imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$WIFI LK Q3 2025: Laba Akrual yang Sangat Besar

Lanjutan dari request member di External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345

WIFI di LK Q3 2025 kelihatan luar biasa karena growth-nya memang meroket seperti SpaceX dikasih steroid. Di atas kertas, pendapatan 9M 2025 tembus Rp 1,01491 T, dan sendirian di Q3 saja sudah Rp 501,44 M, ini bukan naik biasa tapi loncat level. Tapi pasar yang sudah kenyang lihat emiten growth tahu satu hal, ketika akselerasi dimulai, laba-rugi sering jadi panggung utama sementara arus kas dan neraca jadi tempat bom waktu disimpan. Trade-off itu bukan teori, itu hukum fisika bisnis, investor bisa pilih dapat speed atau dapat kontrol, jarang dapat dua-duanya sekaligus. Di WIFI, speed-nya datang dari telekomunikasi yang tiba-tiba menggulung segmen lain, tapi kontrolnya ditagih lewat piutang, capex, dan bunga. Jadi pertanyaannya bukan lagi WIFI bisa tumbuh atau tidak, tapi pertumbuhan ini punya kualitas atau cuma pengakuan akrual yang belum jadi uang. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau lihat mesin pendapatan 2025, polanya makin jelas dan jujur saja ini pivot yang sukses di sisi top line. Sepanjang Q1 sampai Q3 2025, struktur pendapatan WIFI makin telco-sentris. Di Q1 2025, pendapatan neto total Rp 231,57 M, Telekomunikasi Rp 132,44 M atau 57,2%, Periklanan Rp 99,39 M. Ini penting karena Q1 adalah titik start narasi, telco sudah unggul, bukan sekadar numpang lewat. Bahkan pendapatan sewa core Rp 132,44 M itu naik besar dibanding Q1 2024 yang Rp 64,80 M, artinya monetisasi jaringan memang mulai jalan dan tidak cuma wacana.

Masuk Q2 2025, total pendapatan neto single kuartal Rp 281,90 M, Telekomunikasi sekitar Rp 148,99 M, Periklanan Rp 133,43 M, masih berantem tipis tapi telco tetap menang. Kalau dibedah dari angka kumulatif 6M, tulang punggung telco bukan cuma sewa core, tapi Bandwidth yang sudah Rp 241,24 M kumulatif 6M, sementara sewa core kumulatif 6M Rp 31,45 M, manage telco service Rp 7,57 M, colocation Rp 1,16 M. Jadi Q2 itu fase pipa-pipa telco mulai penuh dan mulai keliatan skalanya.

Lalu Q3 2025 terjadi peristiwa yang bikin orang bengong. Total pendapatan neto single kuartal Rp 501,44 M, Telekomunikasi Rp 458,81 M, Periklanan tinggal Rp 43,85 M. Artinya 91,5% pendapatan Q3 datang dari Telekomunikasi. Ini momen ketika cerita perusahaan berubah dari iklan menjadi pipa digital. Secara kumulatif 9M 2025, Telekomunikasi sudah Rp 739,45 M atau 72,9% dari total Rp 1,01491 T. Ini bukan sekadar segmen terbesar, ini segmen yang memonopoli narasibisnis WIFI. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Di titik ini investor sering kejebak euforia karena angka revenue membuat otak langsung mengasosiasikan uang. Padahal revenue itu akrual, uang itu kas. Dan di WIFI, mismatch-nya nyata. Total cash received from customers 9M 2025 hanya Rp 507,74 M, sementara pendapatan neto Rp 1,01491 T, jadi kira-kira baru separuh yang benar-benar jadi uang masuk. Di Q3, situasinya makin ekstrem, pendapatan Rp 501,44 M tapi kas dari pelanggan sekitar Rp 101,2 M, konversinya kira-kira 20,2%. Jadi Q3 itu secara akuntansi terlihat pesta, tapi secara kas justru puasa. Ini bukan detail kecil, ini inti kualitas laba.

Ke mana kas yang belum masuk itu pergi. Nyangkut di piutang usaha. Piutang usaha neto naik dari Rp 136,49 M per 31 Desember 2024 menjadi Rp 520,60 M per 30 September 2025, naik 281%. Kenaikan sekitar Rp 384,11 M ini nyambung langsung dengan gap besar antara revenue 9M Rp 1,01491 T versus kas dari pelanggan 9M Rp 507,74 M. Separuh penjualan masih berupa tagihan. Dan meskipun banyak piutang masih diklasifikasikan belum jatuh tempo, jadi lebih mirip termin pembayaran panjang ketimbang langsung piutang macet, buat investor tetap saja artinya WIFI sedang membiayai pertumbuhan lewat kredit ke pelanggan, bukan lewat kas yang langsung masuk. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bukti tambahannya ada di metrik modal kerja. DSO sekitar 88,65 hari, DPO sekitar 37,23 hari, CCC sekitar 51,42 hari. Artinya modal perusahaan rata-rata ngendon sekitar 51 hari sebelum balik jadi kas, dengan pola yang kurang enak karena perusahaan membayar pemasok jauh lebih cepat daripada pelanggan membayar perusahaan. Ini menghisap napas kas operasional, apalagi di fase ekspansi.

