Secara umum kelapa sawit (oil palm) jauh lebih merusak alam dibanding kelapa (coconut), meskipun keduanya tetap memiliki dampak lingkungan. Berikut penjelasan ringkas namun jelas:
🟤 1. Kerusakan hutan
Sawit: Sangat besar
• Ekspansi sawit adalah salah satu penyebab utama deforestasi di Indonesia dan Malaysia.
• Untuk membuka kebun sawit sering dilakukan pembakaran lahan gambut, menyebabkan kabut asap dan emisi karbon besar.
Kelapa: Rendah
• Perkebunan kelapa jarang menyebabkan deforestasi masif.
• Banyak ditanam di lahan campuran/atap hutan (agroforestri) dan di pesisir.
➡️ Pemenang: Sawit jauh lebih merusak.
🟤 2. Keanekaragaman hayati
Sawit: Dampak sangat tinggi
• Perkebunan sawit sering menggusur habitat orangutan, harimau sumatra, gajah, dan spesies endemik lainnya.
• Monokultur sawit = rendah keragaman flora-fauna.
Kelapa: Dampak lebih kecil
• Perkebunan kelapa tetap bisa menjadi habitat burung, reptil, dan tanaman bawah.
• Tetapi di daerah Pasifik, perkebunan kelapa yang terlalu monokultur bisa menekan beberapa spesies asli—meski skalanya jauh lebih kecil dari sawit.
➡️ Sawit tetap jauh lebih buruk.
🟤 3. Penggunaan air & kimia
Sawit
• Menggunakan pupuk dan pestisida lebih banyak.
• Mengubah hidrologi tanah gambut → risiko banjir & kekeringan.
Kelapa
• Lebih tahan, tidak perlu pupuk besar-besaran.
• Tidak mengeringkan tanah se-intens sawit.
➡️ Sawit lebih berat dampaknya.
🟤 4. Emisi karbon
Sawit
• Jika dibuka di gambut → menghasilkan emisi karbon raksasa.
• Indonesia pernah menjadi salah satu emitter terbesar global akibat kebakaran lahan sawit.
Kelapa
• Emisi jauh lebih rendah.
• Jarang membuka gambut atau hutan primer.
➡️ Sawit kembali lebih merusak.
$IHSG $AALI $LSIP