Akhir-akhir ini DM saya ramai sekali—banyak yang bertanya soal screening saham, sudah berapa tahun trading, pakai strategi apa, dan lain-lain.
Maaf ya… saya tidak bisa jawab satu per satu, karena jujur itu sangat menguras energi.
Saya mengenal saham pertama kali di bulan Maret, ketika tim Mandiri datang ke kantor untuk meminta saya membuka rekening karena payroll perusahaan bekerja sama dengan Mandiri. Selama ini saya selalu menolak membuka rekening bank baru. Saya sudah punya BCA untuk kebutuhan harian dan CIMB Niaga untuk deposito berjangka. Buat saya itu sudah cukup, dan saya malas ribet kalau harus punya tiga rekening bank. tetapi karena dari pihak bank beberapa kali datang kekantor saya lama lama tidak enak dan bersedia membuka rekening mandiri krn dari pihak bank bersedia membereskan semua dihepon saya karena sy gaptek. jadi dr download livin download growin bikin pin atm dll semua dilakukan dikantor saya dan dari pihak bank dgn sabarnya ngajari saya cara beli saham. hanya diajari cara beli saat sy diajari beli saham mandiri dan itupun hanya 1 lot dgn.harga 5450. begitu pihak bank pergi saya sempet shock krn duit saya berkurang 10rb. saat itu diotak saya cuman berfikir untung sy cuman beli 1 lot klo 1000 lot apa saya ga auto gembel. fix ini SCAM.
Sejak tahun 2013, saya adalah penganut setia deposito berjangka 6%.
Sampai akhirnya kejadian itu datang—trading pertama saya di saham BUMI, di bawah lampu merah, kurang dari 30 detik bisa ngasih cuan 400 ribu.
Saat itu pandangan saya soal “cara mencari uang” langsung berubah total.
Saya sadar bahwa uang tidak hanya bisa dihasilkan dari dunia kerja real sektor industri, tapi juga dari tekan tombol buy-sell-buy-sell.
Saya tidak punya background finance.
Saya lulusan anak sastra yang sejak lulus kuliah selalu bekerja di perusahaan asing dan berhubungan langsung dengan orang asingnya. Jadi saya terbiasa dengan budaya kerja disiplin, tidak boleh drama, tidak boleh manja. Atasan saya dari dulu hanya melihat hasil, bukan proses. Saya mau lembur sampai jam 3 pagi pun mereka tidak peduli—yang mereka tunggu hanya result.
Karena sudah terbiasa dengan sistem kerja seperti itu, saya tidak merasa perlu adaptasi untuk screen time 12–14 jam sehari di bursa.
Itu justru terasa seperti “ritme kerja normal” bagi saya.
Banyak juga yang bertanya saham apa yang bagus.
Sebagai scalper dengan mindset fast trade under 90 detik—buy, sell, clear—jujur saja: tidak ada saham bagus, dan tidak ada saham jelek.
Bagi saya semua saham bagus selama bisa memberi saya cuan.
Saya tidak akan meludah di piring tempat saya makan.
Selama emiten itu bisa menambah saldo RDN saya, berarti sahamnya bagus.
Ada juga yang bertanya apakah saya punya trading plan.
Terus terang: tidak ada.
Semua trading saya on the spot, pas market open.
Kalau ada yang memprediksi emiten A atau B bakal begini begitu… jujur saya belum sampai level itu.
Satu jam sebelum sesi 1 saja saya belum tahu mau buy saham apa,
bagaimana bisa saya bikin trading plan untuk besok, lusa, minggu depan, apalagi bulan depan?
Saya hanya punya tiga trader panutan, dan mereka selalu bilang:
“Untuk bisa survive di market, 90% itu psikologi, 10% sisanya baru teknikal, fundamental, dan lain-lain.”
Saya sadar diri dengan kapasitas otak saya—kalau dipaksa belajar teknikal terlalu dalam, takutnya malah overheat dan bledug.
Jadi saya fokus memperkuat yang 90% saja: mental & psikologi.
Itu yang paling saya latih.
Utk masalah Cut loss sampai detik ini saya belum memahami konsep kenapa saya harus cutloss. tetapi karena sy trade seringnya menggunakan trade limit account saya adl account langganan suspend dan beberapa kali kena force sell.
Dan pada akhirnya, kesempurnaan hanya milik Tuhan. saya dikasih 90 gapapa.
$BMRI
$CUAN
$INET