imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Good afternoon,

ARTI GRAFIK PCE INFLATION (PCE = Personal Consumption Expenditures Inflation)

Grafik itu menunjukkan perkembangan dan proyeksi inflasi PCE inti / headline dari tahun sebelumnya (2020–2025) sampai proyeksi The Fed untuk 2026–2028 serta longer run.
Penjelasan Elemen Grafik:
1. Garis hijau “Actual” (2020–2024)
- Menunjukkan inflasi PCE yang benar-benar terjadi.
- Terlihat inflasi melonjak tajam pada 2021–2022 (karena pandemi + supply chain).
- Lalu turun cukup tajam lagi pada 2023–2024.

2. Kotak & garis warna pada 2025–2028
- Merah = Median projection (perkiraan tengah dari seluruh anggota FOMC)
- Hijau = Central tendency (range yang lebih sempit dari proyeksi umum)
- Biru muda = Range of projections (rentang dari paling optimis sampai paling pesimis)
Intinya:
➜ ini adalah prediksi inflasi PCE ke depan oleh para anggota The Fed.

3. Angka sumbu Y (1–7%)
Menunjukkan tingkat inflasi dalam persen.

4. “Longer run”
Target jangka panjang The Fed untuk inflasi PCE adalah 2%.
Terlihat titik median merah mendekati 2% pada bagian ini.

Makna keseluruhan grafik
✔ The Fed memperkirakan inflasi akan turun dan stabil menuju 2% dalam beberapa tahun ke depan.

Secara visual:

Inflasi sangat tinggi tahun 2021–2022 → turun jelas 2023–2024.
Proyeksi untuk 2025–2028 bergerak mendekati 2% dan semakin stabil.
Ini sinyal bahwa kebijakan suku bunga cenderung longgar ke depan (dovish) jika inflasi benar-benar turun sesuai proyeksi.

Berikut dampak paling relevan ke saham Indonesia dan USD/IDR dari grafik proyeksi PCE inflation The Fed (yang menunjukkan inflasi semakin turun ke arah 2%):
1. Dampak ke USD/IDR
➡ USD cenderung MELEMAH terhadap IDR
Karena:
- Inflasi turun → The Fed dianggap lebih dekat ke pemotongan suku bunga.
- Jika suku bunga AS turun, arus modal lebih suka ke emerging markets (seperti Indonesia).
- Dollar Index (DXY) biasanya melemah.
Efek langsung ke USD/IDR:
- IDR biasanya menguat atau lebih stabil.
- Rentang potensial (bukan prediksi pasti): IDR bisa menguat ke area 15.200–15.500 bila pasar percaya suku bunga AS akan turun bertahap.

Catatan penting:
Menguatnya rupiah sangat positif untuk IHSG karena cost of borrowing USD turun dan outflow asing berkurang.

2. Dampak ke Saham Indonesia (IHSG)
A. Sektor paling diuntungkan
1. Saham Konsumer (ICBP, INDF, UNVR, MYOR, HMSP, GGRM, CMRY)
- Rupiah menguat → biaya impor bahan baku turun.
- Cost of funds global turun → konsumsi domestik naik.
- Ini sektor yang biasanya paling cepat rebound saat The Fed dovish.
2. Perbankan Besar ($BBRI, BMRI, BBCA, BBNI)
- Outflow asing berkurang → net buy meningkat.
- Likuiditas global longgar → cost of fund turun → kredit naik.
- Risiko kurs lebih kecil → NIM stabil.
3. Properti & Konstruksi ($PWON, SMRA, BSDE, CTRA, PTPP, ADHI)
- Suku bunga global turun → suku bunga KPR domestik lebih mudah turun.
- Minat beli perumahan meningkat.
4. Teknologi / Growth (BUKA, GOTO, EMTK, MCAS)
Suku bunga turun → valuasi growth stock naik karena cost of capital menurun.

B. Sektor yang berpotensi TERTEKAN
1. Saham Komoditas Dollar-Sensitive:
- Batubara (ADRO, $ITMG, PTBA, HRUM)
- Nikel (ANTM, INCO)
- CPO (AALI, LSIP, SIMP)
Kenapa?
- Dolar melemah → harga komoditas USD-denominated kadang ikut terkoreksi.
- Permintaan industri global menunggu kejelasan pemotongan suku bunga.
2. Sektor eksportir
Margin bisa tertekan karena pendapatan dalam USD --> konversi Rp lebih kecil.

3. Dampak ke IHSG secara keseluruhan
Net positif
Karena:
- Modal asing masuk saat Fed lebih dovish.
- USD melemah → risiko eksternal Indonesia turun.
- Sektor besar IHSG (bank + consumer) diuntungkan.

Sejarah pola:
Setiap kali The Fed memberi sinyal penurunan suku bunga, IHSG cenderung:
naik 2–6% dalam 1–3 bulan setelahnya, terutama jika USD/IDR stabil.

Read more...

1/2

testes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy