"Jangan lupa TP biar pas besok diguyur bandar nggak nyangkut di pucuk."

Kalimat tersebut benar. Tapi bagi saya yang taking profit-nya di dunia nyata melalui karier dan bisnis, saham yang udah naik tinggi lalu turun lagi menghapuskan floating profit saya, atau bahkan sampai di bawah titik average up saya kaya pas sehabis $STAA kena UMA itu nggak masalah, selama:

1. penurunannya bukan karena rusaknya moat secara permanen atau terpatahkannya story

2. kamu tidak all-in di sana

Selama bobot saham tersebut di portfolio kamu terjaga, selama moat dan story-nya masih intact, dia masih akan mencetak ATH demi ATH lain, dan selama proses jatuh bangunnya, dia nggak akan banyak pengaruhnya di portfolio dan keuangan keluargamu

Bagi saya, META-nya adalah taking profit di dunia nyata, lalu di-compound di saham sebagai compounding machine. Banyak yang menolak META ini dengan alasan, "itu untuk yang uangnya sudah miliaran," "keburu tua baru kaya," dll. Padahal syarat sukses taking profit di dunia nyata dan compounding di saham itu cuma dua:

1. Punya penghasilan halal di dunia nyata

2. Saham yang dibeli adalah perusahaan yang wonderful compounders

Maka syarat compounding adalah turnover harus rendah. Sebelumnya saya pernah salah di $TAPG karena saya beli pas dia deeply undervalued, atau "scavenging cigar butt" kalau menurut prinsip Graham, lalu pas dia sampai kepada fair value-nya dan engkong saya TP Rachmat mulai TP, saya ikutan TP lalu saya trading

Setelah jatuh bangun saya baru paham bahwa selama kita punya compounding machine, kesuksesan compounding lebih ditentukan oleh turnover portfolio kita daripada terus menerus mencari value stock dengan upside terbesar

That being said, walaupun semua orang mau bilang $IPCC dipompom influencer karena dia butuh exit liquidity, mau besok diguyur bandar, saya udah nyapin tadahan 10x lipatnya di RDN, plus Jumat ini gajian

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy