PART 1
Jadi saya sejak 2 minggu yang lalu mencoba belajar lebih dalam mengenai shipping. Saya tidak benar-benar tahu mengenai kondisi perkapalan di Indonesia saat ini, namun belajar hal baru tentu menyenangkan.
Oiya saya coba menulis artikel, karena saya newbie maka diharapkan masukan dan koreksi apabila ada kesalahan.
Setelah beberapa lama belajar shipping saya justru tertarik pada offshore support vessel (OSV), yakni kapal yang digunakan sebagai pendukung kegiatan lepas pantai seperti eksplorasi migas, maupun pemasangan turbin pembangkit listrik tenaga angin. Kondisi OSV saat ini cukup unik yaitu demand merangkak naik namun tidak diikuti oleh supply karena trauma masa lalu. Let me explain.
——
OffShore Support Vessel (OSV)
$WINS $LEAD $SHIP
Pada 15 tahun terakhir, apa yang terjadi pada OSV sendiri dapat dibagi menjadi 5 masa
1.Masa Kejayaan (2010-2014) - Harga minyak tinggi
Pada masa kejayaan ini, harga minyak tinggi menembus 70-80 per barrel. Kondisi ini membuat banyak OSV ketiban untung. Selayaknya bisnis, di mana harga minyak sedang tinggi, banyak perusahaan OSV order kapal baru. Pemikiran sederhana, banyak kapal banyak profit.
Namun perusahaan OSV ini membeli kapal dengan pinjaman bank atau leasing. Sehingga bunga yang diberikan juga tinggi. Kondisi ini sejatinya tidak masalah selama harga oil dapat terus tinggi. Namun seperti yang kita tahu, ketika supply bisa mulai mengejar bahkan mengalahkan demand, maka harga akan jatuh.
2.Masa Kejatuhan (2015-2019) - Crash OSV terbesar dalam sejarah
Harga oil pada masa ini mengalami kejatuhan. Harga oil bahkan sempat menyentuh 30-40 per barrel. Ini berimbas pasa dihentikan atau ditundanya eksplorasi oil lepas pantai. Kapal OSV pun kehilangan customer, kontrak ditunda dan dibatalkan, atau jika ada kontrak baru, harga menjadi rendah.
Hal ini diperparah dengan banjirnya kapal baru yang dipesan pada periode 2010-2015. Kapal baru yang dipesan mau tidak mau tetap dikirimkan dan akhirnya membuat oversupply parah.
Saat itu perusahaan OSV berada di kondisi berat. Pendapatan kontrak mereka turun, namun utang dan bunga utang masih tetap tinggi tidak menurun. Akhirnya perusahaan OSV mulai melakukan penghematan, mengurangi pegawai, atau bahkan menjual kapal. Namun kondisi tidak kunjung membaik sehingga beberapa perusahaan OSV ternama macam Swire, Ezra, dan Perisai harus mengajukan bangkrut.
3.Masa Suram (2020-2021) - Covid
Apa yang anda harapkan dari kondisi lockdown di mana aktivitas saja dibatasi?
Eksplorasi terhenti, aktivitas OSV tidak ada, kapal hanya docking di pelabuhan tidak melakukan apa pun. Perusahaan OSV hanya menunggu mati.
4.Masa Comeback (2022-2023) - Pemulihan Covid serta Rusia vs Ukraine
Vaksin membawa keajaiban. Adanya vaksin membuat orang-orang dapat keluar rumah sehingga aktivitas ekonomi mulai mengeliat. Ini membuat demand energi semakin meninggi. Aktivitas lepas lantai mulai ada lagi.
Secara tiba-tiba Rusia menyerang Ukraine sehingga energi menjadi barang mewah. Harga batubara, gas, dan oil mulai naik. Kontrak OSV mulai membaik. Beberapa perusahaan mulai menunjukkan arus kas positif, laba bersih mulai hijau setelah sekian tahun.
5.Masa Bullish (2024-sekarang) - Trauma Masa Lalu
Demand OSV mulai mengalami peningkatan stabil. Beberapa analis memperkirakan pasar OSV akan semakin berkembang setidaknya hingga tahun 2033. Ini lah yang menjadi menarik. Seharusnya jika demand mulai naik, supply akan mengikuti. Tapi lihat apa yang terjadi di tahun 2015 ketika adanya kapal baru yang dibuat mulai mengejar demand.
Saat ini meskipun demand naik, supply tidak mengikuti karena tidak ada kapal baru di pasar. Tidak ada kapal AHTS baru yang diproduksi setelah 2015. Kalo kita lihat armada WINS, LEAD, dan SHIP di website mereka, tidak ada kapal yang dibuat setelah tahun 2015. Perusahaan juga takut jika mereka membeli kapal baru, maka trauma 2016-2019 dapat berulang.
Ini lah yang menjadi faktor kenapa harga OVS diramal bakal stabil. Karena meskipun demand naik, supply tidak mengejar. Utilitas naik, bahkan kapal tua pun mendapat kontrak.
