Market sering reaktif. Data muncul, emosi jalan duluan. Kasus $WIFI ini textbook banget.
Kuartal III/2025 laba bersih memang tertekan. Penyebabnya jelas: beban bunga naik karena tambahan pendanaan Rp2,5 triliun. Banyak yang berhenti sampai di sini, lalu pencet sell. Padahal itu baru permukaan cerita.
Yang sering luput dilihat: Dana tersebut bukan buat nutup rugi, tapi modal kerja produktif. Dipakai untuk mematangkan infrastruktur jaringan baru. Artinya, perusahaan sengaja “menahan napas” di laba jangka pendek demi kapasitas pendapatan yang lebih besar ke depan. Ini bukan kerugian operasional, ini cost of growth.
Pasar ritel sering alergi sama dua kata: beban bunga. Secara akuntansi memang menekan bottom line. Tapi secara bisnis, utang produktif itu seperti pupuk: kelihatan kotor di awal, hasilnya baru kelihatan di musim panen.
Yang terjadi kemarin: Harga koreksi lanjut panic sell = narasi “laba turun = bisnis rusak”. Padahal revenue tetap tumbuh, ekspansi jalan, dan manajemen sudah jelas bilang ini investasi di depan.
Di fase kayak gini, ada dua tipe pelaku: Yang jual karena lihat laporan laba rugi doang.
Yang mulai akumulasi karena paham transisi fase growth ke monetization.
WIFI sekarang bukan cerita “berapa laba hari ini”, tapi siapa yang siap nunggu panen ketika jaringan sudah matang dan utilisasi naik. Market boleh salah timing. Value biasanya nggak salah arah.
Thanks me later 😊
random tag
$INET $MTEL