imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

SEKARANG BUKAN EKONOMI TAPI E-CONOMY :

Ekonomi Terasa Sulit Tapi Transaksi Digital Malah Melejit dan Cerita Anomali E-Conomy Indonesia

“Banyak dari teman-teman saya mengeluh, keadaan atau kondisi ekonomi sekarang sedang sulit, daya beli turun pada titik terendah katanya…
Pada kenyataannya aktivitas jual-beli di online e-commerce, online travel agen, online logistik, dan transaksi digital meningkat…
Bisa jadi yang teman saya lihat itu toko-toko pada sepi, pasar-pasar pada sepi padahal karyawannya sedang mengemas paket dari hasil penjualan online ini yang dikatakan e-conomy bukan ekonomi.”

Kalimat itu mencerminkan anomali yang kini terjadi di Indonesia: persepsi LESUNYA EKONOMI bertolak belakang dengan kenyataan pertumbuhan AKTIVITAS EKONOMI DIGITAL.


1. E-Commerce:
Transaksi Digital Meroket Bahkan Saat Konsumsi Offline Terasa Lesu… Transaksi e-commerce menunjukkan tren yang kuat meski banyak orang melihat toko fisik lebih sepi.

2023: Transaksi e-commerce Indonesia terus tumbuh signifikan, data awal menunjukkan pasar besar yang terus berkembang (angka pastinya tersedia dalam laporan statistik BPS). 

2024: Nilai transaksi e-commerce mencapai sekitar Rp1.288,93 triliun, tumbuh sekitar 17 % dibanding tahun sebelumnya. 

2025: Indonesia diperkirakan menjadi pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara dengan nilai ekonomi digital (GMV) mencapai hampir US$99 miliar (± Rp1.670 triliun), di mana e-commerce menyumbang sekitar 72 % dari total digital economy. 

Tren ini menunjukkan bahwa konsumsi tidak hilang tapi hanya berpindah ke kanal digital.

2. Video Commerce:
Mesin Baru Pertumbuhan E-Commerce
Selain e-commerce tradisional (marketplace), video commerce menjadi pendorong utama pertumbuhan digital:

Pada 2025, transaction volume video commerce meningkat sekitar 90 % (YoY) dengan total mencapai sekitar 2,6 miliar transaksi.. lonjakan yang mencerminkan bagaimana pengguna tidak sekadar menonton video, tetapi langsung membeli melalui konten video interaktif. 
Jumlah penjual yang memanfaatkan video commerce juga naik hingga sekitar 75 %, menunjukkan bahwa cara jualan online kini lebih dinamis dan berbasis konten langsung. 

Video commerce kini menjadi motor utama pertumbuhan e-commerce modern di Indonesia.

3. Online Travel Agent (OTA):
Kebangkitan Pembelian Layanan & Pengalaman Sektor pariwisata digital juga menunjukkan tren positif:

Survei terbaru menunjukkan hampir semua orang di Indonesia yang bepergian menggunakan layanan OTA pada 2025, termasuk pemesanan hotel, tiket pesawat, tiket kereta, dan aktivitas wisata lainnya. 
Industri OTA diproyeksikan terus tumbuh pesat, dengan nilai gross transaction value (GTV) online travel di Indonesia diperkirakan terus meningkat menuju 2027. 

Ini menggambarkan bahwa kesenangan dan kebutuhan perjalanan tidak berhenti, tingginya aktivitas OTA menunjukkan pola konsumsi jasa berulang yang masih berjalan kuat meskipun tekanan ekonomi terasa.

4. Logistik Digital:
Aktivitas di Balik Layar yang Terus Memanas
E-commerce tanpa logistik tak akan berjalan dan data menunjukkan… Nilai pasar logistik e-commerce Indonesia diproyeksikan mencapai sekitar USD 5,27 miliar pada tahun 2025 dengan pertumbuhan tahunan stabil. 

Logistik modern menghubungkan pedagang dan pembeli dari Sabang sampai Merauke, dan kerja kapasitas penuh ini tak terlihat langsung di jalan atau di pasar tradisional, tetapi tercatat dalam data aktivitas.

5. Pembayaran Digital:
Perputaran Uang yang Tak Pernah Redup dan Sistem pembayaran digital menjadi arteri dari e-conomy:

Laporan global menunjukkan digital payments diproyeksikan tumbuh sekitar 15 % hingga 2025 seiring meningkatnya adopsi fintech dan e-wallet di Indonesia, meski awalnya tumbuh sekitar 10 % di 2023. Selain itu, penggunaan QRIS (standar pembayaran QR nasional) melonjak tinggi termasuk peningkatan jumlah pengguna dan merchant yang terhubung dan ini mencerminkan bahwa pembayaran digital menjadi kebiasaan baru masyarakat Indonesia.

Kenapa Orang Merasa Ekonomi Lesu Sementara Data Digital Menguat ???

Beberapa alasan utama:
1. Persepsi vs Realitas: Orang sering menilai ekonomi dari apa yang tampak secara VISUAL, apakah pasar ramai atau tidak dan bukan dari apa yang terjadi di balik layar digital.
2. Shifting Behavior: Konsumen kini lebih memilih bertransaksi online untuk efisiensi waktu, harga, dan kenyamanan, terutama di kondisi ekonomi yang menantang.
3. Kerja Tersembunyi: Banyak pekerja “MENGHILANG” dari ruang publik karena mereka SIBUK mengemas paket, mengatur pengiriman, atau menjaga layanan digital terus berjalan.

“BOLEH JADI TOKO YANG ANDA LIHAT SEPI PENGUNJUNG TAPI DIDALAM KARYAWANNYA SEDANG SIBUK MENGEMAS PAKET PENJUALAN ONLINE”

Ini berarti ekonomi tidak berhenti tapi bergeser bentuknya.

Ekonomi Tidak Mati, Ia Bertransformasi

Keluhan tentang daya beli yang turun memang valid SECARA EMOSIONAL. Banyak rumah tangga merasakan tekanan biaya hidup.

Namun data transaksi digital menunjukkan bahwa:
- Belanja masih terjadi bahkan TUMBUH PESAT hanya lewat perangkat smartphone, bukan antrean di depan toko.
- Pengalaman seperti perjalanan dan layanan tetap dibeli secara online. Pembayaran digital terus naik ini menunjukkan uang tetap berputar.

BAHKAN YANG KITA LIHAT SAAT INI IHSG TUMBUH SUDAH HAMPIR 40% CAPITALISASI DAN PARTISIPANNYA DIBANDINGKAN 2 TAHUN LALU..

PERAN PENTING E-CONOMY yang Utama adalah KEMUDAHAN AKSES SERTA JARINGAN LINTAS BATAS.

BISA JADI TOKO PARFUME DI SULAWESI YANG DULU RAMAI PENGUNJUNG SEKARANG SEPI, KARENA PEMBELI PARFUME DI SULAWESI BISA MENGAKSES DAN MEMBELI DIJAKARTA ATAU SURABAYA DENGAN MUDAH..

Ekonomi bukan LESU atau lebih Ekstrim dikatakan mati tapi SEDANG BERADAPTASI MENUJU E-CONOMY yang berkembang dan bermigrasi ke ranah digital yang tak selalu terlihat oleh mata.
Inilah yang disebut e-conomy… ekonomi yang sunyi secara visual tetapi ramai secara data.

Sekedar Tag:
$IHSG $ASII $GOTO

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy