Cerita Inspiratif "Sang Penari"(fiksi)
Suatu ketika, Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari.
Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding dengan rekan-rekannya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan.
Dia berpikir, dengan bakat dan kemampuan yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di berbagai negara serta ditonton oleh ribuan orang yang mengagumi tariannya.
Suatu hari, di kotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri.
Pakar ini sangatlah hebat, dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia.
Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut.
Akhirnya kesempatan itu datang juga.
Si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar seusai sebuah pagelaran tari.
Si gadis muda bertanya, “Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari? Saya ingin tahu pendapat anda tentang tarian saya”.
“Baik, menarilah di depan saya selama 10 menit”, jawab sang pakar.
Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, dan berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar. Si gadis langsung berlari keluar, pulang ke rumah, dia langsung menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalam gudang.
Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan menari lagi.
Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko.
Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu. Nampak sang pakar berada di antara para penari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu dengan tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar.
Sang pakar masih mengenali ibu ini sebagai gadis muda yang berbakat tari, dan kemudian mereka bercerita dengan akrabnya.
Si ibu bertanya, “Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun?”
“Oh yah, saya ingat peristiwa itu. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari?” jawab sang pakar.
Si ibu ini sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar. “ini tidak adil!” seru ibu itu.
“Sikap anda telah mencuri semua impian saya pada waktu itu. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit? Anda seharusnya memuji saya, dan bukannya mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko!”
Si pakar menjawab lagi dengan tenang, “Tidak…tidak, saya rasa saya telah melakukan hal yang benar. Anda tidak harus minum anggur satu barel untuk membuktikan anggur itu enak. Demikian juga saya. Saya tidak harus menonton 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus. Malam itu saya sudah sangat lelah setelah pertunjukan. Dan sejenak saya tinggalkan anda, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yang perlu anda camkan, bahwa anda mestinya fokus pada impian anda, bukan pada ucapan atau tindakan saya.”
“Lalu pujian? Anda mengharapkan pujian dari saya? Ah…waktu itu anda sedang bertumbuh. Pujian itu seperti pedang bermata dua. Ada kalanya memotivasimu, bisa pula melemahkanmu. Dan faktanya saya melihat bahwa sebagian besar pujian yang diberikan pada saat seseorang sedang bertumbuh, hanya akan membuat dirinya puas dan pertumbuhannya berhenti. Saya justru lebih suka mengacuhkanmu, agar hal itu bisa melecutmu bertumbuh lebih cepat lagi. Lagipula, pujian itu sepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. Tidak pantas anda meminta pujian dari orang lain, termasuk saya.”
“Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, munkin hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia.”
“Mungkin anda sakit hati pada waktu itu, tapi sakit hati anda akan cepat hilang begitu anda berlatih kembali. Tapi sakit hati karena penyesalan anda hari ini tidak pernah bisa hilang untuk selama-lamanya".
Pesan Moral: Terkadang kita menyalahkan orang lain, di situasi yang terjadi atau keadaan yang tidak mendukung, sebagai pencuri dari impian besar kita.
Jangan pernah lupa, bahwa musuh terkuat kita adalah diri kita sendiri.
Oleh karena itu teruslah belajar tiada henti agar pengetahuan dan kebijaksanaan bisa meningkat setiap harinya, menjaga pikiran kita senantiasa positif, agar dapat membantu memberikan respon yang positif di setiap cobaan kehidupan yang dihadapi.
Selalulah ingat untuk Bersyukur.
"Satu-satunya kebijaksanaan sejati adalah mengetahui bahwa Anda tidak mengetahui apa-apa." -Sokrates
Random $BUVA $BUMI $INET
Happy Weekend and stay Healthy 😉
