$CNMA
Pendapat Tom Cruise (saat menerima piala oskar) bahwa "sensasi menonton bioskop tidak akan pernah tergantikan" adalah argumen yang sangat valid, tetapi di era modern ini, pendapat tersebut memiliki nuansa "benar, namun bersyarat".
Berikut adalah analisis saya mengenai pendapat tersebut, melihat dari dua sisi: idealisme Cruise vs. realitas penonton saat ini.
1. Di Mana Tom Cruise 100% Benar (Faktor "The Event")
Tom Cruise adalah salah satu dari sedikit "penjaga gerbang" terakhir untuk old-school cinema. Argumen utamanya terbukti benar lewat kesuksesan Top Gun: Maverick. Film itu ditahan selama pandemi demi rilis bioskop, dan hasilnya memecahkan rekor.
Cruise benar karena tiga faktor psikologis yang tidak bisa ditiru Netflix/streaming:
* Fokus yang Tidak Terpecah: Di rumah, Anda bisa menekan pause, main HP, atau pergi ke toilet. Di bioskop, Anda "dipaksa" menyerahkan kontrol dan tenggelam dalam cerita selama 2 jam penuh. Ini menciptakan ikatan emosional yang lebih dalam dengan film.
* Communal Experience (Pengalaman Sosial): Mendengar ratusan orang menahan napas, tertawa, atau bertepuk tangan bersamaan menciptakan energi kolektif yang magis. Ini adalah ritual sosial yang hilang saat streaming sendirian di kamar.
* Skala Audiovisual: Adegan jet tempur di Top Gun atau ledakan di Oppenheimer dirancang untuk layar setinggi gedung, bukan layar iPad. Secara teknis, sensasi fisiknya memang tidak tergantikan.
2. Di Mana Realitas Berkata Lain (Pergeseran Perilaku Penonton)
Meskipun Cruise benar soal "kualitas pengalaman", dia mungkin terlalu idealis soal "kebiasaan konsumen". Data industri 2024-2025 menunjukkan realitas yang agak pahit:
* Bioskop Menjadi "Barang Mewah": Karena tiket makin mahal, penonton sekarang sangat selektif. Mereka hanya ke bioskop untuk film "Event" (seperti Mission: Impossible, Avatar, atau film Marvel). Film drama, komedi romantis, atau thriller skala kecil sering kali flop di bioskop tapi justru meledak saat masuk streaming.
* Kenyamanan vs. Kualitas: Bagi banyak orang (terutama keluarga), kenyamanan streaming (murah, tidak perlu parkir, bisa ditonton kapan saja) mengalahkan kualitas visual bioskop. Untuk film yang tidak butuh layar raksasa (misalnya drama percakapan), streaming sering dianggap "cukup bagus".
Kesimpulan
Saya setuju dengan semangat argumen Tom Cruise, tapi dengan catatan.
Pendapat Cruise benar bahwa bioskop adalah bentuk tertinggi untuk menikmati film sebagaimana ia diciptakan. Tidak ada home theater yang bisa meniru perasaan "keluar dari bioskop dengan perasaan takjub".
Namun, streaming telah berhasil menggantikan bioskop untuk konsumsi konten sehari-hari. Bioskop tidak akan mati, tetapi fungsinya telah bergeser: dari tempat nonton film apa saja, menjadi tempat khusus untuk film-film spektakuler (blockbuster).
Jadi, Tom Cruise benar: sensasinya tidak tergantikan. Tapi apakah semua film harus ditonton di bioskop untuk dinikmati? Pasar menjawab "tidak". Hanya film-film yang dibuat dengan dedikasi seperti film Tom Cruise-lah yang masih membuat orang rela meninggalkan sofa rumah mereka.
Meskipun demikian, fakta bahwa penonton bioskop yg terus meningkat paska pandemi (bahkan sebelum pandemi) membuat industri bioskop seperti $CNMA, $BLTZ masih menjanjikan untuk saat ini. Apalagi bila makin banyak film2 spesial dengan kualitas yg spesial yg memang dirancang untuk tontonan di bioskop..
Disc.on.. DYOR.