Sekarang gabungkan dengan sisi biaya dan profit, karena di sinilah euforia biasanya mulai retak. Di level gross margin, Q1 dan Q2 terlihat tebal karena model telco punya biaya variabel kecil saat volume naik. Dengan data single quarter, gross margin kira-kira Q1 75,26%, Q2 77,37%, lalu drop di Q3 ke 59,25% karena COGS Q3 melonjak Rp 204,3 M mengikuti skala operasi. Ini wajar ketika aset besar mulai beroperasi, depresiasi dan biaya aktivasi mulai muncul di P&L. Tapi yang bikin sinyalnya jadi keras adalah laba bersih Q3 justru lebih rendah dari Q2, padahal revenue Q3 jauh lebih tinggi. Laba bersih Q1 Rp 82,6 M, Q2 Rp 145,2 M, Q3 Rp 102,4 M. Net margin kira-kira Q1 35,66%, Q2 51,51%, Q3 anjlok ke 20,42%. Jadi Q2 itu puncak profitabilitas, Q3 itu puncak skala tapi margin mulai ditekan.

Penekan margin yang paling keras biasanya bukan cuma OPEX, tapi bunga, karena bunga itu tidak peduli narasi. Beban keuangan YTD naik besar, dari sekitar Rp 87 M di Juni menjadi sekitar Rp 204 M di September. Ini masuk akal karena ekspansi besar biasanya ditemani instrumen pendanaan besar. Ada penerbitan Obligasi II dan Sukuk Ijarah I oleh IJE dengan total nilai pokok Rp 2,5 T, masing-masing Rp 1,25 T, yang membuat beban bunga makin rutin dan makin kaku. Begitu struktur biaya berubah jadi biaya tetap, perusahaan dipaksa membuktikan satu hal, jaringan yang dibangun harus menghasilkan kas yang makin cepat, bukan cuma menghasilkan revenue akrual. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Di arus kas, gambarnya lebih ekstrem karena capex sedang mode ngebut. Capex single kuartal Q1 Rp 227,4 M, Q2 Rp 873,6 M, Q3 Rp 1,3411 T, total 9M Rp 2,44206 T. CFO juga tidak stabil, Q1 Rp 84,7 M, Q2 minus Rp 67,1 M, Q3 Rp 146,1 M, total 9M Rp 163,66 M. Karena capex jauh lebih besar daripada CFO, free cashflow 9M jadi minus Rp 2,27840 T. Ini bukan sekadar bakar uang kecil, ini bakar uang level industrial. Secara logika, itu berarti perusahaan wajib punya dua hal sekaligus, akses pendanaan kuat dan kemampuan monetisasi yang makin cepat. Makanya strategi pendanaan jadi bagian inti cerita, termasuk rights issue jumbo Rp 5,89 T, HMETD 4 banding 5, harga pelaksanaan Rp 2.000 per saham, dengan rencana dana mengalir ke entitas anak seperti IJE untuk pembangunan jaringan.

Masuk ke bagian yang bikin investor suka debat, apakah power politik bisa menutup trade-off. Secara praktis, kedekatan pengendali bisa bikin dua pintu lebih mudah kebuka, pintu pendanaan dan pintu proyek. Pasar jelas membaca itu, karena kontrol Hashim adik Prabowo di WIFI menguat, rights issue punya pembeli siaga dari kelompok pengendali, dan narasi ekspansi dibuat seolah tidak akan kekurangan amunisi. Ditambah lagi, jalur monetisasi yang dekat ekosistem BUMN memang terlihat lewat kerja sama koridor fiber dengan KAI. Tapi pendapat tegasnya begini, power bisa memperpanjang napas, bukan mengganti paru-paru. Karena arus kas tetap butuh real cash. Mungkin nanti ketika Internet Rakyat jalan tahun depan barulah real cash mengalir. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Di lapisan proyek, IJE punya kerja sama besar terkait pemanfaatan aset PT Kereta Api Indonesia untuk penempatan serat optik dan perangkat, dengan kompensasi tahunan sekitar Rp 24,80 M per tahun di luar PPN, plus mekanisme bagi hasil 30% dari pendapatan komersialisasi utilitas setelah dikurangi biaya dan pajak. Ini pedang bermata dua. Positifnya, akses jalur KAI itu semacam moat, susah ditiru. Negatifnya, ada biaya tetap dan bagi hasil yang bisa menekan margin kalau volume belum cukup besar atau kalau realisasi kas seret. Ada juga kerja sama Perum Damri untuk e-ticketing dan monetisasi iklan digital dengan revenue sharing. Potensinya ada, tapi pola pembayaran B2B dengan termin panjang bisa bikin kas tetap tidak selaras dengan pengakuan revenue.

