imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Lo Kheng Hong: Kesabaran yang Mengalahkan Waktu

1) Prolog — Sunyi di Balik Angka

Pagi itu biasa saja. Tidak ada mobil mewah, tidak ada jam mahal, tidak ada sorotan. Seorang pria duduk tenang membaca laporan keuangan, di ruangan yang nyaris tak berubah sejak puluhan tahun lalu. Di luar, pasar saham ribut—harga naik, turun, panik, euforia. Sedangkan di dalam, ia merasa tenang.

Pria itu bernama Lo Kheng Hong. Nama yang identik dengan kekayaan besar, tapi hidupnya justru sederhana. Dari ruang sunyi itulah, keputusan-keputusan bernilai ratusan miliar lahir. Kisah ini bukan tentang uang. Ini tentang kesabaran.

2) Akar Kehidupan — Nilai yang Tumbuh Perlahan

Lo Kheng Hong lahir di Jakarta, 20 Februari 1959, dari keluarga sederhana. Ayahnya pedagang kecil. Hidup mereka tidak berlebihan, tapi cukup untuk mengajarkan satu hal penting: uang harus diperlakukan dengan hormat.

Sejak kecil, ia tahu uang tidak datang mudah. Setiap rupiah ada usahanya. Nilai ini tertanam kuat dan kelak membentuk caranya melihat investasi.

Ia bukan tipe orang yang suka tampil. Lebih senang membaca dan mengamati. Pendidikannya ditempuh di STIE Indonesia (IBII). Tidak ada cerita luar biasa soal prestasi, tapi di sanalah ia belajar satu pelajaran penting: angka itu jujur, manusia sering kali tidak.

3) Mengenal Pasar Modal — Dunia yang Berisik

Masuk ke dunia sekuritas, Lo melihat wajah asli pasar modal. Ambisi besar, janji cepat kaya, dan emosi yang sering mengalahkan logika.

Banyak orang datang dengan mimpi, lalu pulang dengan luka. Harga saham jadi candu, rumor dipercaya lebih dari laporan keuangan.

Lo memilih jalan berbeda. Ia fokus pada bisnis di balik saham. Baginya, saham bukan sekadar grafik, tapi kepemilikan perusahaan nyata—dengan laba, utang, dan arus kas.

Ia membaca buku-buku Benjamin Graham dan Warren Buffett. Dari sana ia menemukan prinsip yang terus ia pegang: harga itu sementara, nilai itu esensial.

4) Tahun-Tahun Sunyi — Menunggu Tanpa Sorak

Kesabaran sering kali terlihat seperti kesepian.

Bertahun-tahun Lo membeli saham yang tidak populer. Saat orang lain mengejar saham ramai, ia sibuk menghitung PBV, ekuitas, dan laba ditahan.

Tidak semua langsung berhasil. Ada saham yang diam bertahun-tahun. Ada rasa ragu—bukan karena harga turun, tapi karena semua orang bilang ia salah.
Namun ia bertahan. Karena baginya, nilai tidak pernah terburu-buru.

5) Melawan Arus — Membeli Saat Orang Takut

Saat krisis datang, kebanyakan orang menjual. Lo justru membeli.

Ia membeli ketika berita buruk memenuhi halaman depan. Ketika orang berkata, “Ini sudah habis.” Dari keputusan seperti inilah lahir kisah legendaris—UNVR, PTBA, BBCA, dan lainnya—dibeli saat harganya jauh di bawah nilainya.

Bukan nekat. Tapi rasional.
Ia melawan emosi pasar dengan data.

6) Buah Kesabaran — Datang Pelan, Bertahan Lama

Kekayaannya tidak datang cepat. Ia tumbuh seperti pohon besar—pelan, dalam, dan kuat.

Puluhan tahun berlalu. Saham-saham yang dulu diremehkan berubah jadi raksasa. Capital gain ratusan hingga ribuan persen pun tercapai. Media mulai meliput. Julukan Warren Buffett Indonesia melekat.

Namun hidupnya tetap sama. Sunyi. Sederhana.

7) Hidup yang Tidak Berubah

Inilah yang paling mengejutkan banyak orang, kekayaan tidak mengubah caranya hidup.

Tidak ada gaya hidup berlebihan. Tidak ada pamer. Baginya, uang adalah alat, bukan tujuan. Ia pernah bilang, "Saya kaya karena hidup sederhana, bukan sebaliknya."

Kontrasnya jelas—hasil luar biasa, hidup sederhana.

8) Warisan Pemikiran — Lebih dari Saham

Hari ini, Lo Kheng Hong bukan sekadar investor. Ia simbol bahwa di dunia serba cepat, kesabaran masih menang. Bahwa di tengah spekulasi, logika tetap relevan.

Pesannya sederhana tapi berat dijalani,
"Jangan kejar harga. Kejar nilai. Jangan takut sepi. Takutlah pada keputusan tanpa dasar."

9) Penutup — Ini Soal Hidup

Kisah Lo Kheng Hong bukan tentang grafik naik. Ini tentang berpikir jernih saat orang panik. Tentang diam saat orang berisik. Tentang sederhana saat dunia pamer.

Saat laporan keuangan ditutup dan ruangan kembali sunyi, satu hal terasa jelas:
kesabaran adalah kecerdasan yang jarang dimiliki.

Dan Lo Kheng Hong membuktikan, jika dijalani seumur hidup, kesabaran bisa mengalahkan waktu.

Kalau kamu suka tulisan yang tenang, rasional, dan nggak kejar sensasi,
follow aja.

Ke depan aku bakal nulis kisah tokoh-tokoh lain—tentang value, kesabaran, dan keputusan yang kelihatannya sepi, tapi hasilnya panjang.

$BBCA $BMRI $BBNI

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy