imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Ketika Negara Lebih Butuh Dollar Ketimbang Butuh Rupiah

Pemerintah saat ini sedang butuh banget dollar. Akibatnya rupiah makin lemah. Itu para oknum pejabat, koruptor, dan anak-anaknya lebih pilih beli dollar ketimbang rupiah. Akibatnya sekarang pemerintah memaksa Dana Hasil Ekspor (DHE) wajib parkir di bank BUMN. Secara teori ini bagus untuk stabilitas dan bank Himbara. Tapi secara moral, ini adalah bukti bahwa rupiah itu dianggap sampah di dalam negeri. Kalau memang rakyat Indonesia benar-benar cinta rupiah maka aturan yang memaksa dana hasil ekspor tidak perlu ada. Perusahaan ekspor seperti ADRO, ITMG, dan kawan-kawan harus putar otak untuk mengamankan cashflow apalagi aturan terbaru DHE ini lebih ketat dibandingkan aturan lama. Aturan lama dianggap kurang ketat karena buktinya rupiah tetap aja nyungsep. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Yang paling penting dipahami adalah kebutuhan dollar yang dimaksud pemerintah itu bukan sekadar kebutuhan simbolik, tapi kebutuhan dolar yang benar-benar hadir di dalam negeri, mengendap di sistem perbankan domestik, dan siap dipakai ketika pasar valas lagi tegang. Tekanan rupiah itu sering bukan karena Indonesia tiba-tiba miskin ekspor, tapi karena likuiditas USD onshore terasa tipis di momen-momen tertentu. Begitu pelaku pasar merasa USD di dalam negeri kurang tebal, refleksnya cepat. Importir buru-buru amankan USD, perusahaan yang punya utang valas tambah lindung nilai, bank memperketat manajemen risiko, dan masyarakat berduit makin pede menyimpan USD. Satu gerakan kecil bisa jadi gelombang karena semua orang melakukan hal yang sama.

Karena itu pemerintah menarget sumber USD yang paling besar dan paling rutin, yaitu devisa hasil ekspor sumber daya alam. Di rezim lama, kewajiban penempatan DHE SDA sifatnya lebih longgar, porsi yang wajib ditahan lebih kecil dan jangka waktunya lebih pendek, sehingga eksportir masih punya fleksibilitas besar untuk memindahkan dana mengikuti kebutuhan grup dan strategi treasury. Hasilnya, kepatuhan bisa ada, tapi efek penebalan USD onshore tidak selalu terasa. Pemerintah lalu mengetatkan lewat PP Nomor 8 Tahun 2025 yang berlaku 1 Maret 2025, dengan kewajiban penempatan 100% DHE SDA non-migas selama 12 bulan pada rekening khusus di sistem keuangan Indonesia. Ini sudah level pengetatan yang serius, karena tujuannya jelas, menahan USD agar tidak cepat menguap.

Belum cukup, wacana pengetatan berikutnya membuat nada kebijakan makin tegas. Reuters melaporkan mulai 1 Januari 2026, pemerintah akan mewajibkan DHE SDA diparkir di bank milik negara minimal 1 tahun dan konversi ke rupiah dibatasi maksimal 50%. Ini bukan sekadar urusan bank mana yang kebagian dana. Ini adalah strategi pemusatan kontrol. Ketika lokasi parkir dipersempit dan ruang konversi dipagari, pemerintah berharap USD benar-benar tetap berbentuk USD dan tetap berada di Indonesia, sehingga suplai valas domestik lebih tebal dan stabilitas rupiah lebih mudah dijaga.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Secara teori, kebijakan ini memang terlihat manis untuk stabilitas dan bank Himbara. Bank BUMN dapat limpahan likuiditas valas, pasar valas domestik lebih dalam, volatilitas rupiah bisa lebih jinak, dan Bank Indonesia punya ruang bernapas lebih lega. Tapi rasa getirnya muncul di sisi moral, publik menangkap kesan bahwa negara sendiri tidak percaya uang besar akan tinggal dengan sukarela. Kalau rupiah benar-benar dipercaya sebagai tempat menyimpan nilai, pemerintah tidak perlu mengunci USD hasil ekspor selama 12 bulan, lalu menaikkan lagi dengan aturan parkir di bank BUMN dan pembatasan konversi 50%. Kebijakan ini terdengar seperti pengakuan diam-diam bahwa dalam kondisi nyata, banyak pemegang uang besar lebih nyaman memegang USD, sehingga negara harus memaksa suplai USD tetap berada di rumah.

Dan di sinilah emiten eksportir seperti $ADRO dan $ITMG mulai terasa dampaknya, bukan pada laba, tapi pada manajemen kas. Pemasukan mereka besar dalam USD karena ekspor coal. Namun banyak biaya operasional mereka di Indonesia berbasis rupiah, gaji, pajak, vendor lokal, logistik, sewa alat, dan lain-lain. Ketika USD harus mengendap lebih lama, sementara ruang konversi ke rupiah makin dibatasi, perusahaan harus menyusun ulang ritme cashflow. Mereka perlu menyiapkan buffer rupiah lebih awal, menjadwalkan pembayaran lebih disiplin, atau memakai fasilitas pinjaman rupiah sebagai jembatan ketika kebutuhan rupiah besar tetapi USD tidak bisa dilepas sebebas dulu. Di situ biaya bunga dan biaya treasury bisa naik, dan kerja lindung nilai menjadi lebih penting.

Pertanyaan soal dividen juga sering muncul. Intinya bukan emiten tiba-tiba dilarang bagi dividen, melainkan caranya menjadi lebih menantang, karena dividen di BEI biasanya dibayar dalam rupiah. Kalau sumber kas utama dari ekspor valas, biasanya perusahaan tinggal konversi sesuai kebutuhan. Dengan aturan makin ketat, perusahaan harus lebih taktis, memakai saldo rupiah yang sudah terkumpul, memanfaatkan ruang konversi yang ada, atau menyambung dengan pinjaman rupiah jangka pendek. Jadi dividen tidak otomatis hilang, tapi bisa lebih bergantung pada timing, buffer rupiah, dan keputusan treasury.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Aturan lama DHE kurang ketat karena rupiah tetap nyungsep, itu memang menggambarkan persepsi publik. Negara merasa perlu pengetatan karena efek aturan lama belum cukup terasa untuk menebalkan USD onshore. Perusahaan eksportir dipaksa menyesuaikan strategi kasnya. Bank Himbara diuntungkan. Rupiah diharapkan lebih stabil. Tapi di sisi lain, masyarakat menangkap pesan yang pahit, ketika negara harus mengunci dolar dengan regulasi, itu berarti kepercayaan alami untuk membuat uang besar tinggal di dalam negeri belum cukup kuat, sehingga cinta rupiah lebih sering terdengar sebagai slogan, sementara kebijakan justru membuktikan bahwa USD tetap dianggap pegangan utama ketika suasana memburuk.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BMRI

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy