saham dividen dengan logika pendapatan rutin, tapi pas harga anjlok, yang muncul bukan semangat serok selot-selot, malah pusing dan panik. Ini kebalik. Kalau memang targetnya dividen, harga turun itu bukan kiamat, itu diskon untuk naikin yield on cost. Masalahnya, investor sering mengaku cari dividen, tapi otaknya tetap otak capital gain yang butuh harga naik cepat. Jadi begitu harga turun, identitas investasinya langsung goyah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Contohnya ADRO, BMRI, $BBRI. Tiga ini dikenal konsisten bagi dividen. Tapi tetap saja, ketika harganya anjlok, banyak investor ikut pusing. Padahal secara konsep, kalau dividend yield sudah lebih tinggi dari bunga deposito, harusnya posisi mental investor lebih tenang, karena tiap tahun ada aliran kas yang masuk. Nyatanya tidak sesederhana itu, karena harga saham tidak bergerak hanya karena fundamental bagus dan asing beli. Seringkali tetap butuh katalis, butuh sentimen, dan ya, butuh bandar tukang goreng untuk bikin demand tiba-tiba meledak. Jadi benar, fundamental bagus plus akumulasi asing bukan jaminan saham langsung terbang. Itu hanya meningkatkan probabilitas saham tidak hancur, bukan mempercepat jadwal cuan.
Di sinilah pentingnya membedakan dividen yield besar yang sehat vs dividen yield besar yang palsu. Yield besar bisa bagus kalau ditopang laba yang stabil, arus kas operasional kuat, dan neraca aman. Yield besar bisa jadi jebakan kalau muncul karena harga keburu jatuh duluan sementara laba sebentar lagi ikut jatuh, sehingga dividen berikutnya pasti dipotong. Investor sering salah baca yield. Yang dilihat angka 10%, padahal itu yield historis. Begitu laba anjlok, payout tidak sanggup dipertahankan, dividen turun, yield forward mendadak tinggal 5%. Kalau ini yang terjadi, wajar harga saham anjlok, karena pasar sedang menyesuaikan yield dan ekspektasi earning ke level baru. Jadi bukan semata-mata market jahat, tapi karena cash yang dibagi memang tidak akan sebesar yang dibayangkan.
Urutan prioritasnya begini. Fundamental itu pondasi, kalau laba dan cashflow rusak terus, dividen pada akhirnya ikut rusak. Valuasi itu harga yang investor bayar untuk pondasi itu. Foreign flow itu timing dan suhu pasar, bisa bantu mengangkat harga, tapi bisa juga tipu-tipu jangka pendek. Dividen itu hasil, bukan sebab. Jadi kalau disuruh milih mana paling penting, pondasinya dulu, yaitu fundamental dan kemampuan cashflow. Setelah itu valuasi, karena bisnis bagus pun kalau dibeli kemahalan tetap bikin nyangkut. Baru setelah itu flow asing, karena itu lebih cocok dibaca sebagai indikator minat dan timing, bukan validasi kebenaran. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kenapa banyak orang suka konsep PBV (price to book value) < 1? Karena PBV < 1 artinya investor membeli aset bersih perusahaan lebih murah dari nilai bukunya, dan kalau aset itu benar-benar berkualitas, ada potensi re-rating atau bahkan potensi keuntungan akuntansi saat transaksi akuisisi terjadi. Ini yang sering diburu pemain besar. LKH suka beli PBV < 1 karena ada margin of safety yang jelas. TPIA beli aset kilang Shell di Singapura di valuasi yang secara konsep di bawah nilai wajarnya, lalu di laporan keuangan bisa muncul laba akuisisi saat nilai wajar aset bersih lebih tinggi dari harga yang dibayar. $EMTK yang mengakuisisi $BUKA di valuasi rendah juga memberi ruang pencatatan keuntungan saat harga transaksi lebih murah dari nilai aset bersih teridentifikasi. NISP waktu beli Commonwealth Bank di Indonesia pada valuasi menarik juga serupa idenya. Intinya sama, beli sesuatu di bawah nilai wajarnya, lalu selisihnya bisa jadi upside, entah lewat rerating pasar atau lewat mekanisme akuntansi akuisisi. Tapi tetap, ini potensi, bukan garansi. Kalau asetnya busuk, PBV < 1 itu bukan diskon, itu tanda bahaya.
Sekarang masuk ke pertanyaan yang lebih tajam. Kalau revenue dan laba anjlok tapi dividend yield masih besar, itu bagus atau jelek? Jawabannya tergantung penyebab anjloknya. Kalau anjloknya sementara, misalnya siklus komoditas, one-off expense, atau normalisasi margin tapi cashflow masih kuat, yield besar bisa jadi peluang. Tapi kalau anjloknya struktural, misalnya bisnis inti kalah saing, margin terus tergerus, piutang macet naik, cashflow operasional melemah, maka yield besar itu biasanya tinggal sisa-sisa masa lalu. Dalam skenario yield 10% turun jadi 5% karena laba anjlok, pasar memang wajar menurunkan harga, karena yield forward yang realistis sudah berubah. Di titik itu, investor harus sadar, apakah penurunan laba ini sudah priced in atau belum. Cara bacanya sederhana. Kalau harga sudah turun dalam-dalam sampai valuasi jadi murah, tapi kualitas fundamental ternyata masih bertahan, itu bisa berarti market sudah priced in ketakutan. Tapi kalau harga turun sedikit, sementara laba turun besar dan tren masih turun, kemungkinan belum priced in.
Ujungnya, investor yang suka saham dividen tapi tidak tahan lihat kinerja merosot sebenarnya menyadari kelemahan dividend investing. Dividend investing itu bukan sekadar berburu yield besar, tapi menuntut kesabaran menghadapi dua hal sekaligus, harga bisa turun lama, dan dividen bisa dipotong kalau fundamental memburuk. Jadi yang paling realistis, investor pilih gaya yang sesuai karakter. Kalau memang tidak tahan kinerja merosot, berarti fokusnya bukan dividen semata, tapi kombinasi dividen dan kualitas growth. Itu sah. Yang bahaya itu mengaku investor dividen, tapi mentalnya trader, jadi pusing setiap kali harga bergerak berlawanan arah.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/8







