DAMPAK INSIDEN GRASBERG TERHADAP PRODUKSI DAN PROSPEK FREEPORT INDONESIA
Insiden luncuran material basah di Grasberg Block Cave (GBC) membuat produksi emas PT Freeport Indonesia (PTFI) turun tajam. Produksi tahun 2025 diperkirakan hanya 33 ton, jauh di bawah target RKAB 67 ton. Penurunan makin dalam pada 2026 dengan proyeksi 26 ton, level terendah karena operasional belum pulih sepenuhnya.

Pemulihan baru terlihat mulai 2027, ketika produksi emas diproyeksikan kembali ke 40 ton, lalu naik stabil ke 43 ton pada 2028–2029. Smelter baru juga baru bisa kembali beroperasi pada kuartal II/2026 karena prioritas pasokan masih diberikan ke smelter lama PT Smelting.

Meski produksi turun, kenaikan harga emas dan tembaga membuat setoran PTFI ke negara justru melonjak menjadi US$4,1 miliar, atau 117% dari target. Harga tembaga naik menjadi US$4,46 per pound (lebih tinggi 19% dari rencana), sementara harga emas melonjak hingga US$3.426 per ounce. Pendapatan perusahaan pada 2025 diperkirakan mencapai US$8,5 miliar, hanya turun 18% dari target awal US$10,4 miliar.

DPR meminta PTFI mempercepat pemulihan operasional untuk memanfaatkan momentum lonjakan harga komoditas global. Legislatif juga mendorong optimalisasi kerja sama antarperusahaan tambang agar kebutuhan dalam negeri terpenuhi tanpa meningkatnya impor. Di pasar global, harga emas tetap tinggi dan berada dalam fase konsolidasi setelah mencapai rekor di atas US$4.380 per ounce, dengan kenaikan sekitar 55% sepanjang tahun berjalan.

1. Saham yang Terpengaruh Negatif (Paling Langsung)
A. $ANTM — Aneka Tambang
Dampak: Negatif jangka pendek
- ANTM menyerap seluruh produksi emas PTFI.
- Produksi emas PTFI turun dari 33 ton (2025) → 26 ton (2026).
- Artinya pasokan emas untuk ANTM berkurang, sehingga pendapatan segmen emas bisa turun.
- Meski harga emas naik, volume ANTM menurun, sehingga margin bisa tertekan.
Kesimpulan:
ANTM paling terkena dampak langsung dari penurunan produksi emas PTFI.

2. Saham yang Berpotensi Positif (Karena Harga Komoditas Naik)
A. AMMN — Amman Mineral
Dampak: Positif
- AMMN adalah produsen tembaga & emas.
- PTFI memproyeksikan penjualan tembaga turun, sehingga suplai global berkurang.
- Harga tembaga kini naik ke sekitar US$4,46/pound (lebih tinggi dari rencana US$3,75).
- AMMN sangat diuntungkan bila harga tembaga dan emas tetap tinggi.
Kesimpulan:
AMMN diuntungkan oleh momentum harga komoditas.

B. $MDKA — Merdeka Copper Gold
Dampak: Positif
- MDKA punya eksposur emas dan tembaga.
- Jika produksi PTFI turun, pasar mengalihkan ekspektasi ke produsen lain seperti MDKA.
- Harga emas global naik ke US$4.000 per ounce+.
- Kenaikan harga komoditas dapat meningkatkan pendapatan dan valuasi MDKA.
Kesimpulan:
MDKA mendapat sentimen positif dari kenaikan harga emas-tembaga.

3. Saham yang Terdampak Secara Sentimen Grup
A. $INCO — Vale Indonesia
Dampak: Sentimen Negatif Ringan
- INCO tidak terkait langsung dengan emas PTFI.
- Namun, keduanya berada di dalam ekosistem MIND ID.
- Jika PTFI bermasalah, investor kadang melihatnya sebagai risiko tata kelola grup.
Kesimpulan:
Dampak lebih ke sentimen, bukan fundamental.

Implikasi Utama untuk Investor
- PTFI memproyeksikan pemulihan baru mulai 2027, sehingga tekanan ke ANTM masih berlanjut 2025–2026.
- Harga emas dan tembaga naik signifikan, sehingga saham produsen non-Freeport (AMMN, MDKA) menjadi pemenang dalam jangka pendek.
- Saham-saham dalam ekosistem MIND ID (ANTM, INCO) dapat menerima spillover sentiment dari insiden terkait tata kelola tambang.
- Momentum harga komoditas global sedang kuat. Produsen logam yang tidak terganggu operasionalnya adalah pihak yang paling diuntungkan.

Sumber : Google

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy