imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Sumber : https://cutt.ly/3tr7AbAS

Resume untuk saya :
Ekonomi Indonesia pada 2025 tetap menunjukkan ketahanan yang kuat meski dunia masih berada dalam fase ketidakpastian. Pertumbuhan ekonomi kuartal III mencapai 5,04 persen, ditopang konsumsi rumah tangga yang solid, belanja pemerintah yang meningkat, serta kontribusi sektor manufaktur, pertanian, dan perdagangan yang terus bergerak. Kondisi ini membuat Indonesia berada pada posisi yang relatif lebih baik dibanding banyak negara lain yang tumbuh lebih lambat. Inflasi pun terjaga pada 2,86 persen, didukung stabilisasi harga pangan dan kebijakan energi, sementara program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis, bantuan pangan, dan subsidi energi menjaga daya beli masyarakat sehingga konsumsi tetap kuat.

Aktivitas manufaktur juga terlihat ekspansif dengan PMI yang konsisten berada di zona positif. Pertumbuhan tinggi terjadi pada sektor logam dasar yang mencapai 18,62 persen, diikuti industri kimia-farmasi, makanan-minuman, dan otomotif. Hilirisasi masih menjadi motor penggerak utama, memperkuat prospek industri dan komoditas olahan. Dari sisi fiskal, APBN bekerja agresif dengan realisasi belanja negara mencapai Rp2.593 triliun atau 73,5 persen hingga Oktober. Belanja diarahkan ke berbagai sektor strategis seperti bansos dan perlindungan sosial (PBI JKN, PKH, Sembako, dan program Makan Bergizi Gratis), pembangunan infrastruktur besar seperti jalan, irigasi, perumahan, dan sekolah, kebutuhan energi melalui subsidi BBM, LPG, dan listrik, serta dukungan produktivitas melalui pupuk, pangan, dan penyaluran KUR. Masih ada lebih dari Rp700 triliun belanja yang akan dieksekusi dalam dua bulan terakhir, yang menunjukkan peran APBN sebagai motor penggerak ekonomi.

Pendapatan negara tercatat Rp2.113 triliun atau 73,7 persen, ditopang pajak dan PNBP meski beberapa jenis pajak seperti PPh OP dan PPN mengalami perlambatan akibat kondisi global. Namun ruang fiskal tetap terjaga karena defisit berada di level aman, yaitu 2,02 persen PDB, jauh di bawah batas 3 persen. Pemerintah juga menjalankan program-program prioritas berskala besar, seperti Makan Bergizi Gratis yang menjangkau 41,9 juta penerima, bansos pangan berupa sembako dan PKH, penyaluran KUR senilai Rp228 triliun kepada 3,9 juta debitur, penyediaan ratusan ribu rumah, serta pembangunan irigasi, bendungan, dan jalan yang memperkuat konektivitas dan ketahanan pangan. Seluruh program ini mendorong konsumsi, menurunkan kemiskinan, dan menjaga stabilitas harga.

Di sisi pasar keuangan, kondisi Indonesia menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan. Country risk dan currency risk menurun, sementara spread SBN terhadap US Treasury menyempit menjadi 196 basis poin, lebih rendah dari banyak negara sekelas Indonesia. Yield SBN tenor 10 tahun bergerak turun, dan aliran modal asing yang sempat keluar pada September–Oktober mulai kembali masuk pada November. Stabilitas ini turut didukung pergerakan rupiah yang relatif terjaga, seiring ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang membuka ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga domestik. Jika suku bunga benar-benar turun, sektor properti, perbankan, dan consumer discretionary berpeluang mendapat dorongan tambahan.

Transfer ke daerah juga berjalan tinggi, mencapai Rp713 triliun atau 82,1 persen, menopang pembiayaan layanan publik dan belanja ekonomi di daerah. Secara keseluruhan, APBN 2025 menggunakan strategi yang agresif namun tetap terukur untuk menjaga pertumbuhan, menstabilkan harga, dan mempercepat pembangunan nasional. Kombinasi belanja yang besar, inflasi terkendali, aktivitas industri yang kuat, serta risiko pasar yang menurun memberikan prospek yang solid bagi perekonomian dan pasar keuangan.

