RITEL, TRADER, DAN INVESTOR – KENAPA HASIL MEREKA BERBEDA JAUH?
Di pasar saham, sering muncul perdebatan: siapa sebenarnya yang paling rasional—investor, trader, atau ritel?
Padahal yang membedakan mereka bukan sekadar “cara beli”, tapi kepentingan dan logika dasar yang berbeda 180°.
1. Investor: Pemburu Nilai, Bukan Pemburu Harga
Investor sejati memandang saham sebagai bagian kepemilikan perusahaan.
Mereka membeli ketika valuasi murah, menyimpan dalam jumlah besar, dan peduli pada berapa persen laba perusahaan yang mereka miliki.
Bagi mereka, harga harian hampir tidak penting.
Yang penting: ownership dan earning power jangka panjang.
2. Trader: Pemburu Momentum dan Timing
Trader tidak peduli siapa pemilik perusahaan.
Mereka masuk ketika ada momentum, keluar ketika target tercapai.
Naik sedikit → ambil profit.
Salah arah → cut loss cepat.
Trader hidup dari kecepatan, bukan kepemilikan.
3. Ritel: Campuran Dua Dunia, Tanpa Disiplin Salah Satunya
Ritel adalah kelompok terbesar, tapi bukan kelompok paling kuat.
Ritel ingin menjadi investor → tapi tidak sabaran.
Ingin menjadi trader → tapi tidak punya sistem dan money management.
Akhirnya strategi mereka jadi “campuran setengah matang”:
nahan rugi, buru-buru ambil untung, dan lompat-lompat saham tanpa arah.
Contoh Ekstrim:
Free Float Real kurang dari 3% Tapi Tertulis diatas 25% (ini nyata terjadi, ngga usah diomongin sahamnya apa)
Bayangkan sebuah saham di mana:
a. Pemilik menguasai 97% saham
b. Free float asli yang benar-benar diperdagangkan hanya 3%
c. Tapi tercatat di laporan bahwa free float diatas 25%
Mana ada saham kek gituan?
Banyak, lha kalo 22% free float dia makan juga....ada lah pokiknya
Apa akibatnya?
Harga saham bukan prioritas bagi pengendali.
Mau sahamnya 50 per lembar atau 10.000 per lembar, dia tetap menguasai 99% dividen, harga ngga ngaruh.
Tidak ada kepentingan untuk “mengangkat harga”, tidak butuh dana publik, tidak kejar MSCI, tidak peduli volume.
Perusahaan jenis ini bukan kendaraan ekspansi—hanya kendaraan kontrol.
Ritel yang masuk?
Kalah “struktur permainan” sejak awal, akhirnya floating loss.... Dan kalau sudah nahan terlalu lama akhirnya cut loss
Berharap capital gain (profit dari kenaikan harga) dari model saham kayak gini dalam tempo dekat? Siap siap nyonyor
Coba tahan beberapa tahun, biasanya bagger berlipat lipat
Tipe Lain: Pemilik yang Mengejar Ekspansi dan Leverage
Ada juga tipe pemilik yang kebalikannya—mereka butuh harga naik.
Biasanya perusahaan seperti ini:
menjaga free float tetap sehat
ingin likuid agar bisa masuk MSCI/FTSE
rajin IR, buyback, atau melakukan corporate action
sangat peduli kapitalisasi pasar karena menentukan biaya modal dan peluang ekspansi hutang
Mereka memanfaatkan pasar modal sebagai mesin pertumbuhan.
Bagi tipe ini, harga saham bukan sekadar angka—tapi alat strategis.
Biasanya saham seperti ini ditongkrongin para trader
Intinya
Investor fokus pada nilai.
Trader fokus pada momentum.
Ritel fokus pada harapan.
Saham free float sempit fokus pada kepentingan pengendali.
Saham ekspansif fokus pada penetrasi pasar modal.
Dan selama ritel belum memahami bahwa setiap kelompok punya kepentingan berbeda, mereka akan selalu membaca pasar dengan kacamata yang salah dan akan selalu menjadi mangsa.
Kalau kamu ritel dan analisamu selalu salah, menurut saya : sebenarnya analisamu itu benar, hanya saja kamu lupa niat awalmu dan juga lupa aturan main di saham itu..... Kamu loss itu cuma karena kamu "LUPA", itulah kenapa setelah kamu lepas .... Dia akan terbang 🤣🤣
$IHSG $CDIA $ADRO ini cuma random tag, ngga ada hubungannya sama tulisan ini