$ADRO ADRO ini sangat menarik. Namun, pertumbuhan ekonomi kita yang masih “stuck” di area 5% + depresiasi rupiah thd dollar sekitar 4% YtD, membuat Indonesia kurang atraktif dibanding negara tetangga.
Kenapa Saham Fundamental Banyak yang Turun?
Mayoritas saham berfundamental kuat justru memiliki porsi kepemilikan asing yg besar, sehingga ketika foreign menjual, tekanannya akan sgt masif. Investor ritel jelas tidak sanggup menampung barang sebanyak itu.
Contohnya ADRO:
Foreign outflow hampir 5T YTD
Kepemilikan asing turun dari 20% ke 11% dalam setahun
Penurunan 9% porsi asing berkontribusi pada −27% pelemahan harga saham
Dengan tren tersebut, kita bisa memperkirakan bahwa jika porsi asing mendekati 2%, harga bawah (bottom) saham bisa berada di area 1.100.
Thesis Pribadi untuk ADRO
Saat ini tekanan jual asing mulai terbatas, apalagi dengan menteri yang sangat pro-growth. ADRO yang belakangan ini hanya mengandalkan batubara metalurgi pun masih mampu bertahan di area 1.600–1.700.
Ke depan, downside bisa semakin terbatas berkat ekspansi jangka panjang yang sudah jelas roadmap-nya:
Smelter aluminium (2026)
Solar PV + BESS di Kepri (2028)
Wind power plant
Smelter aluminium 1.5 juta ton (2029)
Hydropower (2030)
Pasar modal selalu bergerak lebih cepat daripada realisasi proyek. Jika puncak ekspansi ADRO diproyeksikan tahun 2030, maka masuknya kembali inflow bisa dimulai lebih cepat, mungkin bahkan mulai tahun depan.
Dan perlu diingat, ke depan indeks-indeks global akan terus meningkatkan porsi pada sektor green energy. Perubahan metodologi ini dapat menjadi katalis positif bagi ADRO. Jadi jelas tujuan utama spin-off AADI yaitu memisahkan aset batubara thermal agar ADRO lebih fokus pada investasi jangka panjang di sektor transisi energi.
$AADI $ADMR
Disclaimer:
Ini bukan ajakan membeli atau menjual saham.