Jadi di Q3 2025 membuktikan mesin revenue telco WIFI sudah hidup dan bisa ngegas seperti roket, bahkan 91,5% pendapatan Q3 datang dari telco, dan kontribusi telco secara 9M sudah 72,9%. Tapi kualitas pertumbuhannya masih wajib diuji. Konversi kas Q3 cuma sekitar 20,2% dari revenue kuartal itu, piutang melonjak 281%, DSO 88,65 hari, capex 9M Rp 2,44206 T membuat FCF 9M minus Rp 2,27840 T, lalu beban bunga mulai mengeras setelah pendanaan besar masuk. Investor yang bullish boleh pegang tesis ekspansi telco, tapi investor yang waras harus pasang syarat yang jelas, tren penagihan harus membaik, cash from customers harus mulai ngejar revenue, DSO harus turun, dan margin bersih harus mampu bertahan walau bunga sudah naik. Kalau tiga hal itu tidak terjadi, narasinya berubah dari growth story menjadi debt story yang melelahkan. Kalau tiga hal itu terjadi, Q3 2025 memang bukan euforia, tapi titik balik ketika capex mulai berubah jadi mesin uang yang benar-benar menghasilkan. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kemungkinan berat bagi $TLKM BUMN dan $ISAT nya Boy Thohir lawan adik presiden di WIFI.

๐Ÿš€ Inti cerita Q3 2025
๐Ÿ’ต Revenue 9M Rp 1,01491 T
๐ŸŸฅ Revenue Q3 Rp 501,44 M
โš–๏ธ Growth kencang, kontrol dibayar lewat piutang, capex, bunga

๐Ÿ“ก Telco ambil alih
๐ŸŸฆ Q1 total Rp 231,57 M
๐Ÿ“ถ Telco Rp 132,44 M 57,2%
๐Ÿ“ฃ Iklan Rp 99,39 M

๐ŸŸฉ Q2 total Rp 281,90 M
๐Ÿ“ถ Telco Rp 148,99 M
๐Ÿ“ฃ Iklan Rp 133,43 M

๐ŸŸฅ Q3 total Rp 501,44 M
๐Ÿ“ถ Telco Rp 458,81 M 91,5%
๐Ÿ“ฃ Iklan Rp 43,85 M
๐Ÿงพ 9M Telco Rp 739,45 M 72,9%

๐Ÿ’ธ Revenue besar, kas kecil
๐Ÿงพ Cash from customers 9M Rp 507,74 M versus revenue Rp 1,01491 T
๐Ÿฅถ Q3 paling parah kas sekitar Rp 101,2 M versus revenue Rp 501,44 M 20,2%

๐Ÿงพ Piutang jadi bensin
๐Ÿ“ˆ Piutang neto Rp 136,49 M jadi Rp 520,60 M naik 281%
โณ DSO 88,65 hari, CCC 51,42 hari, bayar pemasok lebih cepat dari ditagih

๐Ÿงˆ Margin dan laba mulai retak
๐Ÿ“‰ Gross margin Q3 turun ke sekitar 59,25%
๐Ÿงฒ Net profit Q1 Rp 82,6 M, Q2 Rp 145,2 M, Q3 Rp 102,4 M
๐Ÿ“‰ Net margin Q3 sekitar 20,42%

๐ŸŒช๏ธ Bunga dan capex jadi beban tetap
๐Ÿ“ˆ Beban keuangan YTD naik dari sekitar Rp 87 M ke sekitar Rp 204 M
๐Ÿ“œ Obligasi Rp 1,25 T plus ๐Ÿ•Œ Sukuk Rp 1,25 T
๐Ÿ—๏ธ Capex 9M Rp 2,44206 T, CFO 9M Rp 163,66 M, FCF 9M minus Rp 2,27840 T

๐ŸŽฏ Syarat investor waras
๐Ÿ’ฐ Kas pelanggan harus naik ngejar revenue
๐Ÿงพ Piutang melambat, DSO turun
๐Ÿงฒ Margin bersih tahan walau bunga naik

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
2013-2025 Stockbit ยทAboutยทContactHelpยทHouse RulesยทTermsยทPrivacy