Bagi investor, kondisi ini menciptakan peluang yang jelas pada sejumlah sektor yang mendapat dorongan langsung dari dinamika makro dan arah kebijakan fiskal. Sektor perbankan mendapat manfaat dari penyaluran kredit dan aliran dana pemerintah, sementara sektor consumer goods dan ritel ditopang daya beli masyarakat serta program bantuan sosial. Sektor infrastruktur dan konstruksi terdorong oleh belanja pemerintah yang masif, sedangkan manufaktur dan hilirisasi memperlihatkan prospek pertumbuhan berkelanjutan. Sektor agrikultur dan pangan tetap strategis karena program pemerintah yang fokus pada stabilitas harga dan ketahanan pangan. Di sisi lain, telekomunikasi mendapat keuntungan dari meningkatnya kebutuhan data dan digitalisasi yang terus meluas. Dengan kombinasi faktor-faktor tersebut, outlook pasar saham Indonesia pada 2025 masih berada dalam jalur positif bagi investor.

Apa yang Perlu Dicermati Investor Saham dari APBN KiTa 2025
1. Arah Suku Bunga ke Depan
Rupiah yang stabil dan penurunan yield SBN membuka peluang BI menurunkan suku bunga.
Dampaknya:
Properti, perbankan, consumer discretionary dapat reli.
Saham-saham berorientasi utang (infrastruktur, energi) juga lebih ringan bebannya.
Bank kecil dan menengah dapat dapat dorongan pada pertumbuhan kredit.
👉 Pantau keputusan BI dan pergerakan bond yield. Itu indikator awal rotasi sektor.

2. Besarnya Belanja Pemerintah (Lebih dari Rp700T dalam 2 Bulan)
Ini sinyal kuat bahwa sektor konstruksi, infrastruktur, bahan bangunan, dan kontraktor BUMN bisa dapat sentimen positif.
Sektor yang perlu diperhatikan:
Konstruksi (WEGE, WIKA, PTPP, ADHI)
Semen (SMGR, INTP)
Infrastruktur pendukung (TOWR, JSMR)
Perumahan dan pengembang properti
👉 Perhatikan orderbook, laporan keuangan Q4–Q1, serta progres realisasi proyek.

3. Kinerja Sektor Consumer dan Retail
Konsumsi ditopang program besar:
41,9 juta penerima Makan Bergizi Gratis
Bansos sembako & PKH
Bantuan energi
KUR Rp228T
Ini menciptakan net inflow demand yang kuat untuk industri consumer.
Sektor yang perlu diperhatikan:
F&B (ICBP, MYOR, INDF)
Retail (AMRT, RALS, MIDI)
Farmasi ringan & personal care (UNVR, KLBF)
👉 Pantau margin perusahaan karena inflasi rendah = potensi margin naik.

4. Momentum Hilirisasi dan Manufaktur Ekspansif
PMI ekspansi terus, pertumbuhan logam dasar 18,62%. Sektor industri berat dan turunan komoditas dapat angin segar.
Saham yang relevan:
Nikel & hilirisasi baterai (NICL, INCO, ANTM)
Petrokimia (TPIA)
Otomotif dan komponen (ASII, AUTO)
Industri logam (KRAS)
👉 Perhatikan pertumbuhan volume, bukan hanya harga komoditas.

5. Defisit APBN yang Rendah = Risiko Fiskal Kecil
Defisit 2,02% PDB memberi stabilitas bagi obligasi dan ekuitas.
Artinya:
Probabilitas “kejutan fiskal” sangat kecil
Valuasi saham big caps makin menarik
Foreign inflow lebih mudah masuk
👉 Ini alasan kenapa IHSG punya daya tarik dibanding negara peers.

6. Risk Premium Turun → Valuasi Big Caps Bisa Naik
Spread SBN vs UST turun jadi 196 bps. Ini salah satu sinyal paling jelas bahwa persepsi risiko Indonesia membaik.
Yang diuntungkan:
Bank besar (BBRI, BMRI, BBCA)
Telco (TLKM, EXCL)
Consumer big caps
Infrastruktur dan utilitas
👉 Bias asing biasanya mulai masuk dari saham-saham big caps likuid.

7. Transfer ke Daerah Tinggi (TKD 82%)
Penguatan belanja daerah memperkuat konsumsi di luar Jawa.
Sektor yang diuntungkan:
Semen daerah
Konstruksi daerah
Retail daerah
Perbankan BPD dan bank kecil menengah
👉 Cermati emiten yang pendapatannya besar di Jawa luar.

8. Risiko yang Tetap Harus Diwaspadai
Walau banyak positif, kamu perlu jaga kewaspadaan di beberapa hal:
Perlambatan global bisa menekan PPN & pajak lain
Harga komoditas bisa volatility
Proyek pemerintah besar belum tentu langsung ke bottom line BUMN
Potensi revisi belanja jika penerimaan negara lebih rendah dari target
👉 Selalu cek kinerja kuartalan, bukan hanya sentimen kebijakan.

Random tag : $BBRI , $GGRM , $UNVR
Maaf kalo ada yang salah/kurang/sebagainya.

Read more...

1/4

testestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy