Berpikir secara probabilistik: Cara investor berdamai dengan ketidakpastian

Mungkin ini adalah pertanyaan yang paling sering saya terima.
“Beli atau jual?”
“Naik atau turun?”

Harapan investor sebenarnya sederhana. Saham A bakal naik, saham B bakal turun. Laporan keuangan kuartal depan pasti bagus.

Kita seringkali memperlakukan market seperti mesin yang bisa ditebak dengan sempurna seperti rumus matematika.

Jika memandang bahwa hasil analisis bersifat murni deterministik, kita akan mudah terjebak dalam ilusi kepastian hasil.

Ketika laporan keuangan bagus, kita yakin masa depan akan terus cerah.
Ketika harga jatuh, kita panik seolah sudah tidak ada masa depan lagi.

Kita lupa bahwa market tidaklah bersifat deterministik. Market bersifat probabilistik yang penuh ketidakpastian dan interaksi acak.

Pasar itu mirip cuaca. Terkadang mudah diprediksi dan pada kesempatan lain sangat sulit untuk ditebak.

Oleh karena itu, kita harus berpikir secara probabilistik.

Berpikir secara probabilistik berarti menerima bahwa masa depan tidak bisa ditebak secara pasti. Yang bisa kita lakukan hanyalah memetakan berbagai macam kemungkinan.

Dengan berpikir seperti ini, pertanyaannya bukan lagi apakah saham ini akan naik atau turun?

Akan lebih tajam jika kita bertanya:
“Kondisi seperti apa yang membuat saham ini bisa naik?”
“Seberapa besar peluangnya untuk naik?”
“Seberapa besar peluang hasilnya tidak sesuai harapan?”

Kita menilai skenario apa yang mungkin mendorong sektor tertentu tumbuh, skenario apa yang bisa membuatnya melambat, dan seberapa besar peluang masing-masing skenario itu terjadi.

Intinya, kita menilai risiko dan peluang terjadinya.

Dengan pendekatan ini, analisis berubah menjadi proses memahami bagaimana suatu saham merespons dunia nyata.

Kita juga jadi tidak terpaku pada satu angka dalam mengestimasikan value dari suatu saham. karena telah menyadari bahwa valuasi melibatkan beberapa asumsi yang sangat menentukan hasil akhirnya.

Akan lebih masuk akal jika kita memandang value suatu saham dalam rentang tertentu.

Sebagai contoh, kita akan menggunakan model valuasi model Gordon Growth.

Value = DPS x (1+growth rate)/(k – growth rate)
Misal saham A dengan DPS tahun ini 100 dan k = 15%.
- Jika sesuai ekspektasi, growth rate 10%, value = 100 x (1+10%)/(15%-10%) = 2.200.
- Tapi jika tidak sesuai ekspektasi dan growth rate hanya 8%, maka value akan menjadi hanya sekitar 1.500.

Jadi kita bisa mengestimasikan bahwa value saham A berada dalam rentang 1.500 – 2.200.

Bagaimana jika kita bisa mendapatkannya dengan harga 1.000?

Tentu saja akan menjadi bargain yang bagus karena di harga segitu pun masih lebih rendah daripada fair value pada kondisi yang buruk.

Kita juga tidak akan mudah terkejut ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana.
- Ketika laporan keuangan tidak sesuai harapan, kita tinggal sesuaikan saja perhitungannya.
- Ketika ada faktor risiko baru, bobot dalam portfolio bisa kita kurangi.

Kita bisa bersikap seperti itu jika sejak awal sudah menganggap bahwa perilaku pasar tidak bisa ditebak dengan sempurna.

Sikap seperti ini membuat keputusan investasi menjadi lebih realistis karena telah memahami bahwa kita tidak bisa mengharapkan kepastian.

Yang bisa kita lakukan hanyalah membuat keputusan terbaik berdasarkan informasi yang kita miliki hari ini.

Dan yang tidak kalah pentingnya, kita harus siap memperbaikinya jika ada data baru yang relevan.

Tugas kita sebagai investor bukanlah memprediksi masa depan dengan sempurna melainkan membuat keputusan yang masuk akal di tengah ketidakpastian berdasarkan informasi yang ada saat ini.

Pada akhirnya, hasil investasi most likely akan ditentukan oleh serangkaian keputusan yang konsisten dan rasional serta adaptif terhadap input baru yang relevan.

Demikian sedikit cerita untuk hari ini.

$IHSG

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy