imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BTC dan IHSG: Rumor Merger GOTO dan Grab

Lanjutan dari postingan sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Banyak trader BTC yang kena sapu margin call dalam seminggu terakhir, dan pantulannya tidak berhenti di dunia crypto saja. Ketika Bitcoin turun dari penutupan awal tahun di sekitar 96.891 dolar ke area 84.000 an dolar, sempat menyentuh bawah di sekitar 80.000 an, jutaan posisi leverage dipaksa likuidasi dan ratusan miliar sampai triliunan Rupiah hilang dari layar dalam hitungan hari. Crash ini datang bersamaan dengan koreksi saham teknologi global karena pasar mulai takut valuasi AI sudah ketinggian, sehingga banyak manajer dana menekan tombol risk off bersamaan. Sementara itu minyak WTI pelan pelan turun dari sekitar 71,91 dolar per barel di hari pertama perdagangan 2025 menjadi sekitar 58 dolar hari ini, sinyal halus bahwa pasar tidak terlalu optimistis dengan pertumbuhan ekonomi ke depan. Di tengah semua itu, IHSG malah masih kuat bertahan di atas 8.400 dan hanya koreksi tipis, menciptakan ilusi seolah Indonesia sedang kebal badai, padahal kalau dibongkar isi dalamnya, ceritanya jauh lebih kompleks. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau tarik garis dari awal tahun, pergeserannya terasa jelas. Pada 2 Januari 2025 IHSG ditutup di 7.163,2 dan memulai tahun dengan naik 1,18%, suasananya masih aroma optimisme awal tahun, nilai transaksi juga belum segila sekarang. Hari ini indeks sudah nongkrong di kisaran 8.400 an, artinya kurang-lebih naik 17,5% dari level awal tahun, sementara kapitalisasi pasar sudah melompat ke belasan ribu triliun Rupiah dan nilai transaksi harian sering tembus sekitar 16 triliun Rupiah. Secara angka, market jelas lebih besar dan lebih ramai. Di sisi lain rupiah justru mundur selangkah. Awal tahun kurs JISDOR masih di area 16.200 per dolar, sekarang sudah di 16.719 per dolar, pelemahan sekitar 3% yang diam diam menggerus daya tahan sektor yang tergantung impor dan utang valas. Jadi di satu sisi indeks saham naik tinggi, di sisi lain pondasi mata uang melemah.

Globalnya juga berubah warna. Di awal tahun, minyak menguat karena investor baru balik liburan sambil berharap China bisa pulih dan permintaan energi tetap solid, sementara The Fed sudah berhenti menaikkan bunga dan pasar mulai bermimpi soal penurunan suku bunga yang rapi. Sekarang kondisinya jauh lebih berlapis. Harga minyak turun ke kisaran bawah 60 dolar per barel setelah serangkaian revisi turun proyeksi harga dan permintaan, salah satunya dari Goldman yang memangkas ekspektasi harga WTI 2025 ke sekitar 66 dolar karena kombinasi suplai OPEC plus yang lebih besar dan kekhawatiran tarif global. Di saat yang sama, crash di crypto membuat Bitcoin mencatat minggu terburuk sejak 2022 karena investor global serentak mengurangi aset berisiko. Jadi kalau awal tahun nuansanya masih harapan pemangkasan bunga dan pemulihan demand, sekarang penggeraknya lebih ke rasa waswas dan upaya menyelamatkan yang bisa diselamatkan.

Di Indonesia sendiri, IHSG yang kelihatan gagah ternyata berdiri di atas struktur yang makin menyempit. Sepanjang 2025, data OJK dan BEI menunjukkan investor asing di pasar saham mencatat net sell puluhan triliun Rupiah, dengan angka resmi per awal September menyebut net sell sekitar 55,13 triliun Rupiah di ekuitas sepanjang tahun, sementara arus total portofolio yang keluar dari Indonesia menurut Bank Indonesia sudah menembus puluhan triliun lewat kombinasi saham, SBN, dan SRBI. Artinya rally IHSG tahun ini adalah rally yang mayoritas disokong uang domestik, bukan pesta yang dibiayai asing. Ini kontras dengan narasi awal tahun ketika fokus masih pada peluang penurunan bunga BI dan daya tarik Indonesia sebagai salah satu pasar berkembang yang stabil secara fiskal. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Lalu kenapa indeks masih bisa merayap naik ke atas 8.400 di tengah rupiah yang melemah dan asing yang keluar pelan pelan. Jawabannya ada di nama nama besar yang menahan langit. Grup Prajogo Pangestu lewat BREN dan ekosistem energi petrokimia, grup Hapsoro dengan jaringan emiten yang sering jadi bahan obrolan komunitas, grup Sinarmas lewat DSSA di batu bara dan energi, grup Lippo lewat MLPT di data center dan digital, serta grup Salim lewat DCII di infrastruktur data, semuanya memainkan peran penting sebagai penopang kapitalisasi. Ketika saham saham konglomerat ini naik beberapa persen, dampaknya ke indeks jauh lebih besar dibanding puluhan small cap yang bergerak acak. Jadi wajar kalau banyak saham midcap dan smallcap masih seret, tapi angka IHSG tetap tampak perkasa karena ditarik oleh segelintir nama yang bobotnya sangat berat.

Selain blok konglomerat itu, ada juga skenario teknologi yang belakangan ikut menyuntik bensin tambahan. $EMTK yang punya eksposur ke Grab Indonesia dan pernah mengantongi cuan besar dari penjualan saham Grab global, kini ikut terangkat lagi karena rumor manuver strategis di ekosistem super app Asia Tenggara. $GOTO sebagai wajah publik ekonomi digital Indonesia juga kembali jadi sasaran spekulasi, apalagi setelah muncul kabar Danantara sebagai sovereign wealth fund baru Indonesia ingin mendorong konsolidasi dengan Grab dan siap memegang golden share di entitas gabungan. Ketika rumor semacam ini mengisi timeline, sektor teknologi tiba tiba bisa melompat lebih dari 2,7% dalam sehari, sementara indeks secara keseluruhan hanya bergerak tipis. Inilah sebabnya mengapa hari hari terakhir terasa aneh. Indeks terlihat stabil, tetapi di dalamnya sebenarnya terjadi rotasi pedas dari sektor lama ke tema teknologi dan data center yang dekat dengan konglomerat besar.

Kalau semua ini dikaitkan kembali ke awal tahun, perbedaannya makin kentara. Dulu di 2 Januari 2025 IHSG baru mulai lari dari 7.163,2, valuasi masih lebih murah, rupiah sedikit lebih kuat di sekitar 16.200 per dolar, Bitcoin masih di fase euforia awal di kisaran 96.000 an, dan minyak masih mengambang di sekitar 71,91 dolar per barel sebagai tanda permintaan energi global belum terlalu diragukan. Sekarang indeks memang sudah naik belasan persen, tapi investor menghadapi kombinasi cocktail risiko yang lebih berat. Rupiah berada di 16.719 per dolar, minyak turun ke kisaran 58 dolar, Bitcoin sedang masuk fase likuidasi margin call, dan asing sudah buang saham Indonesia dalam jumlah puluhan triliun. Secara visual angka indeks terlihat lebih indah, tetapi pondasi makronya jelas lebih rapuh dibanding Januari. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi ketika melihat market hari ini, gambarnya kurang lebih begini. IHSG menanjak bukan karena semua saham sehat dan seksi, tetapi karena beberapa blok konglomerat dan ekosistem digital berhasil mengangkat indeks di tengah pelemahan rupiah dan keluarnya modal asing. Di panggung global, crypto lagi dihukum, minyak lesu, dan saham teknologi dunia sedang dipertanyakan kelayakan valuasinya. Dibanding awal tahun, kondisi sekarang bisa dibilang lebih baik di permukaan karena indeks dan kapitalisasi naik, tetapi lebih buruk di sisi risiko karena pondasi ekonomi dan arus modal lebih rentan. Investor yang hanya melihat angka 8.400 mungkin merasa semua baik baik saja. Investor yang melihat data menyadari bahwa rally ini berdiri di atas pijakan yang jauh lebih tipis daripada saat IHSG masih di 7.100 an di awal tahun.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy